Jumat, 06 Agustus 2010

Tanpa Judul (11)




Bersimpuh di hadapanNya, menyusun sujud, menyulam pinta dengan rangkaian doa, memohon diberikan segala yang terbaik, memohon agar ditunjuki jalan yang lurus, istiqomah di zaman fitnah ini, bersabar di tengah makar, ikhlas menghadapi hidup yang keras. Kemudian air mata pun mengalir deras membasahi malam yang sepi.

Jangan lupakan bait permintaan, terucap deras dari lisan yang berdosa, yang melupakan arti kehidupan dan perjumpaan denganNya, melupakan ‘azzam yang lama tertanam, melupakan hari yang tak sebait doa pun akan didengarkanNya, tak sejurus sujud pun ada artinya, tak ada lagi tangisan walau itu mengiris jiwa. Bahwa tidak ada pengacara yang bisa dibayar untuk membela kita di hadapan MahkamahNya

Kehidupan kita ini tidaklah berarti. Mengapa kita tak mengerti jua, berpura-pura tuli bahwa memang ada kehidupan setelah ini. Bahwa wajah pucat itu adalah wajah kita, tubuh lemah itu adalah tubuh kita, tangis itu adalah tangisan melepaskan kita, kain kafan itu menjadi pakaian terindah dan kapas putih itu telah menutupi wajah cantik kita. Apa yang dapat kita lakukan ketika itu? Kepada siapa kita kembali yang jiwa kita ada dalam genggamanNya?

Masih pantaskan kita menengadahkan tangan, setelah sekian mungkir kita lakukan, setelah seribu dusta kita ucapkan. Masih beranikah kita mengangkat wajah kelam ini di hadapanNya, setelah kita pertontonkan bagaimana caranya mengolok-olok ayatNya. Masih beranikah bermaksiat jika tahu bahwa Allah sedang menatap kita?

Ke mana kaki lemah ini melangkah. Ke mana jiwa resah ini kita papah. Ke mana hati yang sombong ini kita gotong. Ke mana dosa-dosa ini kita bawa. Ke mana lagi kita bawa sementara Rabb telah murka. Kepada penguasa duniakah kita mengadu? Atau kembali lagi kepadaNya sambil mengeja sebait doa yang mungkin lidah kita sudah kelu mengulanginya?

Kembali kepadaNya yang telah memberi rezeki sebelum kita benar-benar mengakhiri dunia ini. Titipkanlah kerinduan pada malam. Sampaikan pada malam agar senantiasa menikmati sepertiga malam, untuk kita sampaikan pesan dan permintaan kepadaNya

Kita adalah mata pena tajam yang siap menuliskan kebenaran. Kita adalah anak panah di busurnya yang siap dilepaskan. Kita adalah karang yang terus diterpa ombak. Kita bukan siapa siapa kalau bukan karena kasih sayangNya. Kita ini ibarat embun menetes yang sedang memohon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar