Senin, 09 November 2009

Ikhlas

Pengantar


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Yang menjadikan mati dan hidup (makhluk), supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun" (QS Al Mulk 2).



Kata pendek ini butuh proses panjang dan berliku dalam mengaplikasikannya. Allah Ta'ala mencipatakan manusia "Adam as" pertama kali mengajarkan tentang ikhlas kepada semua mahluk untuk hormat pada Nabi Adam atas kelebihannya. Dari semua mahluk ciptaanNya yang ingkar dan menolak untuk ikhlas adalah iblis laknatullah.

Memang Berat

Menjadi ikhlas itu berat. Ikhlas berseberangan dengan sombong. Sementara sombong dan ingkar adalah proyek besar iblis yang coba diwariskan kepada jiwa manusia. Ikhlas menentukan fluktuasi ibadah, penentu berat ringannya nilai ibadah, dan sebagai juri tertinggi yang bersemayam di hati (kalbu) manusia. Ketika mata melihat, telinga mendengar, tangan-kaki berbuat dan indera perasa bekerja, maka hati berucap. Ketika itulah malaikat mencatat nilai keikhlasan kita. Lihatlah ciri ikhlas itu.

1. Jarang merasa kecewa dalam hidupnya
2. Tidak tergantung apalagi berharap pada makhluk
3. Semua dikerjakan, kecil maupun besar aktifitas amal.
4. Beramal tanpa harus diketahui orang
5. Tidak membedakan golongan, ras, bendera atau organisasi.

Ikhlas itu telah terbina sejak kecil. Ia dimulai dari pengalaman lingkungan keluarga dan luar rumah. Dia tumbuh dari teladan dan sikap orang tua. Di luar rumah didapat dari pergaulan. Ikhlas bermuara dari kebesaran hati, sabar, lapang dada dan jujur dalam sikap serta perbuatan. Begitu besar pengaruh ikhlas sampai-sampai ia mampu menembus ruang dan waktu. Seperti hal apapun yang dilakukan, diucapkan, dan diisyaratkan Rasulullah, ia mampu mempengaruhi kita walau beliau telah wafat, namun kita patuh dan taat kepada beliau.

Orang ikhlas membuat iblis (syaitan) tidak bisa banyak berbuat dalam usahanya menggoda. Syaikh Ahmad Ibnu Athaillah berkata: “Amal perbuatan adalah kerangka yang tegak, sedang ruh (jiwa) nya adalah rahasia ikhlas (ketulusan) amal perbuatan”. Ingatlah bahwa iklhas paling penting untuk dipahami dan diamalkan, karena amal yang akan diterima Allah SWT hanyalah amal yang disertai dengan niat yang ikhlas.

Sehebat apapun amal bila tidak ikhlas, tidak bernilai apapun di hadapan Allah SWT. Bahkan amal sederhana menjadi luar biasa di hadapan Allah SWT bila dilakukan dengan ikhlas. Shalat belum khusyu. Hati selalu resah dan gelisah. Hidup tidak nyaman dan bahagia. Semua itu kuncinya ada pada keikhlasan.

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Al A'raaf:23)

“Agama itu adalah keikhlasan (kesetiaan atau loyalitas). Kami lalu bertanya, "Loyalitas kepada siapa, ya Rasulullah?" Rasulullah Saw menjawab, "Kepada Allah, kepada kitabNya (Al Qur'an), kepada rasulNya, kepada penguasa muslimin dan kepada rakyat awam." (HR. Muslim).

Semoga Allah SWT membimbing kita di jalanNya sehingga kita bisa menjadi hamba yang ikhlas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar