Senin, 23 November 2009

Ya Allah Kami

"Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan" (Al Qur'an Surat Ar Rahman ayat 29).




Ketika badai mengamuk, laut mengganas
saat Kafilah tersesat di hamparan padang pasir
saat ribuan bencana dan malapetak menimpa bumi
pintu-pintu tertutup, menghalangi lalu lalang

Ketika semua rencana gagal
harapan hilang tertelan waktu
bumi luas terasa mengecil

Semua manusia berteriak; Ya Allah kami!

Kepada Allah naik perkataan yang baik-baik
orang-orang memanjatkan doa ikhlas yang tulus berurai air mata
rintihan kesedihan yang tak terperikan
tangan yang ditengadahkan ke atas saat ketidakmujuran, kesulitan dan musibah
lidah yang tak mampu menjeritkan kata untuk memanggil namaNya

Saat itulah hati menjadi damai
jiwa berlabuh di ketenangannya
tangan ditengadahkan dan orang-orang bangkit kembali

Ya Allah kami
Engkaulah Mahasempurna
Mahakuasa lagi Mahaperkasa
KekuasaanMu meliputi segalanya

"Dan Dialah Allah Mahakuasa lagi Mahaperkasa" (Al Qur'an Surat Asy Syura' Ayat 19).




Medan, Perumahan Taman Setia Budi, Medan – Sumatera Utara
29 Oktober 2009, selepas shubuh.
-----------------------------------------------------------------------------------
Merasakan keresahan seorang sahabat.

Ujian

(Untuk Anakku yang Sedang Marah)




Tingkatan kesabaran menghadapi ujian ada pada Nabi Ya’qub as.
kesabaran terhadap anak-anaknya yang mendengki
tersebab mampu membaca kehendak Allah
Mengantarkannya menaiki tangga kemuliaan
Buah dari kesabaran, tidak menghakimi, ratapan penuh kerinduan, dan keluhuran bahasa
digunakannya untuk membimbing mereka yang khilaf

Ujian terkadang sesuatu yang menyekat leher
ia berupa kesedihan dan kemarahan yang kerap bersatu
berupa nikmat yang bisa saja berubah menjadi siksaan terdekat dan tercepat
kalau tidak tahu bagaimana cara bersyukur.
karena ujian terkuat adalah kecamuk sanubari
merajai jiwa, penggerak heroik yang mengaktualisasikan diri

Gejolak hati berjalan sendiri dan acap melepaskannya dari nalar
di sana bersemayam kesombongan, iri dan dengki
ada juga khayalan yang melambung ke kaki langit
sampai tersesat di pintu realita, indra maupun nalar

Bersyukur adalah kecerdikan memberi nilai
sakit, sempit, teraniaya, bukanlah siksaan dan pengabaian
ia adalah penempaan hati untuk mencapai derajat mulia
yang mampu menghargai kenikmatan sekecil apapun

Seorang pandai besi membakar, menempa besi siang malam
Bukan ia benci besi, tetapi supaya besi itu tajam dan berbentuk
Demikianlah Allah menempatkan dimensi hambanya
agar merindukan apa yang ada disisiNya

Tertawa dan menangis adalah bagian dari ujian
Agar kita memiliki kepekaan hati
untuk merasakan kebahagian dan kesedihan
buah dari keinganan dan harapan
percayalah setiap kita diberi takaran yang berbeda

THR Buat Emak

“Masya Allah!" seru emak. Matanya membelalak, seperti tidak percaya. "Satu juta! Banyak sekali!”. Kulihat emak menjerit setelah menghitung isi amplop yang kusodorkan. Tangannya yang keriput itu gemetar, memegang lembaran-lembaran berwarna merah. Dia menatapku dengan air mata berlinang. Bibirnya bergetar.

Kulihat juga bahwa bapak menghitung isi amplop itu. Sama dengan emak, mata tua itu memandang isi amplop dengan tatapan tak percaya. Bapak berusaha meyakinkan diri, menggunakan matanya yang sudah tak awas lagi semaksimal mungkin untuk menghitung uang di amplop itu. Satu juta rupiah juga!

“Itu THR buat Emak sama Bapak. Cuma sedikit saja. Ndak ada apa-apanya dibanding sawah sama sapi yang pernah Bapak jual buat sekolahin saya dulu,” ujarku dengan lirih. Kerongkonganku serasa tercekat. Aku malu dan kepalaku kutundukkan. Bahkan terasa masih sangat kurang memberi kepada kedua orang yang telah paling banyak menanam budi dalam diriku ini.

Uang sejuta itu sesungguhnya tidak pernah punya arti dibandingkan kasih sayang mereka. Susah payah mereka. Berpanas berhujan. Dalam kesusahan hidup. Deraan sakit. Dan seribu macam keadaan yang serupa menghadang dan menderanya.

Ya, Allah, uang sejuta itu bukan apa-apa. Itu hanya wujud rasa syukurku untuk menyenangkan orang tua yang sudah uzur itu. Ya, Allah, aku mohon kepadaMu, tambahkan rezekiMu kepadaku agar aku dapat memberikan yang lebih banyak dari sekedar yang sejuta itu.

Selamat 'Iedul Fithrie

ليس العيد لمن لبس الجديد
انما العيد لمن ماته شهيد
ليس العيد لمن لبس الجديد
انما العيد لمن طاعته تزيد ...

Kepada seluruh teman:

Bukanlah 'ied itu dengan pakaian menawan hati
Namun 'ied bagi yg meraih syahid nan fitri...
Bukanlah 'ied itu dengan baju yg baru
Namun 'ied dengan bertambah ta'at dan syukur...

'ied sa'ied

تقبل الله منا ومنك
امين يا ربّ...

Islisyah Asman dan Keluarga

Rasa Malu

Ibn Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, (yang artinya):

"Sesungguhnya di antara kalam nubuwwah (ungkapan kenabian) yang disampaikan kepada manusia adalah, “Jika kamu tidak punya rasa malu, berbuatlah sesukamu!" (HR al-Bukhari).

Ibn Hajar, terkait dengan syarah (komentar) atas hadis ini, menyatakan antara lain:

Pertama, Nubuwwah itu adalah sesuatu yang telah disepakati para nabi. Ia merupakan perintah (kepada manusia). Ia tidak hapus bersamaan dengan dihapusnya syariah mereka. Ia juga perintah yang dibebankan kepada setiap akal manusia (di mana pun dan pada kapan).

Kedua, phrase “berbuatlah sesukamu” adalah kalimat perintah yang mengandung konotasi berita dalam bentuk ancaman. Dengan kata lain, kalimat tersebut bermakna: “Berbuatlah sesukamu karena pasti Allah akan membalasmu”. Makna lainnya adalah dorongan agar ada rasa malu (Ibn Hajar, Fath al-Bari, XVII/303).

Rasa malu yang dimaksud tentu saja malu kepada Allah Swt. Malu ini dikaitkan dengan keimanan. Sabda Rasulullah saw.,

“Malu itu sebagian dari iman" (HR Abu Dawud).

Beliau juga bersabda,

“Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah rasa malu" (HR Malik).

Rasa malu kepada Allah harus dibuktikan dengan meninggalkan semua keburukan dan kekejian serta melakukan berbagai macam kebaikan dan kebajikan. Menurut Imam al-Baidhawi, hakikat malu kepada Allah adalah memelihara diri dari segala ucapan dan tindakan yang tidak Allah ridhai (Faydh al-Qadir, 1/623).

Negeri Para Bedebah

Oleh Adhie M Massardi



Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor
menjatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli di negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan.

Senin, 02 November 2009



CATATAN:

Sajak ini dibacakan di halaman kantor KPK sebagai bagian dari aksi keprihatinan nasional untuk KPK

Menjadi Muslimah

(Berbahagia Menjadi Muslimah)




Kaum feminis bilang betapa susahnya menjadi muslimah. Lihatlah peraturan di bawah ini yang begitu membelenggu:

Auratnya lebih susah dijaga dibandingkan lelaki.
Minta izin suami bila keluar rumah, tidak sebaliknya.
Dalam bersaksi, jumlahnya kurang dibandingkan lelaki.
Menerima waris lebih sedikit daripada lelaki.
Susah payah mengandung dan melahirkan.
Wajib taat kepada suami, sementara suami tak perlu taat kepada istri.
Jatuh talak terletak di tangan suami dan bukan pada isteri.
Pada saatnya, wanita kurang ibadahnya karena haid dan nifas.

Itu sebabnya mereka dengan “niat baik”, katanya, ingin memerdekan perempuan Islam. Namun sesungguhnya bahwa hal sebaliknya (kenyataannya) tidaklah demikian. Coba renungkan hal di bawah ini.

Pertama, benda yang mahal harganya akan dijaga dan disimpan di tempat aman dan baik. Intan permata tidak dibiar berserakan.

Kedua, perempuan perlu taat kepada suami. Tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Ketiga, perempuan menerima waris kurang dari lelaki. Tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Lelaki menerima waris tetapi ia menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.

Keempat, perempuan susah payah mengandung dan melahirkan anak. Tetapi ia setiap saat didoakan oleh seluruh makhluk di muka bumi, termasuk malaikat. Bila ia mati karena melahirkan maka ia mati syahid.

Kelima, di akhirat kelak, seorang lelaki mempertanggungjawabkan 4 (empat) perempuan: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Namun, perempuan justru ia ditanggung oleh 4 (empat) lelaki : Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

Keenam, perempuan Islam boleh memasuki pintu firdaus melalui pintu mana saja yang disukainya, hanya dengan 4 (empat) syarat: Sholat 5 waktu, shaum di bulan Ramadhan, taat kepada suami, dan menjaga kehormatannya.

Ketujuh, lelaki perlu berjihad fisabilillah, sementara perempuan Islam hanya dengan taat kepada suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada Allah SWT, maka ia menerima ganjaran seperti amal orang yang berperang fisabilillah. Ia tidak perlu mengangkat senjata.

Kaum feminis: kalian tidak perlu memperjuangkan kemerdekaan kaum Muslimah. Subhanallah, Allah SWT sedemikian sayangnya kepada perempuan Muslimah. Karena Dia telah membukakan pintu-pintu kemerdekaan bagi mereka.

Meretas Jalan

(Untuk Peserta Kongres Mahasiswa Islam Indonesia)




Keluarlah saudaraku
Yang hidup menyendiri dari kesendirian
Untuk meretas jalan kita ini

Lakukan sesuatu lewat nurani yang berserakan
Kumpulkan tenaga yang masih tersisa
pimpinlah cahaya kafilah nurani itu
untuk melatihnya di tengah gurun kehidupan

Keluarlah saudaraku
berdirilah tegap di ujung jalan
sebab sebentar lagi sejarah akan lewat
mencari tokoh baru untuk drama kejayaan ini

Dukungan menambah keyakinan melangkah
Koreksi adalah timbangan sebuah keputusan
Pengawasan mencegah kekeliruan

Jangan sesali apa yang sudah pergi
Jangan tangisi apa yang sudah tiada
Bangun dan bina kembali apa yang telah hilang dan pergi
Menuju tegaknya kembali kehidupan ini

Hari ini dan kemarin semoga memperkuat jiwa
membangun peradaban mulia
mengemban kebenaran hakiki untuk keabadian
bergeraklah karena Allah dan RasulNya
karena Kemarin itu dan esok hari bukanlah batas dari waktu

Malaikat Mendoakan Kita

Maukah Malaikat Mendoakan Kita?


1. Tidur dalam keadaan bersuci


Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja tidur dalam keadaan suci, maka malaikat bersama pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Duduk menunggu waktu shalat dan berada di shaf terdepan

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, yang para malaikat mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia' (Shahih Muslim no. 469)

Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

3. Menyambung (tidak membiarkan) shaf terputus

Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

4. Selesai membaca Al Fatihah dalam sholat

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuu bi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin'. Ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia diampuni dosanya yang lalu-lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

5. Tetap duduk di tempat usai shalat

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat selalu bershalawat kepada salah satu di antara kalian selama kalian berada di tempat itu, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

6. Saat shalat shubuh dan 'ashar berjama'ah

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana keadaan hambaku ketika kalian meninggalkannya?', mereka menjawab, 'Kami datang ketika mereka sedang shalat dan kami tinggalkan mereka juga mereka sedang shalat. Maka (kata malaikat) ampunilah mereka (ya Allah) pada hari kiamat' (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

7. Mendoakan saudaranya diam-diam

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang makbul. Di kepalanya ada malaikat yang mwakilinya setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat itu berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

8. Yang berinfak

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun saat pagi hari seorang hamba ada 2 malaikat turun kepadanya. Salah satunya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)


9. Saat makan sahur


Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

10. Menjenguk orang sakit

Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya (bersilaturahmi, sakit) kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

11. Mengajarkan kebaikan kepada orang lain

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut sekalipun di lubangnya dan juga ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi).

Matematika Allah

Oleh Burhan Solihin




Seorang sahabatku bertanya dengan kalimat lirih:

Sampai juga engkau di kampung halaman itu: Ka'bah.
bukan kata yang terucap, tapi air mata.
Kekasih yang lama bersemayam sepanjang usia,
kini cuma seayunan mata.

Labaik allahumma labaik
dari jauh beribu kilo di negeri rantau
kubertanya: kapan kiranya giliran hamba



Ah, andai saja mereka tahu, matematika Allah jauh lebih mencengangkan ketimbang 1+1 = 2 atau Rp 36 jt : Rp 500 rb/bulan = 72 bulan. Percayalah. Setidaknya saya telah berjumpa dengan empat orang yang mengalami dan membuktikan betapa mencengangkan matematika Allah itu. Hitungan itu meleset, jauh lebih cepat dari perkiraan.

Mereka percaya seperti percayanya para sahabat Nabi terhadap pertolongan Allah saat berperang: 100 orang melawan 1.000 orang di medan Badar. Saat segelintir orang berteriak dg harap-harap cemas, "matta nasrullah, matta nasrullah (mana pertolongan allah)? Sahabat lain berjuang dengan penuh keyakinan. dan pertolongan itu datang kepada orang-orang yang yakin... Begitu kata ustad di masjid kampung sebelah sana.

Andai sang kekasih itu bisa menceritakan segalanya. Bahwa, betapa banyak orang-orang Pakistan dan India yang jauh lebih miskin dari kebanyakan orang Jakarta yang ber-hp dua. Mereka pincang. Tidur di emperan Masjidil Haram dengan baju butut dan koper pakaian. Tak ada asrama. Mereka meniru Ibnu Batutah, menempuh perjalanan nan berdebu, penuh perompak, lewat darat atau kapal, memenuhi panggilan Kekasih.

Jangan pernah berhenti berharap. Jangan under estimate. Allah pasti memudahkan jalan orang-orang yang bersungguh-sungguh.

------------------------------------------------------------------------------------------------
(Lagi nabung untuk pergi dengan istri tercinta. Ya Allah kami, mudahkan dan panggil hamba-hambamu ini).

Masing-masing Berbuat

(Maaf, Saya Lagi Kesal Sama Polisi)



Suatu saat, dalam perjalanan kereta Parahyangan dari Gambir ke Bandung , duduk berhadapan 4 (empat) orang penumpang :

Satu orang nenek-nenek
Satu orang mahasiswi cantik
Satu orang mahasiswa laki-laki
Satu orang polisi


Mereka tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya. Perjalanan nyaman-nyaman saja. Ketika masuk ke terowongan tiba-tiba lampu mendadak mati. Gelap gulita. Tiba-tiba terdengar suara kecupan yang keras. Cap, cip, cup!. Namun segera diikuti satu suara tamparan yang tidak kalah kerasnya. Plak, Plek, plok, Gedubraaak !

Terowongan itu akhirnya terlewati. Keempat penumpang itu saling bengong dan saling memandang. Masing-masing berkata di dalam hati:

Sang Nenek:

"Dasar anak mahasiswa muda, mentang-mentang tempat gelap langsung nyosor aja, nyium itu mahasiswi cantik. Rasain kena gaplok!"

Si Mahasiswi cantik:

"Biar tahu rasa! Gelap-gelap asal nyosor aja. Cium orang sembarangan. Kena, deh. Cium itu nenek-nenek, dan rasain juga sekalian gaplokannya! Hihihi....

Si polisi:

"Busyet dah, enak bener tuh mahasiswa. Dia yang nyium cewek, eh gua yang kena gaplok... #$%$ "!!!!

Si mahasiswa laki-laki:


"Hehehe, mumpung gelap, tadi gua cium aja tangan gua sendiri, dan gua gaplok sekalian itu polisi yang suka belagu. Kapan lagi mahasiswa bisa gampar polisi!" Hehehe.

Senin, 09 November 2009

Mari Kita Berdoa


Ibnu Taimiyyah berkata:


“Lafadh do’a ini diriwayatkan oleh At Tirmidziy dengan sanad tunggal. Beliau menshohiihkannya. Ini adalah doa yang meliputi kebaikan dunia dan akherat. Juga doa ini memiliki penjelasan yang sangat agung.” (Al Fatawaa, Kitaabul Jihaad, dalam surat Ibnu Taimiyyah kepada para sahabatnya ketika beliau dipenjara penguasa waktu itu di Iskandariyah)

====================================================

Yaa Alloh, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, kaum muslimin dan muslimat.
Satukanlah hati mereka. Perbaikilah hubungan mereka. Menangkanlah mereka atas musuhMu dan musuh mereka. Berilah petunjuk mereka kepada jalan-jalan keselamatan. Keluarkanlah mereka dari kegelapan menuju cahaya. Jauhkanlah mereka dari perbuatan-perbuatan keji yang lahir maupun yang batin. Berkahilah pendengaran dan penglihatan mereka selama Engkau hidupkan mereka. Jadikanlah mereka orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmatMu, memujiMu lantaran nikmat-nikmat tersebut, dan menerima nikmat-nikmat tersebut, dan sempurnakanlah nikmat-nikmat tersebut kepada mereka wahai Robb semesta alam. Yaa Alloh menangkanlah kitabMu, diin (agama) Mu dan hamba-hambaMu yang beriman, dan menangkanlah petunjuk dan diinul haqq (agama yang benar) yang Engkau turunkan melalui Nabi Kami Muhammad SAW di atas semua diin (agama).

Yaa Alloh siksalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang menghalang-halangi dari jalanMu dan merubah diin (agama) Mu, dan memusuhi orang-orang beriman. Yaa Alloh cerai-beraikan kesepakatan mereka, perselisihkanlah hati mereka, dan jadikanlah kehancuran mereka pada usaha mereka, dan turunkanlah bencana kepada mereka.

Yaa Alloh turunkanlah siksaanMu yang tidak ada yang bisa menolaknya dari orang-orang yang jahat. Yaa Alloh, yang menjalankan awan, yang menurunkan kitab, yang menghancurkan pasukan yang bersekutu, hancurkanlah mereka dan goncangkanlah mereka, dan menangkanlah kami atas mereka.

Wahai Robb kami, tolonglah kami dan janganlah Engkau tolong orang yang memusuhi kami. Menangkanlah kami dan jangan Engkau menangkan orang yang memusuhi kami. Buatkanlah makar untuk membela kami dan jangan Engkau buatkan makar bagi orang-orang yang memusuhi kami. Berilah petunjuk kepada kami. Mudahkanlah kami dalam mendapatkan petunjuk. Menangkanlah kami terhadap orang yang menganiaya kami.

Wahai Robb kami, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur, taat, tunduk, banyak berdo’a dan banyak bertaubat kepadamu.

Wahai Robb kami, terimalah taubat kami, sucikanlah dosa kami, kokohkanlah hujjah kami, berilah petunjuk hati kami, luruskanlah lidah-lidah kami dan cabutlah kedengkian yang ada di dalam dada-dada kami.

Makna Musibah Bagi KIta

Pengantar

Setiap terjadi gempa, para ahli menjelaskan bahwa telah terjadi pergeseran atau patahnya lempengan bumi. Bagi orang sekular, gempa dianggap sebagai peristiwa alam biasa, tidak ada hubungannya dengan aspek Ketuhanan. Bagi orang mukmin, gempa bukan sekedar peristiwa alam biasa. Ia tergantung kepada kehendak (Iradah) Allah. Api yang mestinya membakar tubuh Nabi Ibrahim, bisa kehilangan daya bakarnya, karena kehendak Allah.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Al-Hadid:22-24)

"Orang-orang sebelum mereka telah melakukan makar kepada Allah, maka Allah menghancurkan bangunan-bangunan mereka dari pondasi-pondasinya, dan Allah menjatuhkan atap-atap (bangunan) dari atas mereka, dan Allah menurunkan azab dari arah yang tidak mereka perkirakan.” (QS an-Nahl: 26).

Makna Musibah

Setiap musibah mengandung banyak makna. Akal kita terbatas memahami hakekat kehidupan. Kita tidak mudah paham, mengapa gempa kali ini banyak anak-anak yang tertimbun reruntuhan gedung. Mereka sedang belajar, bukan sedang bermaksiat. Tidak mudah memahaminya, sebagaimana Nabi Musa a.s. sulit memahami berbagai tindakan Nabi Chaidir a.s.

Musibah bisa bermakna hukuman Allah bagi orang-orang yang berdosa. Bisa bermakna ujian bagi orang-orang yang beriman. Pun bermakna peringatan Allah bagi orang-orang yang selamat. Mereka yang selamat, sejatinya sedang diberi peringatan agar segera ingat Allah, melakukan evaluasi dan segera melakukan perbaikan diri.

Manusia cenderung mendekat kepada Allah ketika dalam bahaya. Ia berdoa ketika pesawatnya dalam kondisi mengkhawatirkan. Ketika itu ia berjanji, berdoa bahwa kalau selamat ia akan berbuat baik di dunia. Namun begitu pesawat mendarat dengan selamat, manusia kembali melupakan Allah dan sibuk dengan urusan dunia. Sejumlah ayat al-Quran menggambarkan sifat manusia kebanyakan semacam itu:

”Dialah (Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan; sehingga ketika kamu berada di dalam bahtera, lalu meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, maka datanglah angin badai; dan ketika gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka tengah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): ”Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”

“Tatakala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi, tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu; lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Yunus: 22-23).

Bagi saudara-saudara kita yang terkena musibah, Insyaallah ini adalah ujian. Jika mereka sabar, maka pahala besarlah bagi mereka. Ujian adalah bagian dari kehidupan orang mukmin, baik senang maupun susah. Manusia selalu diuji imannya. Dengan ujian itulah, maka tampak, siapa yang imannya benar dan siapa yang imannya dusta.

”Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan ”Kami beriman”, sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-Ankabut: 2-3).

Ada orang-orang yang diuji dengan segala macam kekurangan. Ada yang diuji dengan kecacatan, kebodohan, dan kemiskinan. Ada yang diuji dengan harta melimpah, kecerdasan, dan kecantikan. Ada yang diuji dengan musibah demi musibah. Semua itu adalah ujian. Hidup adalah ujian. Jika lulus, kita selamat di akhirat.

Musibah gempa ini mudah-mudahan mampu mendorong saudara-saudara kita di sana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan semakin aktif berdakwah memberantas segala bentuk kemunkaran yang mendatangkan kemurkaan Allah. Kita diingatkan, bahwa manusia mudah lupa. Sampai beberapa hari setelah musibah, biasanya masjid-masjid dipenuhi jamaah. Tapi, setahun berlalu, biasanya manusia sudah kembali melupakan Allah dan lebih sibuk pada urusan duniawi.

Bagi yang meninggal dalam musibah, kita doakan, semoga mereka diterima Allah dengan baik; amal-amalnya diterima, dan dosa-dosanya diampuni. Musibah tidak pandang bulu. Manusia yang baik dan buruk juga bisa terkena. Allah SWT sudah mengingatkan:

“Dan takutlah kepada fitnah (bencana, penderitaan, ujian) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah, Allah sangat keras siksanya.” (QS an-Anfal:25).

Dalam surat an-Nahl:26, kita diingatkan, bahwa hukuman Allah ditimpakan kepada umat manusia, karena melakukan makar kepada Allah. Mereka berani menentang Allah secara terbuka, secara terang-terangan. Kita tidak perlu ikut-ikutan tindakan makar kepada Allah yang dilakukan sebagian orang.

1. Allah SWT jelas-jelas menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina. Tetapi yang kita saksikan, di negeri kita, ada orang nikah malah masuk penjara dan para pelaku zina tidak mendapatkan sanksi apa-apa. Bahkan, di negeri yang harusnya menjunjung tinggi paham Tauhid (Ketuhanan Yang Maha Esa) ini, sejumlah media massa berani menghujat hukum-hukum Allah secara terbuka. Padahal, yang berhak menentukan halal dan haram adalah Allah. Adalah tindakan yang tidak beradab jika maanusia berani merampas hak Allah tersebut.

2. Kita menyaksikan, bagaimana sekelompok orang – dengan alasan kebebasan berekspresi (freedom of expression) -- dengan terang-terangan menantang aturan Allah dalam soal pakaian. Mereka menyerukan kebebasan. Mereka pikir, tubuh mereka adalah milik mutlak mereka sendiri, sehingga mereka menolak segala aturan tentang pakaian. Bukankah tindakan itu sama saja dengan menantang Allah: ”Wahai Allah, jangan coba-coba mengatur-atur tubuhku! Mau aku tutup atau aku buka, tidak ada urusan dengan Engkau. Ini urusanku sendiri. Ini tubuh-tubuhku sendiri! Aku yang berhak mengatur. Bukan Engkau!” Memang, menurut Prof. Naquib al-Attas, ciri utama dari peradaban Barat adalah ”Manusia dituhankan dan Tuhan dimanusiakan!” ((Man is deified and Deity humanised). Manusia merasa berhak menjadi tuhan dan mengatur dirinya sendiri. Persetan dengan segala aturan Tuhan!

3. Para ulama sering menyerukan agar tayangan-tayangan di TV yang merusak akhlak dihentikan. Banyak laki-laki yang berpakaian dan berperilaku seperti wanita. Padahal itu jelas-jelas dilaknat oleh Rasulullah saw. Tapi, peringatan Rasulullah saw yang disampaikan para ulama itu diabaikan, bahkan dilecehkan.

4. Kaum wanita yang tercekoki paham kesetaraan gender didorong untuk semakin berani menentang suami, menolak kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga, dan menganggap wanita sama sederajat dengan laki-laki. Bahkan, di zaman seperti sekarang ini, ada sejumlah dosen agama yang secara terang-terangan berani menghalalkan perkawinan sesama jenis. Manusia seperti ini bahkan dihormati, diangkat sebagai cendekiawan, disanjung-sanjung, diundang seminar ke sana kemari, diberi kesempatan menjadi dosen agama.

Jika manusia telah durhaka secara terbuka kepada Allah, maka Sang Pencipta tentu mempunyai kebijakan sendiri. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah menghalalkan turunnya azab Allah atas mereka sendiri". (HR Thabrani dan Al Hakim).

Dalam soal homoseksual, Allah sudah memperingatkan:

“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang Amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu". (QS al-Ankabut:28).

Rasulullah saw juga memperingatkan:

“Barangsiapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual) maka bunuhlah pelaku dan pasangannya.” (HR Ahmad).

Penutup

Pada setiap zaman, manusia selalu terbelah sikapnya dalam menyikapi kebenaran. Ada yang menjadi pendukung kebenaran dan ada pendukung kebatilan. Yang ironis, di era kebebasan sekarang ini, ada orang-orang yang sebenarnya tidak memahami persoalan dengan baik, ikut-ikutan bicara. Pada 29 September 2009 lalu, dalam perjalanan kembali ke Jakarta, di tengah malam, saya mendengarkan pro-kontra masyarakat tentang rencana kedatangan seorang artis porno dari Jepang ke Indonesia. Si artis itu kabarnya akan main film di Indonesia. Yang ajaib, banyak sekali pendengar radio tersebut yang menyatakan dukungannya terhadap kedatangan artis porno tersebut. Kata mereka tidak ada alasan untuk melarangnya, karena dia bukaan teroris. Suara MUI yang keberatan dengan rencana kedatangan artis tersebut, menjadi bahan ejekan. Sungguh begitu sukses setan dalam menipu manusia, sehingga perbuatan-perbuatan bejat dipandang indah; sebaliknya perbuatan baik malah dipandang jahat.

”Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (QS an-Nahl: 63).

Mudah-mudahan segala macam musibah yang menimpa kita dan saudara-saudara kita mampu melecut kita semua untuk sadar diri dan mengenali mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT senantiasa membukakan pintu taubat-Nya untuk kita semua. Dunia ini hanyalah kehidupan yang penuh dengan tipuan dan ujian. Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Banyak manusia meratapi bencana fisik, tapi mengabaikan bencana iman berupa meluasnya kekufuran. Kita wajib menolong saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, semampu kita. Pada saat yang sama, kita berdoa, mudah-mudahan Allah masih mengasihani kita semua, menunda azab atau hukumannya, dan memberikan kesempatan kepada kita untuk berbenah dan memperbaiki diri. Amin.

Laporan dari Lokasi Gempa Sumatera Barat

Assalaamualaikum Warahmatulllahi Wabarakaatuh



Email ini sebenarnya ingin saya kirim 3 hari yang lalu. Apa daya, jaringan internet byar-pet, ditambah tugas memanggil ke sana ke mari, akhirnya baru malam ini saya berhasil mengirimkannya.

Apalagi, dua hari silam saya mengalami musibah. Mobil yang saya tumpangi dengan kecepatan 50-60 km /jam menuju Bandara Internasional Minangkabau, untuk menjemput rekan kerja dari Kuala Lumpur, mengalami tabrakan beruntun tepat di depan Universitas Negeri Padang (UNP).

Hasilnya, 3 mobil ambulans PMI berantakan karena tabrakan tersebu (akibat sebuah mobil umum berhenti mendadak di jalur cepat, padahal mobil2x Palang Merah memakai sirene ke bandara, sekaligus menurunkan obat-obatan yang datang dari jakarta). Plus, mobil sewaan saya.

Saya terpental, nggak yakin apakah dada saya membentur dashboard atau tidak. Yang jelas, saya beruntung pake sabuk pengaman. Gubrakkk. Lalu asap muncul di mana-mana. Mobil sewaan saya hancur blas bagian depannya. Supir ambulans Unit Transfusi Darah milik Kota Padang hancur muka-belakang, dijepit mobil saya dan mobil di depannya. Supirnya, Hendra, terjepit kaki kanannya di ruang kemudi. Belasan tentara dan polisi, termasuk kita, berusaha cepat mengeluarkannya. Apalagi minyak oli menetes deras dari mobil saya. Takutnya terbakar. Belakangan, diketahui kaki Mas Hendra itu patah, dan sebenarnya direkomendasi untuk dioperasi. Tetapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya diurungkan. Tetapi kondisinya mulai membaik.

Reflek, saya langsung telpon teman PMI di markas daerah, lalu rekan di IFRC. Istri belakangan (ssst, jangan kasi tahu istri saya, ya?). Baru kemudian terasa dada nggak enak. Saya istirahat di Posko PMI, lalu ikut ke RS Siti Rahmah. Khawatir, saya diminta oleh dokter untuk rontgen. Alhamdulillah tidak ada retak atau luka. Hanya memar dalam, mungkin. Dokter memberi saya obat peredam nyeri.

Sebenarnya, saya sudah berada di Padang sejak Jumat lalu, 2 Oktober kemarin pagi-pagi, 2 Oktober. naek Pelita Air Service, atas jasa baik Chevron (Bos Fuadi, bilang ke Yayik, terima kasih banyak saya naik gratis ya...).

Kondisi keseluruhan kota Padang, menurut hemat saya cukup memprihatinkan, tetapi masih alhamdulillah dampaknya secara fisik tidak mengenai seluruh kota (mungkin 50%). Yang jelas listrik dan air bersih jadi masalah utama. Ppaling berat tentu karena ada gedung2 yang kolaps dan menimbun banyak orang di dalamnya. Saya mendampingi kawan-kawan relawan PMI di lapangan. Kemarin di kampus STBA Prayoga, relawan PMI berhasil menyelamatkan seorang dosen wanita yang terkurung sejak kejadian. Alhamdulillah selamat. Serasa mukjizat. Tetapi ada kawan relawan yang juga sedih bukan kepalang, di hari kejadian berhasil menolong seorang bocah, tetapi dua lainnya (ibu dan anggota keluarga) gagal diselamatkan. Mereka sudah meninggal.

Saya beruntung ikut assessment /peninjauan udara di siang hari menggunakan heli sewaan Federasi dari sekitar Padang hingga Pariaman. Memang, di dekat2 episentrum, efeknya masif. Gunung dan bukit berguguran, longsor. Bukit Barisan yang hijau sekarang banyak bopeng-bopengnya. Ngeri membayangkannya. Saya sempat mendarat di tempat terpencil di Bukit Pinang, Kampung Pauh, Lima Koto Kampung Dalam, Pariaman (kalo tak salah). Ibu-ibu yang menyambut pada menangis, karena kata mereka, baru Palang Merah yang datang ke mereka setelah tiga hari kejadian. Saya sampai mau nangis juga. "Tolong Pak, kami makan apa saja, mengais-ngais yang tersisa di sini," kata seorang ibu, yang tengah hamil. Waktu saya take off kembali, mereka melambai-lambai penuh harap. Aduh, teriris-iris hati rasanya.

Hari ini tim PMI bergerak ke Pariaman, karena sesungguhnya inilah daerah bertarung sesungguhnya. Banyak kerusakan, terpencil, dan susah dijangkau. Di Padang sendiri, tetap kerusakan terjadi, tetapi karena di kota maka lebih mudah mengakses ke sana ke mari, meskipun macet di mana-mana (antri bensin, antri air minum).

Saya sehat-sehat saja. Cuma seharian kemarin, saya baru menyentuh makanan setelah isya. "Kita ini kayak bebek, kerjaannya minum air melulu," kata kawan-kawan relawan. Saya setuju. Dan tidak menyesal harus jadi bebek. Tadi pagi sampai siang, saya ada di Hotel Ambacang, bersama relawan PMI dan TNI mencari tubuh yang mungkin terperangkap. Ketemu, sudah meninggal, tapi belum bisa dikeluarkan. Saya takut juga berada di antara reruntuhan, karena sudah reot dan jangan2 ambruk hanya dengan sedikit goncangan. Doakan mereka semua selamat dalam bertugas.

Hari ini, 5 Oktober, saya ke Padang Pariaman. PMI membuka posko kesehatan dan dapur umum di Desa Cubadak Air, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Sempat wawancara dengan seorang ibu, yang dengan keempat anaknya mengantri berobat. "Saya khawatir dengan anak bungsu saya, Pak. Sejak kejadian gempa, dia diam, tidak mau ngomong. Trauma dengan bencana itu," kata si Ibu. Kasihan. Saya catat agar kawan-kawan di PMI mulai mengerahkan PSP (Psychosocial Support Program) volunteer mereka ke desa dan kota.

Belum tau nih kapan harus kembali. Untuk ikhwan'akhwat bila ingin mengorganisir bantuan, bisa disalurkan ke PMI, PKPU, atau ke tempat lainnya yang saya lihat aktif (Juga Al Alzhar Peduli Ummat saya lihat ada di Pariaman).

HP saya yang biasa dinonaktifkan, tetapi silakan telpon saya di 087870642290.


--------------------------------------------------------------------------
Salam,

Laporan Seorang Teman, Ahmad Husein
(Bekerja sebagai Humas di Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional).

Kesal Hati

(Simpati Kepada Dua Teman di KPK)




Kita semua kesal
melihat ketidakadilan meraja di sini
dilemma mayoritas yang dikalahkan oleh tirani minoritas
yang dilindungi oleh kepentingan kapitalistik yang korup

Kita terperangkap di kelompok eksklusif
menyemprotkan Ayat maupun Hadits tapi miskin aplikasi
memandang curiga saudara sendiri
yang sedang berjuang menegakkan keadilan.

kita lupakan hal-hal normatif
yang menjadi kebutuhan azazi manusia
Hal yang diperlukan seorang penjahat mapun rahib

Mengapa kita terjebak dalam gerakan simbolik
yang miskin makna dari sentuhan nurani
terjebak dalam kotak Pandora pemikiran

Kita perlu menyamakan visi dalam membaca
dalam menerima isyarat Sang Mahapencipta
membongkar penjara egoisme, kesukuan dan taklid buta

Hentikan saja berpedoman Al Qur’an dan Al Hadits
bila itu hanya sebatas wacana dan teori semata
Mulailah dengan kemauan yang sama
Berempati dengan simpati pada sebuah tujuan
Boleh setuju untuk tidak sepakat
Tetapi sikapilah semua hal dengan bijaksana

Kasih Tak Sampai

(Buat Seorang Sahabat)



Tak terasa waktu sudah dekat
dalam rindu yang pekat
yang rela menapaki jalanan sepi, menemui cintanya
untuk merayakan dan meledakkan warna dunia

Ketika hendak kututup pintu
Justru jendela itu bercahaya
di sana tak ada yang istimewa
yang ada hanya sedikit asa pada rasa
yang menunggu impian jadi kenyataan

Kulihat rindu bergelayut manja
pada tangan kokoh entah milik siapa
Namun aku berupaya menjangkaunya
dengan merangkak, berjalan, pun berlari, tapi tak kunjung kuraih
bahkan mengantarkan aku pada perih tak terkatakan

Ya Allah,
sirnakan keraguan terhadap fajar terang yang pasti datang
hancurkan perasaan jahat dengan cercah kebenaran
Hempaskan semua tipudaya setan

Semua kebencian mengalir indah
bersama kecintaan dan keselarasan
bagai warna pelangi yang penuh
karena kita menginginkannya dalam kenyataan dan keharmonisan

Cinta dan benci sebagai sebuah permainan
Ketaatan adalah kebiasaan
kemaksiatan merupakan kehinaan.
Dapatkah Tuhan sebagai lingkaran pemersatu
Sebagai pengokoh langkah?

Sahabat,
Kulihat marahmu memerah sepekat darah
Namun jangan biarkan kemarahan mengalahkan keramahanmu

Istriku Naik Pesawat Terbang

“Deg-deg betul perasaan saya mau bepergian dengan pesawat terbang”, begitu komentar Wang Nung kepadaku. Wang Nung adalah Emban di rumahku. Dia sudah kuanggap seperti bagian dari keluarga sendiri. Liburan Idul Fitri ini dia kuajak ke Prabumulih, ke tempat mertuaku. Kebetulan pula, akan dilangsungkan pernikahan adik iparku di sana.

Wang Nung memang seumur-umur tidak pernah pergi jauh, apalagi terbang dengan pesawat terbang. “Nanti kalau nenek sudah di atas sana, dadahin Dika, ya?” begitu permintaan cucunya Wang Nung, dan itu pula yang diceritakannya kepadaku. Aku tersenyum lebar mendengarnya.

Pengalaman naik pesawat terbang memang beragam dirasakan orang. Ada yang biasa saja pada diri seseorang. Tetapi tidak seperti yang dialami oleh Wang Nung, atau bahkan oleh istriku.

Begitulah yang dulu terjadi pada istriku. Selesai kunikahi, dia lantas kuboyong ke mertuaku di Prabumulih ini. Kuputuskan pergi ke sana dengan naik pesawat terbang. Kami berangkat dari Bogor dengan bis Damri ke Bandara Soekarno-Hatta Jakarta ke Palembang yang punya Bandara bernama Sultan Mahmud Badaruddin II.

Tetapi sungguh mati, aku tidak tahu bahwa dia tidak pernah naik pesawat terbang seumur hidupnya. Ketika kami duduk di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta, tiba-tiba istriku nyeletuk dengan pertanyaan yang seumur hidupku tidak bakal kulupakan, dan itu jadi bahan olok-olok kami sekeluarga. Bahkan itu dijadikan guyonan bapak ibunya.

“Bagaimana kita naik ke atas pesawat itu?” tanyanya sepontan. Jelas betul pertanyaannya. Jelas pula pertanyaannya yang membuatku melongo dan tidak percaya. Seketika aku memperhatikan pesawat yang parkir. Memang kebetulan tidak kulihat satupun yang disandarkan tangga pesawat. Juga tidak kulihat adanya “belalai” sebagai wahana untuk masuk ke dalam badan pesawat.

“Kayaknya kita harus manjat”, kataku sekenanya sembari melihat raut wajahnya. Duh, perempuan yang kunikahi ini betul-betul masih terlalu polos sampai-sampai tidak tahu bagaimana naik pesawat.

Wajahnya berkerut seraya berpaling ke arah wajahku. Berhubung aku tersenyum lebar, segera kerutan wajahnya berubah bersemu merah. Dia malu. Kulit perutku jadi sasaran cubitannya. Sakit memang, tetapi aku tertawa terpingkal-pingkal.

Pemahaman

Dalam pertarungan ideologi, dunia memiliki 3 (tiga) mafhum ideologi besar: komunisme, Kapitalisme dan Islam. Secara umum, Komunisme kesalahannya hanya karena mereka mengingkari adanya Tuhan, walaupun dalam kondisi kepepet mereka mengakui adanya Tuhan. Sementara Kapitalisme bertumpu kepada kebendaan. Sementara Tuhan menjadi elemen yang kesekian. Tuhan itu boleh ada boleh juga tidak perlu ada.

Sebuah mafhum (pemahaman) mutlak membutuhkan indera, obyek pemahaman dan pengetahuan tentang obyek tersebut. Tanpa salah satunya, maka manusia seperti si buta yang mengira-ngira seperti apa bentuk seekor gajah. Berbagai interpretasi akan dimunculkan ketika ia meraba bagian tertentu dari gajah tersebut, tersebab ia tidak memiliki mata untuk melihat.

Begitu juga ketika istriku bertanya tentang bagaimana ia bisa masuk ke dalam badan pesawat, itu disebabkan ia tidak punya pengetahuan sebelumnya tentang wahana apa yang memungkinkan menghantarkan ia masuk ke badan pesawat.

Dalam agama-agama besar samawi, Islam-Nashrani-Yahudi, Tuhan diperkenalkan lewat pembawa wahyu, yaitu Nabi dan Rasul. Pengetahuan diberikan kepada para pengikutnya sehingga mereka mengenal siapa Tuhan mereka. Hanya saja dalam perjalanan waktu terjadilah penyimpangan pemahaman karena turut campurnya tangan manusia di dalam pengetahuan bagi pemahaman para pengikutnya.

Pembahasan tentang hal ini membutuhkan ruang dan waktu yang luas dan berkesinambungan. InsyaAllah bila ada luang waktu, perlu juga dipaparkan agar kita tidak menjadi manusia buta yang memeberikan interpretasi sesuai dengan keinginannya sendiri.

Ikhlas

Pengantar


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Yang menjadikan mati dan hidup (makhluk), supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun" (QS Al Mulk 2).



Kata pendek ini butuh proses panjang dan berliku dalam mengaplikasikannya. Allah Ta'ala mencipatakan manusia "Adam as" pertama kali mengajarkan tentang ikhlas kepada semua mahluk untuk hormat pada Nabi Adam atas kelebihannya. Dari semua mahluk ciptaanNya yang ingkar dan menolak untuk ikhlas adalah iblis laknatullah.

Memang Berat

Menjadi ikhlas itu berat. Ikhlas berseberangan dengan sombong. Sementara sombong dan ingkar adalah proyek besar iblis yang coba diwariskan kepada jiwa manusia. Ikhlas menentukan fluktuasi ibadah, penentu berat ringannya nilai ibadah, dan sebagai juri tertinggi yang bersemayam di hati (kalbu) manusia. Ketika mata melihat, telinga mendengar, tangan-kaki berbuat dan indera perasa bekerja, maka hati berucap. Ketika itulah malaikat mencatat nilai keikhlasan kita. Lihatlah ciri ikhlas itu.

1. Jarang merasa kecewa dalam hidupnya
2. Tidak tergantung apalagi berharap pada makhluk
3. Semua dikerjakan, kecil maupun besar aktifitas amal.
4. Beramal tanpa harus diketahui orang
5. Tidak membedakan golongan, ras, bendera atau organisasi.

Ikhlas itu telah terbina sejak kecil. Ia dimulai dari pengalaman lingkungan keluarga dan luar rumah. Dia tumbuh dari teladan dan sikap orang tua. Di luar rumah didapat dari pergaulan. Ikhlas bermuara dari kebesaran hati, sabar, lapang dada dan jujur dalam sikap serta perbuatan. Begitu besar pengaruh ikhlas sampai-sampai ia mampu menembus ruang dan waktu. Seperti hal apapun yang dilakukan, diucapkan, dan diisyaratkan Rasulullah, ia mampu mempengaruhi kita walau beliau telah wafat, namun kita patuh dan taat kepada beliau.

Orang ikhlas membuat iblis (syaitan) tidak bisa banyak berbuat dalam usahanya menggoda. Syaikh Ahmad Ibnu Athaillah berkata: “Amal perbuatan adalah kerangka yang tegak, sedang ruh (jiwa) nya adalah rahasia ikhlas (ketulusan) amal perbuatan”. Ingatlah bahwa iklhas paling penting untuk dipahami dan diamalkan, karena amal yang akan diterima Allah SWT hanyalah amal yang disertai dengan niat yang ikhlas.

Sehebat apapun amal bila tidak ikhlas, tidak bernilai apapun di hadapan Allah SWT. Bahkan amal sederhana menjadi luar biasa di hadapan Allah SWT bila dilakukan dengan ikhlas. Shalat belum khusyu. Hati selalu resah dan gelisah. Hidup tidak nyaman dan bahagia. Semua itu kuncinya ada pada keikhlasan.

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Al A'raaf:23)

“Agama itu adalah keikhlasan (kesetiaan atau loyalitas). Kami lalu bertanya, "Loyalitas kepada siapa, ya Rasulullah?" Rasulullah Saw menjawab, "Kepada Allah, kepada kitabNya (Al Qur'an), kepada rasulNya, kepada penguasa muslimin dan kepada rakyat awam." (HR. Muslim).

Semoga Allah SWT membimbing kita di jalanNya sehingga kita bisa menjadi hamba yang ikhlas

Gaya Hidup

Pengantar

Lifestyle.
Begitulah istilah yang beredar di kalangan masyarakat untuk sebuah gaya hidup: berpakaian, pola makan, trend bentuk rumah, jenis kendaraan, bahkan ke kedalam yang sangat pribadi sekalipun (maaf, mereka bicara tentang bentuk dan merek celana dalam).

Sesungguhnya tanpa sadar, kita telah digiring oleh sebuah skenario kehidupan yang sangat terencana agar umat Islam dengan rela menjauhi pola kehidupan mereka. Barangkali saat ini sudah jarang kedengaran orang melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’aan ba’da maghrib dan shubuh. Manusia Islam lebih suka melihat tayangan televise atau melanjutkan tidurnya selesai sholat shubuh (mudah-mudahan masih sempat sholeh shubuh).

Hari-hari yang Berlalu

Jum’at


Ini hari kemenangan umat Islam. Hari raya kecil. Pagi sekali terlihat bapak serta ibu pegawai negeri melintas di depan rumah. Mereka berseragam olah raga. Hampir semua kantor pemerintah sebelum memulai aktifitas di hari jum'at mereka berolah raga bersama.

Ini pemandangan yang lazim. Lantas kita lihat seorang instruktur senam berpakaian ketat dengan lekuk tubuhnya yang aduhai berada di depan. Tubuhnya menjadi santapan mata bapak serta ibu yang berdiri di belakangnya sambil mengikuti gerakan senam.

Menjelang shalat jum'at, usai berolah raga dan masih merasakan capek dan pegel, mereka berjalan menuju masjid untuk menunaikan shalat jum'at dalam kondisi low bat. Mereka mengambil shaf, shalat sunnah, duduk menunduk lalu tertidur saat khutbah jum'at disampaikan khatib. Dengan demikian, tak satupun nasehat khutbah yang masuk ke dalam pikiran sebagai hikimah hari itu.

Sabtu

Ini hari Sabbath, hari kemenangan umat Yahudi. Kantor libur. Sekolah libur Umat Islam menyambutnya dengan suka cita Menyiapkan aktifitas hari ini dengan jalan-jalan, rekreasi, makan-makan di luar rumah. Remaja muslim senang dengan datangnya hari ini karena ada malam minggu, bertemu pujaan hati, berboncengan, bergandengan tangan, bermesraan. Mereka tidak peduli lagi dengan shalat maghrib dan isya'. Mereka datangi pentas music, nongkrong di kafe dan di keramaian lainnya.


Ahad (Minggu)


Ini hari kemenangan umat Nashrani. Orang Kristen sejak pagi sudH RAPI berpakaian, berangkat ke gereja dengan seluruh anggota keluarga. Umat Islam sedang jalan atau lari pag dengan celana pendek, dan kaos oblong. Di manakah remaja muslimahnya? Mereka belum bangun dan tidak shalat shubuh. Mereka masih ngantuk karena malamnya pulang sangat larut dan masih pula chatting dengan kekasih untuk menumpahkan rasa yang tak tersampaikan.

Itulah daylife umat Islam selama 24 jam, mulai bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Di rumah tayangan televise adalah acara yang paling digemari. Mereka mendapatkan informasi tentang gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya makan, gaya bersosialisasi di tengah masyarakat, cara mengadakan pesta pernikahan, gaya berkendaraan, dunia kantor, dunia pendidikan, model jual beli.

Namun yang sangat menyedihkan, hampir seluruh aktifitas mereka itu semakin menjauhi ajaran agama Islam. Tanpa sadar, mereka lebih senang mengikuti kecenderungan jalan agama orang lain.

Orang-orang yang merencanakan semua ini menyadari bahwa umat Islam memang sulit bahkan tidak bisa diajak untuk memasuki agama lain. Oleh karena itu, mereka merencanakan kehancuran umat Islam dan generasinya dengan cara menjauhkan mereka dari ajaran agamanya, menjauhkannya dari masjid, menjauhkannya dari kajian-kajial ilmu Al Qur'an dan As Sunnah, yaitu dengan cara mendekatkan sedekat-dekatnya kepada cara dan kecenderungan yang mereka ciptakan.....

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (Al Qur’aan Al Baqaraah 120).

Penutup

Ada pepatah yang menyebutkan: “Al ‘aadah ila syaiyyi’iin marratan ba’da marrah”
(Kebiasaan yang terus menerus terjadi, berulang-ulang, sampai pelakunya tidak merasakan bahwa mereka sedang dijauhkan dari ajaran agamanya sendiri. Bahkan mereka mengatakan: Ini benar adanya dan sesuai dengan ajaran agama). Astaghfirullah.

Tanpa sadar kita sudah terperangkap ke dalam lifestyle dari Dates, birthday, hura-hura di buffet, standing party, hang out, music and movie, tank top dress, body fit (untuk ditonton bagusnya tubuh lelaki dan wanita), pola rekreasi. Ini adalah gaya hidup yang bukan dari agama Islam.

Inilah ajang mendasar dan penting untuk diketahui dan diperjuangkan untuk dibasmi di tengah kehidupan keluarga, terutama demi anak-anak kita. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa meneguhkan hati kita agar untuk senantiasa berpegang teguh kepada ajaranNya.

Pangeran Diponegoro

Fakta Sejarah yang Perlu Diangkat ke Pentas Indonesia

Oleh Dr. Adian Husaini





Pengantar


Pada jurnal Islamia-Republika, edisi 15 Oktober 2009, dimuat sebuah artikel menarik berjudul ”Diponegoro, Pangeran Santri, Penegak Syariat”. Artikel itu ditulis oleh Ir. Arif Wibowo, mahasiswa Magister Pemikiran Islam-Universitas Muhammadiyah Surakarta. Artikel itu membuka kembali wacana penting dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia bahwa Pangeran Diponegoro bukanlah pahlawan nasional yang berjuang melawan Belanda, semata-mata karena urusan tanah atau tahta. Tapi, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan Islam, bangsawan Jawa yang mendalami serius agama Islam, dan kemudian melawan penjajah Belanda dengan semangat jihad fi sabilillah. Diponegoro adalah sosok pahlawan yang berani meninggalkan tahta dan kenikmatan duniawi demi mewujudkan sebuah cita-cita luhur, tegaknya Islam di Tanah Jawa. Berikut ini kita sajikan secara utuh tulisan yang menarik tentang Pangeran Diponegoro tersebut.

Pangeran Diponegoro lahir pada 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Dalam bukunya, Dakwah Dinasti Mataram, Dalam Perang Dipnegoro, Kyai Mojo dan Perang Sabil Sentot Ali Basyah, Heru Basuki menyebutkan, bahwa saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir. Heru Basuki mengutip cerita itu dari Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89.

Intrik di Dalam Kraton

Suasana kraton yang penuh intrik dan kemerosotan moral akibat pengaruh Belanda. Ini tidak kondusif untuk pendidikan dan akhlak Diponegoro kecil yang bernama Pangeran Ontowiryo. Karena itu, sang Ibu mengirimnya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya, Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa dengan berpakaian wulung.

Bupati Cakranegara yang menulis Babad Purworejo bersama Pangeran Diponegoro pernah belajar kepada Kyai Taftayani, salah seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan Residen Belanda pada tahun 1805, Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat Al Mustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29).

Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M. Ambyah. Latar belakangnya, untuk menjadi Raja yang mengangkat adalah orang Belanda. Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa” (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).

Perang Besar yang Memayahkan Belanda

Dalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menyepakati bahwa perang Diponegoro lebih bersifat perang anti-kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: Pertama, wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, Kedua, pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, Ketiga, kekurangadilan di masyarakat Jawa, Keempat, aneka intrik di istana, Kelima, praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, Keenam, kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja, tetapi juga untuk kepentingan Belanda.

Namun menurut Louw, sebab-sebab sosial ekonomis tadi dilandasi oleh alasan yang lebih filosofis, yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, seperti dikutip Heru Basuki:

“Tujuan utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat.”

Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. “Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi” (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa)” (Lihat, P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, (2002)).

Kareel A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan perjuangannya. Peter Carey dalam ceramahnya berjudul Kaum Santri dan Perang Jawa pada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu Yogyakarta, dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro.

Bagi sebagian kalangan, ini cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan kembali dua kubu tersebut.

Paduan motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial, bahkan hampir membangkrutkan negeri Belanda. Korban perang Diponegoro: orang Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya perang 20 juta gulden. Total orang Jawa yang meninggal, baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, separuh penduduk Yogyakarta terbunuh. Data ini menunjukkan, dahsyatnya Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa Indonesia,

Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan jubahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia. Louw dalam De Java Oorlog Van 1825 – 1830, menulis: “Sebagai seorang yang berjiwa Islam, ia sangat rajin dan taqwa sekali hingga mendekati keterlaluan.”

Sejarah yang Harus Diketahui

Demikianlah artikel penting yang ditulis Saudara Arif Wibowo tentang Pangeran Diponegoro. Informasi tentang Diponegoro tersebut perlu diajarkan di sekolah-sekolah kita, khususnya sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam. Saya masih menemukan banyak sekolah Islam yang masih mengajarkan cerita tentang Diponegoro yang keliru dan tidak menggambarkan Diponegoro sebagai seorang pahlawan Islam. Seolah-olah Diponegoro berjuang melawan Belanda hanya karena urusan duniawi.
Kita berharap, pengelola lembaga pendidikan Islam, juga para orang tua bersedia meneliti buku-buku pelajaran anak-anaknya, agar tidak menyimpang dari ajaran Islam dan fakta yang sebenarnya.

Cobalah bertanya kepada anak-anak kita, apakah mereka memahami bahwa Islam masuk ke Indonesia adalah dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India. Padahal, teori buatan Snouck Hurgronje itu sudah lama dijawab oleh para ulama dan sejarawan Muslim. Para pendakwah Islam di wilayah Nusantara ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah para pendakwah yang datang dari negeri Arab yang serius mendakwahkan Islam; bukan sekedar pekerjaan sambilan dari pekerjaan utama, yaitu berdagang.

Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan lembaga-lembaga pendidikan, saya mengajak para pimpinan dan guru-gurunya, agar serius memperhatikan pelajaran sekolah anak-anaknya.

Suatu ketika anak saya menyodorkan soal pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI Sekolah Dasar, dari sekolah Islam terkenal. Salah satu soalnya menceritakan tentang seorang anak yang sekolahnya jauh dari rumah. Pulang sekolah, ia harus membantu ibunya berjualan sampai Maghrib. Usai shalat Maghrib, dia masih harus mengaji, sehingga esoknya di sekolah dia kecapekan dan mengantuk.

Alur cerita seperti itu seyogyanya tidak diberikan kepada anak didik, apalagi di sekolah Islam. Mestinya diberikan alur cerita yang lebih baik, bahwa meskipun anak tersebut rumahnya jauh, harus membantu orang tuanya berjualan, dan juga harus mengaji, tetapi si anak tetap dapat meraih prestasi dengan baik di sekolahnya. Faktanya, tidak sedikit anak-anak berprestasi di sekolahnya justru anak-anak yang suka belajar dan bekerja keras, meskipun berada dalam kondisi kehidupan yang tidak mudah.

Sungguh penting lembaga-lembaga pendidikan Islam melakukan perbaikan terhadap mutu guru, kurikulum, serta buku-buku pelajarannya. Kita berharap, dari sekolah-sekolah itulah akan lahir anak didik yang beradab. Yakni, anak didik yang mampu memandang dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai derajat yang ditentukan Allah SWT.

Penutup

Seorang Pangeran Diponegoro harus diletakkan secara terhormat sebagai pahlawan pejuang agama Allah. Era reformasi dan keterbukaan harusnya mampu dimanfaatkan sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam untuk merevisi, dan kalau perlu merombak, buku-buku pelajaran yang selama ini diajarkan kepada anak didik mereka.

Pelajaran sejarah sangat penting diberikan dengan mengungkap fakta dan perspektif yang benar untuk membentuk persepsi dan sikap hidup. Ketekunan, keikhlasan, kezuhudan, dan semangat jihad Pangeran Diponegoro seharusnya dipaparkan dengan benar kepada anak didik sehingga mereka tergerak untuk mengambil hikmah dan meneladani sang pahlawan Islam tersebut.


----------------------------------------------------------------------------



Kiyai Pamotan Sang Kuda Putih Diponegoro



Duh, Gusti Allah Yang Maha Kuasa
Dalam Rimba Raya hamba terpesona
Tentang cinta penuh air mata
Bagaimana nasib Yogya

Satu dua, cinta pada malam
Sudah ditundukkan pada kepasrahan
Kalaupun esok Kentol-Kentol Banyumasan berdatangan
Maka aku akan adakan sedikit gertakan

Sang Pangeran berhenti berdoa
Dipandanginya sawah ladang peninggalan eyang buyutnya
Satu-satu padi ditimpa embun pagi
Dan sempurnalah pagi ini

Tahun itu tahun 1825
Sebuah kegemparan dimulai
Pada sebuah ladang pada tangsi dekat Magelang
Tegalrejo pun menjadi saksi
Tentang Pangeran kinasih yang sakti

Pagi menjadi sunyi
Tadi malam ada pertemuan tentang adu senjata
Kira-kira siapa yang menang
Diponegoro atau Tuan Belanda
Tapi semua sepakat rakyat Jawa harus bertindak

Diponegoro keluar pintu
Dia melangkah pelan dan berkatalah dalam hati:
Aku akan jadi Arjuna dalam peperangan ini
Menjadi permata tanah Mataram

Kuda Putih Kyai Pamotan
Tunggangan yang dibersihkan oleh pelayan dari Bali
Sungguh gagah tanpa cela
Rambutnya rentang seperti priyayi muda
ringkikannya jantan bagai teriak kuntilanak
Jalannya rentang seperti serdadu Jipang

Diponegoro lantang naik kuda Kyai Pamotan
Keprak kuda Putih Kyai Pamotan
Lamat-lamat sejarah terulang pada kisah si Gagak Rimang

Patah Sayapnya

(Buat Seseorang yang Patah Sayapnya)




Sore itu di pucuk-pucuk angsana dan meranti
Burung-burung membangunkan sarang
Tempat menanti dan berteduh
Di atas sana indah berpendar di bias cakrawala dalam lukisan senja

Ketika merpati menghampiri
membawa berita dari seberang sana
Lamunan terbang dalam pias dan kalut
Ada bahana berkumandang keras sekali:

Elang itu ternyata tak sempurna
mata yang mestinya tajam untuk berburu
kini kabur berselubung titik-titik noda hitam
ya Allah, Ia telah menjadi seekor elang durjana sebagai gagak yang kelaparan


Aku tak mengerti itu bisa terjadi
Cecar tanya untuk memburu jawaban
"Mengapa kau hinakan dirimu?
Jika kau bisa menjadi tangguh dan perkasa?

Hati lirih dalam sunyi dan berharap semua itu mimpi
Airmata menjadi cermin batin
kini terdiam di kedalamannya

Masih kudengar riang canda burung-burung di atas sana
namun jiwaku tenggelam dalam sedan di antara ilalang
kemudian hampa dan hilang tersapu angin
Di atas sana langit menjadi mendung pekat yang tak berujung
Ia kini bagaikan burung yang patah sayapnya

Berusaha Menggapai Harapan

(Buat Dua “Anak Perempuanku” yang Dirundung Malang)




Sore itu dia berada di kota tua untuk menyongsong asa
Dia berharap ada impian yang mau singgah pada senyuman
Ada burung yang membangunkan sarang di pucuk flamboyan
Fikirnya, itulah tempat menanti dan berteduh
Di atas sana indah dengan pendar bias cakrawala dalam lukisan senja

Ternyata tidak ada elang yang menghampirinya
Dia sendirian menanti dan terus menanti
Lamunannya terbang dalam kecewa dan sedu sedan

Tadinya ia berharap ada elang yang datang
Yang bermata tajam dan kaki bercakarkan untuk mencengkeram
Ternyata yang ditemukannya adalah pipit kecil
Yang mencicit dan terbang ke semak ilalang lalu menghilang
ya Allah, Ia hanya seekor pipit yang suka mencuri padi petani

Saat itu dia hanya termangu dan tak mampu bertanya
Yang seharusnya ia mencecarnya dan memburu jawaban
Mengapa kau seekor pipit, bukan elang yang tangguh dan perkasa?

Dari semak ilalang dia masih mendengar cicit pipit itu
Tetapi jiwanya telah tenggelam lalu hilang tersapu ombak
Dia rasakan langit di atas sana menjadi mendung tak berujung
Kasihan dia, hatinya kini telah patah arang

Berniaga

Oleh Arief B. Iskandar




Pengantar

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka" (QS at-Taubah [9]: 111).


Ayat ini turun kepada Rasulullah saw. pada saat baiat Aqabah II. Saat itu 70 orang Anshar berkumpul di sekitar Rasul. Abdullah bin Rawahah ketika itu berkata kepada beliau, "Silakan engkau meminta syarat apa saja untuk Tuhanmu dan dirimu."

Nabi saw. lalu bersabda, "Untuk Tuhanku, aku meminta syarat agar kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Untuk diriku. aku meminta syarat agar kalian menjaga diriku sebagaimana kalian menjaga diri dan harta kalian."

Orang-orang Anshar bertanya, "Jika kami melakukannya, apa balasannya?" Rasul menjawab, "Surga..”. Mendengar itu, mereka berkata, "Sungguh, ini adalah perniagaan yang sangat menguntungkan! Kami tidak akan tingga! diam dan membatalkan jual-beli ini." Kemudian turunlah ayat di atas. (Ath-Thabari, 1405: XI/36).

Perniagaan yang Paling Menguntungkan

Dari ayat di atas dan pragmen kisah di seputar Baiatul Aqabah II, setidaknya ada dua pelajaran yang bisa kita petik.

(1). Sesungguhnya Allah Swt. telah membeli diri dan harta seorang Mukmin dengan surga. Berapa harga surga? Tentu tidak akan sebanding dengan dunia dan seisinya. Sebab, kata Allah, luas surga itu adalah seluas langit dan bumi (QS. Ali Imran [3]: 133). Adalah Umar bin al-Hammam, ketika diberitahu oleh Nabi saw. tentang betapa luasnya surga, ia—yang sedang makan kurma—segera membuang sisa kurma yang ada padanya sambil berkata, "Hidup terasa lama kalau aku harus menghabiskan kurma ini." Kemudian, ia pun segera berlari menuju medan jihad fi sabilillah hingga terbunuh sebagai syahid. (HR Muslim).

(2). Betapa luasnya kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya yang Mukmin. Bayangkan, diri dan harta kita adalah milik Allah, bukan milik kita. Namun, Allah ternyata mau membeli "milik"-Nya sendiri yang Dia titipkan pada kita. Padahal, seandainya Allah meminta diri dan harta kita tanpa imbalan sepeser pun, sejatinya kita pun merelakannya, karena diri dan harta kita adalah milik-Nya. Karena itu, betapa tidak tahu dirinya kita, jika kita tidak mau menyerahkan diri dan harta kita—yang sejatinya bukan milik kita itu—kepada Allah Swt. yang telah Dia beli dengan bayaran surga yang tidak ternilai harganya.

Ada baiknya kita meneladani seorang Arab Badwi, ketika dia melewati Nabi saw., sementara beliau sedang membaca QS at-Taubah ayat 111 di atas. Orang itu bertanya, "Ucapan siapa itu?" Nabi saw. menjawab, "Kalamullah (ucapan Allah)."

Lelaki itu berkata, "Betapa menguntungkan jual-beli dengan Allah! Aku tidak akan tinggal diam dan tidak akan membatalkan perniagaan ini." Segera setelah itu, ia pun pergi ke medan perang, menjual dirinya kepada Allah. la pun terbunuh; ia sukses menukar dirinya dengan surga yang telah dijanjikan-Nya. (Al-Qurthubi, 1372: VIM/287).

Seorang Mukmin selayaknya menyadari bahwa ia tak lebih dari seorang "budak", dengan Allah Swt. sebagai Tuan"-nya, karena Allah telah membeli dirinya. Seorang budak, sebagaimana kata Imam Ja'far ash-Shadiq, sejatinya harus:

(l) Taat, tunduk, patuh, dan tidak membantah tuannya pada saat tuannya memerintahkan apapun kepada dirinya.

(2) Menyadari bahwa semua yang ada pada dirinya—bahkan termasuk tubuhnya sekalipun—adalah bukan miliknya, tetapi milik tuannya. Artinya, seorang budak itu jangankan pakaiannya, tempat tidurnya, alat-alat makannya, tenaganya, waktunya, pikirannya, bahkan tubuhnya pun milik tuannya; ia harus rela menyerahkan semua itu kepada tuannya sebagai pemiliknya.

Ketundukan dan kesadaran inilah yang ditunjukkan Abu Bakar ash-Shiddiq yang menginfakkan seluruh hartanya ketika Allah dan Rasul-Nya meminta sebagian—hanya sebagian—hartanya untuk keperluan jihad fi sabilillah.

Itu juga yang ditunjukkan oleh Utsman bin Affan ketika ia mendanai—dari kantong pribadinya— 10.000 pasukan Perang Tabuk dengan membelikan masing-masing kendaraan, perbekalan, dan senjata lengkap.

Itu pula yang ditunjukkan oleh Mushab bin Umair—seorang pemuda tampan, kaya, terhormat, dan menjadi idola gadis-gadis Qurays—ketika ia memberikan semua yang dimilikinya itu untuk dakwah Islam, sementara ia sendiri dalam kesehariannya, selama hidupnya, rela hanya memakai pakaian dengan banyak tambalan; bahkan tak punya cukup kain kafan saat ia wafat.

Bagaimana dengan kita, khususnya para pengemban dakwah? Adakah sesuatu yang sudah kita jual kepada Allah demi meraih surga-Nya? Sudahkan kita menyerahkan sebagian besar waktu, harta, tenaga, pikiran, dan semua hal yang ada pada diri kita kepada Allah yang telah membelinya dari kita? Sudahkah kita menjual semua itu di jalan dakwah, sebelum kita menjual diri kita di medan jihad fi sabilillah?

Lebih dari itu, seorang penjual yang baik tentu akan memilihkan barang dagangan yang terbaik kualitasnya jika dia tahu bahwa barang tersebut akan dibeli oleh orang yang sangat terhormat—katakanlah seorang presiden, misalnya; apalagi jika sang presiden itu menawarnya dengan harga yang sangat tinggi. la bahkan akan menyerahkan barang yang terbaik kualitasnya itu dengan penuh sukarela dan kebanggaan, bahkan jikapun ia tidak dibayar.

Penutup

Sejatinya, kita yang sudah dibeli oleh Allah, Zat Yang Mahamulia, dengan bayaran surga, tentu akan melakukan hal yang sama; bahkan lebih dari itu. Sebab, pembeli kita adalah Allah, Pemilik dan Penguasa alam ini, dan bayaran yang akan kita terima adalah surga—sebuah bayaran terbaik, yang tidak ada yang lebih baik, bahkan jika dibandingkan dengan dunia dan seisinya. Karena itu, ketika Allah telah membeli diri kita, sejatinya kita menyerahkan kepada-Nya sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, dan harta kita di jalan-Nya; bukan waktu, tenaga, pikiran, dan harta sisa kita. Itulah yang dilakukan oleh Abu Bakar, Utsman, dan Mush'ab bin Umair di atas.

Layakkah kita menahan dan menunda-nunda menyerahkan harta. waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan diri kita kepada Allah yang sudah membelinya dengan bayaran surga yang luasnya seluas langit dan bumi? Bukankah surga yang selama ini kita idam-idamkan?

Ya Allah, ampunilah kami atas kebodohan kami, yang tidak mau menyerahkan jiwa-raga kami kepada-Mu. padahal Engkau telah membelinya dari kami dengan bayaran surga-Mu, yang luasnya seluas langit dan bumi. Amin.

Babak Bari Isu Terorisme

Pengantar

Tiga bulan pasca Tragedi JW Marioot-Rizt Carlton, isu terorisme terus bergulir. Terbunuhnya sejumlah pelaku terror tidak menjadikan agenda terorisme berakhir. Justru ada upaya yang lebih sistematis untuk mengembangkan isu ini. Mulai dari menindak para pelaku teror atau kekerasan sampai memberangus setiap upaya menegakkan Islam.

Kini muncul labelisasi, mengaitkan aksi kekerasan dengan fihak yang memiliki agenda formalisasi syariah Islam. Upaya ini tampak dipaksakan, karena antara motif dengan aksi pada kelompok yang dikaitkan sesungguhnya tidak ada korelasinya.

Penangkapan terhadap 335 orang lebih yang dikaitkan dengan aksi teror. Eksekusi terhadap 9 orang dalam drama di Temanggung, Jebres dan Ciputat ditayangkan TV. Mereka ini seakan tidak berhak sama sekali membuktikan dirinya teroris atau tidak, dan mendapatkan peradilan yang transparan dan jujur di depan hukum.

Dari sudut pandang HAM, penanganan di atas diduga sarat dengan pelanggaran, misalnya dalam penetapan daftar pencarian orang (DPO). Ini tidak sesuai dengan prinsip praduga tak bersalah. Ia bertentangan dengan pasal 19 ayat 1 UU HAM. Intinya, polisi tidak boleh mengumumkan seseorang masuk dalam DPO sebelum ada putusan pengadilan (Saharuding Daming, anggota Komnas HAM, Detiknews, 26/8/09).

TV dan media massa kini dikontrol dan dipaksa berpihak tanpa memberikan ruang untuk melakukan klarifikasi. Opini dibentuk dan diarahkan untuk mengadili tersangka, dan membenarkan tindakan pengadilan sepihak itu.

Memasuki Babak Baru

Pemerintahan SBY memasukkan agenda terorisme dalam program 100 hari pertama yang dikomando Menko Polhukam Marsekal (Purn.) Djoko Suyanto. Salah satu topik utama dalam Pertemuan National Summit yang digelar pada 29-31 Oktober 2009 di Jakarta. Pertemuan ini ajang dialog pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam isu terorisme. Di dalam pertemuan itu dibentuk komisi khusus penanganan terorisme (Detiknews, 25/10/09).

CIDES menyelenggarakan diskusi bertajuk “Kepemimpinan SBY, Gerakan Terorisme dan Masa Depan Demokrasi Indonesia” di Hotel Sahid Jakarta (22/10/09). Ketua Desk Koordinator Pemberantasan Terorisme di Kementerian Kordinator Polhukam Ansyaad Mbai berupaya mengaitkan dan menggeneralisasi tindakan dan kelompok teror yang mencakup semua kelompok dan umat Islam yang mengusung agenda penegakkan syariah Islam. Akhirnya, kontra terorisme pun bergeser dari penindakan terhadap radikalisme agama ke upaya deradikalisasi.

Sesungguhnya radikalisme, batasan dan bentuknya, semuanya tidak jelas. Jika perang melawan terorisme berubah dari memerangi pelaku teror atau kekerasan kepada perang melawan perjuangan menegakkan kembali syariat Islam, lalu untuk kepentingan siapa perang ini? Jelas bukan untuk kepentingan Islam dan umatnya. Bukan untuk kepentingan Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim. Meski sering kali menggunakan kedok untuk menyelamatkan Indonesia.

Skenario Politik Belah Bambu

Perang Melawan Terorisme sesungguhnya adalah perang melawan Islam. Ia merupakan agenda negara-negara penjajah. Mereka menganggap Islam sebagai ancaman potensial setelah runtuhnya Sosialisme dan Komunisme. Mereka telah menyiapkan 2 (dua) skenario.

Pertama, menyerang Islam dengan menyamarkan dan mengkamuflase dengan istilah Perang Melawan Terorisme, Radikalisme atau Fundamentalisme, atau ungkapan-ungkapan lainnya. Jika mereka menyatakan secara terbuka perang melawan Islam, mereka pasti tidak akan menang.

Dalam kondisi tertentu, mereka langsung melakukan peperangan terhadap umat Islam, terutama setelah mereka membuktikan sendiri bahwa umat Islam tidak akan bisa dikalahkan, baik di Irak, Afganistan maupun Pakistan. Untuk itulah mereka lalu meminjam tangan-tangan orang Islam melawan orang Islam. Mereka membentuk pemerintah boneka di Irak, Afganistan dan Pakistan atau negeri-negeri kaum Muslim lainnya sebagai kepanjangan tangan (antek) mereka untuk memerangi orang-orang Islam yang dianggap mengancam kepentingan mereka, dengan dalih Perang Melawan Terorisme dan sebagainya.

Kedua, melakukan pemetaan untuk kemudian menerapkan politik membelah bambu: yang satu diinjak, satunya lagi diangkat. Musuh mereka, yaitu Radikalisme dan Fundamentalisme mereka injak, sementara Liberalisme, Inklusifisme atau Moderat mereka angkat dan dipromosikan.

Selain itu, upaya deradikalisasi ideologi radikal mereka lakukan dengan cara: (1) Pemberdayaan tokoh-tokoh moderat agama untuk menyebarluaskan ajaran moderat; (2) Interfaith dialogue (dialog antariman); (3) Menyebarluaskan buku-buku ajaran agama moderat; (4) Kurikulum lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang moderat; (5) Program rehabilitasi para teroris pada masa penahanan, menjalani hukuman di LP dan setelah menjalani hukuman; (6) Kemitraan dengan lembaga-lembaga cultural /budaya untuk mensosialisasi bahaya terorisme serta menetralisasi radikalisme dan budaya kekerasan (Disarikan dari bahan Lokakarya Sespim 27/10/09: Kebijakan Penanggulangan Terorisme di Indonesia, oleh Ketua Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) Irjen (Purn) Pol. Drs. AnsyaadMbai).

Memahami Alur Politik

Umat Islam makin “melek politik”. Mereka telah menangkap pesan di balik eksploitasi media massa (cetak dan elektronik) dalam isu terorisme. Islam dan umatnya dibidik, ditempatkan pada posisi tertuduh, difitnah tanpa proses dialog yang transparan dan obyektif. Isu terorisme menjadi pintu masuk untuk membangun alur cerita dengan dukungan media massa yang kesimpulannya adalah : kaum Muslim pengusung penegakkan syariah Islam dicap sebagai kelompok radikal dan menjadi akar dari berbagai tindakan ekstrem dan terorisme.

Ini merupakan upaya menghakimi umat Islam secara sepihak dan berpotensi memecah-belah umat dan negeri ini. Lagipula umat bisa melihat adanya gap (jarak) antara motif (menegakkan syariah Islam) dengan aksi yang tidak nyambung itu (aksi-aksi teror).

Sesungguhnya menegakkan syariah Islam atau membangun Khilafah tidaklah mungkin bisa diupayakan lewat cara-cara teror seperti pengeboman atau aksi kekerasan lainnya. Kita berpijak dan meneladani dakwah Rasulullah Saw bahwa ketika mendirikan Daulah Madinah tidak ada satu pun dalil (nash) al-Quran maupun as-Sunnah yang mengajarkan tindakan kekerasan untuk menegakkan syariah Islam dan Daulah Islam.

Upaya penanganan terorisme memperkuat legal frame yang berpotensi melahirkan ironi demokrasi, menjunjung freedom of speech dan HAM. Dari sana mungkin lahir undang-undang yang sangat represif berkedok UU Keamanan Negara, UU Intelijen, amandemen UU Tindak Pidana Terorisme atau yang lain, yang memayungi semua tindakan kekerasan atas nama kepentingan nasional terhadap setiap sasaran yang dianggap mengancam kepentingan penguasa.

Pengamat politik telah mengkhawatirkan keadaan ini. Penguasa memiliki kekuasaan legal di DPR maupun di Kabinet. Bisa jadi ada warga negara Indonesia diadili dan dihukum hanya karena pemikirannya, meski yang bersangkutan tidak pernah melakukan aksi kekerasan. Dengan kata lain, secara sengaja ada upaya mengeneralisasi tindakan terorisme sama dengan pemikiran-pemikiran yang dianggap berseberangan dengan penguasa.

Pada bagian deradikalisasi, bisa saja Pemerintah melakukan tindakan sistemik dalam upaya penguatan arus Islam moderat. Upaya ini dimaksudkan untuk memoderatkan kaum Muslim atau—dalam bahasa yang lebih pas—menjaga sekularisme tumbuh dan hidup di negeri kaum Muslim, khususnya di Indonesia, dan sekaligus membabat Islam yang lurus. Upaya ini sekaligus dimaksudkan agar umat Islam menjadi toleran dan sangat pro ideologi Barat dan kepentingan penjajah. Padahal Sekularismelah biang segala kehancuran di negeri ini.

Penutup dan Harapan

Umat Islam saat ini berharap kepada kepemimpinan SBY agar tidak membebek kepada agenda terorisme yang diusung oleh Amerika Serikat. Kita percaya bahwa beliau bukanlah antek apalagi menjadi kacung negara Paman Sam. Sebab kita yakin bahwa beliau masih memiliki marwah keislaman di dadanya.

Sebuah harapan yang sangat sederhana dan bersahaja dari kami
.

Antara Benci dan Cinta

(Inspirasi dari seorang sahabat bertafakur: Alfi Arni)




Cinta, benci, harapan, takut adalah obsesi dari emosi
Ia merasuk ke sukma lalu merajai hasrat
Terkadang menjadi musuh besar manusia

Cinta seperti menapaki anak tangga
ada jejak-jejak ketulusan, keikhlasan dan nafsu
yang terkadang harus dikendalikan

Kebencian sebuah cinta seperti ganasnya mata elang
yang siap memburu bangkai-bangkai nafsu
kebencian juga bagaikan pujangga yang menulis di atas air
terkadang berupa anjing yang memangsa penolongnya
yang memalingkan manusia dari kelembutan hati
yang menjadikan hati dan nalar berjarak sejengkal dengan dengkul
yang membelenggu dan menghijab nurani terdalam

Sungguh jarang yang mampu menangkap pesan cinta
Tetapi cinta Allah kepada makhluk
adalah harapan di atas cahaya
Yang jatuh pada hati manusia untuk mencari dan bertahan
Yang mengobati hati yang patah
Yang menguatkan dan menentramkan

Ketakutan itu kesadaran pada kelemahan yang perlu sandaran
Sementara cinta adalah obsesi yang perlu perubahan dan tujuan
Namun adakalanya cinta menjadikan kita lalai
tersebab kita jadikan nafsu sebagai tujuan

Ya Allah kami,
aku berlindung kepadaMu
dari cinta yang tidak boleh dicintai
dari cinta orang yang tidak Engkau cintai
dan dari cinta yang melebihi cinta kepadaMu

Spiderman ala Anne Ahira

Temanku Islisyah, hari ini saya tidak nulis artikel, tapi saya mau berbagi cerita! Waktu umur saya 23 tahun, saya pernah loncat dari atap rumah lantai dua! Saya terinsipirasi setelah nonton film 'Spiderman', yang bisa loncat dari satu gedung ke gedung lainnya... saya pikir wah asyik sekali kalau saya bisa seperti itu!

Entah apa yang ada dalam pikiran saya, tapi saya terobsesi waktu itu ingin bisa melayang seperti Spider Man! Bodoh nian, memang!

Lalu apa yang saya lakukan waktu itu? Saya ikat seutas tali pada sebuah pohon mangga yang tinggi, lalu saya tarik ke atap rumah lantai dua, dan meloncatlah saya dari sana! Beberapa detik saya sempat melayang di udara, dan rasanya, uh..nikmaaat sekali. Tapi tidak lama kemudian...Dubrakk..! Saya nabrak pohon mangga, Aw!

Sebenarnya, saya berniat melayang ke kiri, tapi nggak tahu kenapa kok melayangnya jadi ke kanan? Jadilah Spider Man yang salah perhitungan! Bodo matematika! Alhasil...kaki kananku patah, dan jangan ditanya rasanya seperti apa...manizzzz pokoknya! Apalagi ditambah dimarahin sama Mama. weks!

Untuk mengurangi rasa sakit, meski tidak nyambung, saya pun marah-marah sama pohon mangga... "Dasar, pohon mangga durjana! Kenapa kamu tumbuh di sana?? Jadi aja aku nabrak kamu...!! huh!!"

Keponakanku yang kecil bertanya-tanya "Nenek, kenapa tante Hira marah-marah sama pohon mangga?" Mamaku dengan sangat kalem menjawab "Karena Tantemu itu bodoh". Oke, mami. Kuakui itu.

Tidak lama berselang, saya langsung dibawa ke Rumah Sakit, dan setelah itu 2 minggu saya tidak bisa berjalan. Tiap bangun tidur, saya pasti menangis. Karena posisi tidurnya saya nggak karuan kayaknya, jadi aja kakiku tambah nud..nud.. nud.. gitu! Udah nud..nud.. nud... eeh.. aku sering diolok-olok lagi sama adikku.

Kalo aku lewat & pake tongkat, dia suka bilang "Psst.. ada Spiderman cacat lewat" Ato kalau aku lagi nangis, dia dari kamar sebelah teriak "Masa, Spiderman nangis?!!" Whoaaa!! Kalo kaki ku tak sakit, dah kucundil dia!! Plus, belum lagi Mama ku yang terus-terusan mengomeliku...

"Kamu ini udah dewasa, seharusnya bisa jadi contoh yang baik, ini kok malah loncat seperti mau bunuh diri!? Apa yang akan kamu ceritakan nanti kalau kamu punya suami (waktu itu saya belum menikah) dan satu saat kamu punya anak?"

Hmm... kalo saya nanti punya anak, ngomongnya apa ya?! Kayaknya saya 'mo jujur saja sama mereka! "Nak..nak... dulu Mama pingin jadi Spider Man, tapi nggak jadi, gara-gara nabrak pohon mangga!". Dan kalau satu saat suamiku tahu ternyata istrinya ingin jadi Spiderman, palingan aku tinggal bilang... "Suamiku, kalau aku jadi SpiderMan, maukah kau jadi Batman?" Dubrakk! (Palingan dia pingsan!) hay..hay.

Anyway, Islisyah mau tahu kenapa saya ceritakan semua ini? Alih-alih belum lama ini saya tdk sengaja ketemu dengan dokter yang merawat kakiku waktu itu. Dan saya kaget, dia masih ingat kejadian itu!! Beliau bilang... "Aah! Saya tahu, kamu yg loncat dari lantai 2 yg kepingin jadi Spiderman itu ya?!"

Aaah... dokter.. jangan bilang gitu dunk.. saya jadi pingin malu neh...! Aku sekarang udah jadi wanita dewasa! Sumpah! Tapi kemudian saya berpikir, hmmm.... bagaimana pun itu memang sejarahku! So, ok deh! Biarin semua orang tahu... Yaitu, AKU pernah INGIN JADI SPIDER MAN! Tak peduli aku sekarang jadi CEO, tapi aku memang pernah melakukan banyak hal konyol dalam hidupku! Dan di atas adalah salah satunya! ^_^

After all, saya punya motto hidup: "Kekayaanku yang sejati adalah apa adanya aku, bukan apa yang kumiliki".

Ok Islisyah! Cukup sekian intermezo dari saya kali ini. Kalo Islisyah punya pengalaman konyol, please sharing with me! Dengan demikian saya tidak merasa konyol nian sendirian!

---------------------------------------------------------------
Temanmu, Anne Ahira
Spider Man Wanna-be!

Anakku Sayang

(Didedikasikan buat Seorang Ibu)




Anakku sayang
Bila ibu boleh memilih
berbadan langsing atau gendut karena ada dirimu
maka ibu memilih mengandungmu
Karena ketika itu ibu merasakan kebesaran Allah

Engkau ada di sana sembilan bulan
hidup di perut dan ikut kemanapun ibu pergi
Engkau merasakan jantung ibu berdetak bahagia
Engkau menendang perut ibu ketika engkau tidak merasa nyaman
Ketika ibu kecewa dan berurai air mata

Anakku sayang
Bila ibu boleh memilih
operasi caesar atau berjuang melahirkanmu
ibu memilih melahirkanmu
menunggu dari detik berdetak, menit beranjak dan jam berjalan
adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu firdaus
begitu dahsyatnya perjuanganmu mencari jalan ke luar
itulah saat kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum di antara peluh dan erangan sakit
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun

Tangismu memecahkan dunia ketika engkau hadir
Saat paling membahagiakan
Segala sakit dan derita sirna melihat merah badamu
Saat ayahmu mengumandangkan adzan,
ketika ia membisikkan kalimat syahadat
Menyebutkan kebesaran Allah dan junjungan kita Rasulullah di telingamu

Anakku sayang
Bila ibu boleh memilih berdada indah atau bangun tengah malam menyusuimu
ibu memilih menyusuimu
dengan demikian ibu telah membekalimu
dengan tetesan dan tegukan kasih sayang
Merasakan hangatnya bibir dan tubuhmu di dada sambil terkantuk
Adalah perasaam luar biasa yang orang lain tidak merasakannya

Anakku sayang
Bila ibu boleh memilih duduk di ruang rapat atau menemanimu menempelkan puzzle
ibu memilih bermain puzzle denganmu

Maafkan ibu, anakku
Jika ada saatnya engkau merasa sepi, gelisah dan tidak bahagia
Engkau harus percaya bahwa ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita
Agar tidak satu kepingpun bagian puzzle itu ada yang hilang
Sendiri, bersama, suka duka juga bahagia, adalah bagian kehidupan kita

Aku Lahir dari Rahim Kapitalis

Oleh Eko Prasetyo /Castraloka Nanta




Tuhan perkenankan aku
memperkenalkan siapa diriku,
meski aku yakin Kau sudah tahu

usiaku belum sampai tiga puluh
saat kutemukan akta lahir di serambi
dekil dan berdebu,
bisu

dijelaskannya
bahwa aku lahir dari rahim kapitalis
sehari-hari aku hanya diajarkan berpikir pragmatis tanpa sela
tanpa jeda;
bosan

masa kecil kuhabiskan dengan membaca kitab liberal
otakku dicuci dengan doa meminta materi
uang, uang, dan uang

maka,
izinkan aku kali ini, Tuhan
memohon padaMu untuk berhenti sejenak di tepian itu
halte kosong
yang kerap menyeru panggilan lima waktu

kini,
setelah sekian lama
aku ingin Kau tak hanya mengenalku
tapi juga menerima apa adanya aku
yang demam tinggi karena tak tahu siapa tuhanku

20 Ribu Rupiah dari Emak Nurdianah



Seorang ibu tua berusia di atas 70 tahun berjalan tertatih memasuki Posko Utama ACT di Jl. Adinegoro no. 31, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Minggu 4 Oktober 2009. Tangannya gemetar menggenggam sesuatu, “Ini posko kemanusiaan ya?” bibirnya ikut bergetar. Serempak beberapa relawan mendekatinya, “Benar mak, ada yang bisa kami bantu?”


Sebuah pertanyaan standar, sebab kami mengira bahwa Ibu tua itu hendak meminta bantuan untuk korban gempa. Namun ternyata kami salah karena ia datang justru untuk memberi bantuan, “Emak mau kasih bantuan, tolong disampaikan kepada para korban gempa. Melihat kalian yang muda-muda ini bekerja, sebenarnya emak ingin menjadi relawan. Tapi emak sudah tua, emak nggak kuat lagi, sudah nggak kuat lagi,” ujar Emak Nurdianah bersemangat.

Emak Nurdianah mengaku lahir tahun 1938, mendatangi posko ACT menitipkan uang dua puluh ribu rupiah untuk disalurkan kepada para korban gempa. Padahal ia sendiri pun salah satu korban gempa di Kota Padang yang mengguncang tanah Sumatera 30 September 2009 lalu. Lebih dari 600 orang menjadi korban jiwa, belum termasuk lima ratusan lainnya yang belum ditemukan hingga hari ke -6 pasca gempa, mereka tersebar di beberapa titik seperti Tandikek dan Sicincin. Sedangkan pengungsi mencapai ratusan ribu, tersebar di seluruh Sumatera Barat.

“Emak terharu melihat kalian, datang dari jauh untuk membantu tempat emak. Sebagai orang Minang, emak merasa harus pula membantu tanah emak sendiri, emak tidak mau kalah sama kalian. Dulu emak ini pejuang, angkat senjata…. Sekarang emak sudah tidak sanggup bekerja berat. Emak cuma bisa titip ini,” sambil menyerahkan uang digenggamannya kepada Romi, salah seorang relawan.

Ketika Romi hendak membuatkan tanda terima, Mak Nur menolak dengan halus, “Tak perlulah catatan macam itu, cukup Allah saja yang mencatatnya. Emak hanya minta doakan, tahun ini emak naik haji agar dilancarkan sampai kembali lagi ke sini ya…” sebuah permintaan sederhana yang sudah pasti semua relawan yang ada di Posko saat itu serempak mendoakan, “semoga dilancarkan mak, insya Allah mabrur” Boleh jadi haji Mak Nur sudah diterima Allah bahkan sebelum ia bertamu ke rumah Allah nanti.

“Sekali lagi terima kasih, kalian anak-anak muda, jaga kesehatan ya biar lebih lama di tanah kelahiran emak, biar lebih banyak orang yang bisa dibantu…” Emak Nur pun pamit pergi meninggalkan posko sambil memeluk satu persatu relawan yang ada di posko, beberapa relawan perempuan pun tak luput mendapat ciuman hangat bak seorang ibu yang tengah mengalirkan energi cinta kepada anak-anaknya. Jelas pelukan hangat Mak Nur memberi energi lebih kepada para relawan untuk menjalankan misi kemanusiaan tanpa kenal lelah. Semakin kami sadar bahwa di belakang kami terdapat orang-orang yang terus menopang segala pengorbanan di lokasi bencana.

Dua puluh ribu rupiah yang dititikan Mak Nur rasanya sangat bernilai tinggi bagi kami yang diamanahkan untuk meneruskannya kepada para korban gempa. Sebuah kehormatan bagi segenap relawan ACT yang mendapat amanah bernilai luhur dari seorang Mak Nur. Sungguh, titipan dari sejuta Mak Nur di belahan bumi pertiwi yang tak dapat kami berjumpa satu persatu merupakan amanah tertinggi yang wajib kami panggul secara terhormat di pundak ini. Terima kasih Mak Nur, dua puluh ribu rupiah milik Mak Nur menambah semangat kami…



Ditulis oleh Bayu Gawtama, Head of Volunteer Networking & Empowerment ACT