Senin, 23 November 2009

THR Buat Emak

“Masya Allah!" seru emak. Matanya membelalak, seperti tidak percaya. "Satu juta! Banyak sekali!”. Kulihat emak menjerit setelah menghitung isi amplop yang kusodorkan. Tangannya yang keriput itu gemetar, memegang lembaran-lembaran berwarna merah. Dia menatapku dengan air mata berlinang. Bibirnya bergetar.

Kulihat juga bahwa bapak menghitung isi amplop itu. Sama dengan emak, mata tua itu memandang isi amplop dengan tatapan tak percaya. Bapak berusaha meyakinkan diri, menggunakan matanya yang sudah tak awas lagi semaksimal mungkin untuk menghitung uang di amplop itu. Satu juta rupiah juga!

“Itu THR buat Emak sama Bapak. Cuma sedikit saja. Ndak ada apa-apanya dibanding sawah sama sapi yang pernah Bapak jual buat sekolahin saya dulu,” ujarku dengan lirih. Kerongkonganku serasa tercekat. Aku malu dan kepalaku kutundukkan. Bahkan terasa masih sangat kurang memberi kepada kedua orang yang telah paling banyak menanam budi dalam diriku ini.

Uang sejuta itu sesungguhnya tidak pernah punya arti dibandingkan kasih sayang mereka. Susah payah mereka. Berpanas berhujan. Dalam kesusahan hidup. Deraan sakit. Dan seribu macam keadaan yang serupa menghadang dan menderanya.

Ya, Allah, uang sejuta itu bukan apa-apa. Itu hanya wujud rasa syukurku untuk menyenangkan orang tua yang sudah uzur itu. Ya, Allah, aku mohon kepadaMu, tambahkan rezekiMu kepadaku agar aku dapat memberikan yang lebih banyak dari sekedar yang sejuta itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar