Kamis, 31 Desember 2009

Ini Sebuah Rahasia




Pengantar

Tatkala Anda telah menikah, maka saatnya Anda menikmati hidup ini dengan penuh syukur. Syukur dan sabar tak mungkin dipisahkan. Bersabar menerima berbagai keanehan yang dilakukan oleh pasangan hidup. Aneh itu baru permulaan, insya Allah setelah paham, justru aneh itu membuat pendewasaan sejati.

Menikahi wanita adalah hal biasa. Tetapi tetap mencintai wanita yang dinikahi adalah hal luar biasa. Tidak mudah, memang, perlu sabar dan mulai memahami karakter pasangannya agar bertahan hingga ajal menjemput, utuh sampai bertemu kembali di Taman Firdaus.

Memang Beda

Lelaki dan perempuan memang beda. Kalau ada konsep yang mengatakan bahwa pria dan wanita sama, harus diberi hak dan kewajiban yang sama, maka konsep itu menyesatkan, jauh dari fitrah dan kodrat masing-masing. Coba simak beberapa perbedaan antara lelaki dan perempuan.

1) Dulu sekali, lelaki berburu dan melindungi, perempuan mengasuh dan menyusui. Mengasuh dan menyusui adalah tugas utama, tidak meninggalkan anaknya kepada pembantu.

2) Pria obyektif, wanita intuitif (menganalisa lewat nada suara dan tatapan mata). Pria merasa kesulitan jika berdusta. Sebab wanita memiliki mesin pendeteksi kebohongan bila dia menatap langsung mata pasangannya.

3) Sudut pandang mata pria sempit, kerucut di retina, dan mata pria kurang lebar, tidak seperti wanita. Wajar jika pria lebih fokus tapi kurang kreatif melihat wacana lain di sekitarnya. Pria sering gagal menemukan sesuatu, seperti menemukan gula yang terletak dengan sangat jelas di antara bumbu-bumbu dapur.

Sudut pandang mata pria sempit. Tatkala melihat wanita lain yang menggoda hasrat, maka kepala pria turut berputar mengikuti arah wanita tersebut. Belum tentu jatuh cinta, melainkan naluriah saja. Jangan khawatir, itu tidak berbahaya selama pria memiliki iman. Namun para bapak diperintahkan untuk menundukkan pandangan matanya.

Bukan berarti wanita tidak pernah melihat pria tampan. Sudut pandang luas melebar (hampir 180 derajat), menyebabkan wanita jarang kepergok memandangi seorang pria tampan. Celakanya ketika belanja mentega di supermarket, seringkali yang terbeli bukan hanya mentega, melainkan hal-hal menarik lainnya.

4) Otak wanita memiliki koneksi antara otak kiri dan kanan sekitar 30% lebih aktif dari pria. Wanita bisa berjalan, bicara, dan pakai lipstik dalam waktu bersamaan sekaligus. Tugas ibu rumah tangga cocoknya bagi wanita, bukan pria. Para bapak tidak akan mampu melakukan beberapa hal sekaligus: masak sambul ngasuh, sambil nyuci, sambil nyapu, sambil ngemil, bahkan sambil ngomel. Pria hanya bisa berkonsentrasi satu pekerjaan pada satu waktu. (Maaf) Pria jarang berbicara ketika sedang bercinta dengan istrinya. mungkin karena terlalu fokus.

5) Wanita suka bicara, pria seperlunya. Dua orang wanita bisa saling menelpon selama 1 jam, padahal mereka berdua baru saja pulang berlibur bersama selama satu minggu. Gosip lebih melekat pada diri wanita dibandingkan pria. Orang Madura bilang, bila beberapa wanita bertemu, tempat itu bisa menjadi pasar.

6) Wanita bicara dengan perasaan – baik positif maupun negatif, dan bahasanya hiperbolik. Jika wanita berkata, “Kau tidak pernah benar-benar mencintaiku, kau hanya mencintaiku ketika engkau menginginkan seks saja!” Maka tenang saja, tak perlu dibantah, sabar saja, tidak hanya Anda yang mengalaminya.

7) Wanita mendengar dengan perasaannya. Jika istri Anda mengajukan pertanyaan pilihan semisal, ”Suamiku, hari ini mau masak sayur asem atau sayur bening?” Jangan asal menjawab seperti, “Terserah kamu saja, deh!” Bisa jadi istri Anda bisa kecewa dengan jawaban “terserah”. Baginya, tidak ada “Sayur Terserah.” Namun jika Anda menjawab, “Sayur asem saja!” maka istri Anda bisa saja ngedumel, “Memang sayur bening bikinanku tidak enak ya... kok milihnya sayur asem melulu!” Padahal 10 kali tawarannya, Anda baru 5 kali memilih sayur asem.

Ketika terjadi penawaran yang mengharuskan si suami memilih, ada baiknya suami mengatakan, “O begitu ya, ada sayur asem dan sayur bening... memangnya kamu sudah nyiapain untuk masak sayur apa?” Jika ia menjawab, “Sayur Bening...!” Maka segeralah Anda memujinya, “Kebetulan saya juga sedang pengen makan sayur bening nih, apalagi sayur bening buatan kamu sangat unik sebab banyak kelebihannya dibandingkan sayur bening yang biasa!” (kalau bukan kelebihan garam, biasanya kelebihan air. Hehehe, tidak ada salahnya nyenengin istri).

8) Biasanya wanita memiliki ambang stres kecil, sedangkan pria cukup besar, terbatas bisa menampung masalah dalam hati dan pikirannya. Sehingga setelah melewati harinya, ia suka curhat pada suaminya di kala malam tiba. Berbahaya jika suami dalam kondisi stres juga, maka suaminya kadang enggan mendengarkan. Istri kalau stres cenderung berbicara dan mencari teman bicara, sedangkan suami kalau stres cenderung diam dan mencari ketenangan.

9) Bagi pria, keahlian, itu yang utama. Bagi wanita, kebersamaan, itu lebih utama. Itu sebabnya jika istrinya bersalah, seorang suami yang baik tidak langsung menghakimi. Ia Suami akan menunjukkan keberpihakannya dan mengatakan, “Mari kita hadapi bersama...”

10) Suami suka dipercaya dan menginginkan seks, sedangkan istri suka diperhatikan. Berikanlah kepercayaan penuh kepada suami Anda, “Saya yakin Kakanda bisa menyelesaikan semua masalah itu..!” Berikan juga perhatian pada istri. “Kanda itu cintaaa banget sama Dinda...” Ucapkanlah minimal seminggu dua kali. Tapi jangan ucapkan terlalu sering (misal setiap jam), dikhawatirkan maknanya jadi kurang mendalam lagi. Jangan ucapkan hanya kalau Anda sedang ada maunya.

Umumnya pria suka seks (istrinya adalah perhiasan terindah), sedangkan wanita suka diperhatikan (begitulah karakter perhiasan). Bagi wanita, seks adalah konsekuensi dari menikah, sedangkan pria berpikir bahwa menikah adalah konsekuensi dari menginginkan seks. Jika wanita lajang menyatakan “Aku mencintaimu!” kepada seorang pria, artinya banyak tafsirannya: “Aku bersedia menikah denganmu,” atau “Aku ingin mengobrol lebih banyak denganmu,” atau “Aku ingin mendapatkan perhatianmu lebih banyak,” atau “Aku ingin dibelikan ini dan itu…” Tetapi jika seorang pria lajang menyatakan “Saya mencintaimu!” kepada seorang wanita yang belum menikah, maka artinya relatif sederhana yaitu “Aku ingin segera berhubungan seks denganmu!”

11) Pria humoris adalah yang pandai melontarkan humor, sedangkan wanita humoris adalah yang tertawa ketika pria melontarkan humor. Itu sebabnya, jika suami melontarkan humor, tolonglah untuk tertawa seikhlas mungkin Jangan pernah katakan "garing amat, sih". Sebab sejujurnya, seorang istri akan terlihat tambah menarik plus menggoda bagi suami jika ia menghargai humor-humor suaminya...

Kesimpulan

Lelaki menginginkan kekuasaan, prestasi, dan seks, sementara perempuan menginginkan hubungan yang harmonis, stabilitas dan cinta dari pasangannya. Kesimpulan lainnya, terserah saja. Mau percaya boleh, tidak percaya juga tidak apa-apa.

Jangan Melupakan Sejarah

(Catatan Kecil Memasuki Tahun 2010)



Sejarah adalah refleksi dan identitas sebuah peradaban. Penafsiran terhadapnya mempengaruhi sikap dan tingkah laku para pelaku sejarah. Napoleon Bonaparte menakluk seluruh wilayah bekas kekaisaran romawi dalam rangka mengklaim dirinya sebagai penerus spiritual Romawi. Ia kenakan daun Defnaf sebagai mahkota yang biasa digunakan kaisar-kaisar Romawi.

Napoleon bukan satu-satunya orang yang mendasarkan tindakannya pada sebuah penafsiran sejarah. Para pendiri Negara Amerika Serikat menghabiskan waktunya untuk mempelajari kitab-kitab latin klasik. Bagi mereka sejarah bukan sesuatu yang mati.

Penafsiran sejarah membuat seorang Yahudi bernama Theodore Herzl mencetuskan gagasannya tentang ”Negara Yahudi”. Gagasan ini menginspirasi banyak orang Yahudi untuk mewujudkan cita-cita Herzl: sebuah negara di tanah yang dijanjikan Tuhan, yaitu Palestina. Kemudian pembantaian dan pengusiran terhadap rakyat Palestina dianggap bukan dosa atau pelanggaran terhadap kemanusiaan, karena Zionis Israel merasa memiliki klaim theologis dan historis atas Palestina.

Bangsa-bangsa penjajah memahami nilai strategis sejarah. Mereka berduyun-duyun mengkaji, meneliti, dan menulis sejarah, bukan hanya sejarah mereka tetapi merambah pada sejarah peradaban Islam. Tetapi umat Islam justru mengalami amnesia terhadap sejarahnya, kehilangan jati diri, dan tidak bangga terhadap keislamannya.

Ketika tradisi keilmuan di kalangan umat Islam memudar, penulisan sejarah Islam banyak dilakukan oleh kaum orientalis dan murid-muridnya. Padahal menurut Muhammad Quthb, karya-karya mereka lemah dari sisi metodologi, jauh dari tanggung jawab ilmiah, dan diwarnai motivasi untuk mewujudkan tujuan tertentu yang tersembunyi. Cermatilah buku-buku sejarah Islam, dengan mudah menemukannya bahwa ia karya orientalis atau muslim yang berfikiran orientalis.

Musuh-musuh Islam melakukan upaya sistematis dalam mendekonstruksi sejarah Islam sampai umat Islam benar-benar melupakan kegemilangan sejarah peradabannya. Umat ini hampir tidak memiliki pilihan kecuali memahami sejarahnya melalui kacamata Barat yang jauh dari nilai-nilai Islam. Mereka menafsirkan, memberi label dan mencitrakan umat Islam sesuai kehendak dan prasangka mereka. Dalam perspektif mereka, siapapun yang ingin mengembalikan kejayaan peradaban Islam akan diberi cap teroris, radikal, fundamentalis dan diperlakukan sebagai musuh peradaban barat. Kita tahu barat telah menyematkan label ”teroris” kepada Hamas, hanya karena mereka konsisten ingin membebaskan Palestina dari cengkraman penjajah Israel. Mengapa kita melupakan jejak berdarah yang ditinggalkan Negara Yahudi di bumi Palestina sejak tahun 1948, yang tidak pernah berhenti meneror, membunuh, memperkosa, dan ribuan kejahatan kemanusiaan lainnya terhadap rakyat Palestina sebelum bumi Palestina seluruhnya jatuh dalam genggaman mereka.

Para pemimpin Islam telah melupakan siapa musuh mereka. Pilu rasanya menyaksikan mereka takluk pada tekanan barat dan ”dipaksa” duduk bersama mereka ketika hujan bom dan peluru Israel membumi hanguskan Gaza. Mereka bicara tentang HAM dan perdamaian, tapi tidak pernah mau mengusir penjajah dari bumi Palestina. Mereka klaim sebagai negara paling demokratis, tetapi memboikot kemenangan Hamas dalam pemilu tahun 2006 dan membiarkan Gaza diblokade dari dunia luar sehingga terjadi krisis kemanusiaan. Jangan lupakan bahwa Eropa dan Amerika berdiri dalam satu barisan menghadapi dunia Islam, dan jiwa perang salib masih tetap melekat di dada mereka. Kita tidak sedang menghakimi seluruh masyarakat barat, tetapi pemerintahan di negara barat telah lama terjangkiti sindroma Islamophobia.

Dunia boleh lupa pada pidato Bush ketika tentara Amerika melakukan penyerangan ke Afghanistan dan menganggap perang itu sebagai Crussade atau ”Perang Salib”. Ini fakta sejarah dan saksi hidup kebiadaban yang dipertontonkan Israel, Amerika dan sekutu-sekutunya terhadap dunia Islam. Umat Islam harus mendokumentasikan peristiwa tragis itu dalam sebuah catatan sejarah yang akan dibaca oleh generasi muslim di masa depan, agar mereka bersatu padu menghadapi setiap kekuatan yang mencoba menghancurkan umat Islam.

Kita mungkin berharap akan datang lagi Salahuddin Al Ayubi membebaskan bumi Palestina dari penjajahan Zionis Israel. Padahal sosok Salahudin tidak serta merta muncul tanpa sebab yang mendahuluinya. Ia adalah produk sebuah peradaban yang lahir dari rahim para ulama yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup.

Sejatinya, ini adalah tugas besar bagi umat Islam untuk menelaah, mengkaji dan menafsirkan kembali sejarahnya dengan benar, tidak hanya mengekor pemikiran orientalis yang notabene tidak pernah merasakan ruh Islam bergejolak dalam dada mereka.

Sejarah jangan lagi diperlakukan sebagai kumpulan fakta dan menjadi tumpukan dokumentasi masa lalu. Umat Islam harus mampu menjadikan sejarah sebagai pelajaran berharga dalam bentuk rangkaian aturan-aturan Allah yang sangat efektif membantu menemukan jalan menuju kemajuan peradaban dan menghindari kesalahan-kesalahan generasi masa lalu.

Rabu, 30 Desember 2009

Ibu, Kaulah Segalanya


Kaulah gua teduh tempat merenung
kawah peluncuranku
hamparan bumi tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
hijau gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
mata air yang tiada henti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain, berenang dan menyelam
yang menjaga lurus horisonku
yang mengawalku mencari jejak sorga di telapak kakimu

Kaulah segala perumpamaan itu

Tuhan,
aku bersaksi bahwa ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasih sayang dariMu
kasihilah ibuku seperti Engkau mengasihi kekasih-kekasihMu
Amin.

Senin, 28 Desember 2009

Duhai Belahan JIwa




Duhai belahan jiwa,
perempuan yang ditakdirkan menjadi ibu dari anak-anakku
sembahlah Allah, jangan pernah menyekutukanNya
cintailah Dia dengan segenap jiwa ragamu
melebihi kecintaanmu kepadaku
cintailah Dia yang tidak pernah menginggalkanmu
sementara suamimu adalah makhluk yang pasti meninggalkanmu

Bila Allah memanggilku terlebih dahulu, jangan kau ratapi
Dia menjanjikan firdaus untuk yang ikhlas dan sabar
aku berdoa agar Allah menjagamu dan anak-anak kita

Berbaktilah kepadaku
ridho Allah adalah ridhoku sebagai suami
Jannahmu ada pada ridhoku
jadilah istri sholehah, panutan anak-anak,
kehormatan sebagai tiang agama
Jangan rusak akhlakmu
karena itu merusak keluarga, anak-anak, bangsa dan agama kita

Harta itu hanya titipan dan amanah
ambil seperlunya, belanjakan di jalanNya
sebagai bekal yang banyak untuk kehidupan akhirat
Jangan hardik orang yang miskin yang minta sedekah
Berikanlah walau itu berupa senyuman
sesungguhnya fakir miskin itu tamuNya di Taman Firdaus

Firdaus itu sebaik-baiknya tempat kembali.
Ada berjuta kenikmatan di sana
terutama kenikmatan bertemu muka denganNya tanpa hijab

Jadilah pribadi yang pandai bersyukur
Dia telah mencukupkan rezekimu
Dan terus menambahkan nikmatNya bila kita pandai bersyukur

Sabarlah ketika musibah datang
Dia tidak menimpakan musibah di luar kemampuan menanggungnya
Mohonlah pertolonganNya dengan sabar dan sholat.

Duhai belahan jiwa,
engkau adalah pakaianku yang menutupi segala aibku
seindah-indahnya perhiasan dunia adalah istri yang sholehah.
jadikanlah aku laki-laki berbahagia
karena punya perhiasan yang terindah


Jumat, 25 Desember 2009

Pulang

(Rinduku untukmu, ibu)



Menyusuri jejak kerinduan
Membongkar kembali tumpukan kenangan
Tentang susah, gelisah dan resahmu
kau pendam di balik kelembutan wajah
terkadang setakat amarah melimpah lewat serapah
Sebab bagimu anak-anak harus merajut hari-harinya

Makin dekat langkahku makin menyusupkan kenangan
menapaki hari-hari tak menentu
ketika sepiring nasi tak membuatku kenyang
lalu jatahmu kau berikan kepadaku
racun pun rasa madu bila ingat curahan kasihmu itu

Kini aku ada di depan pintu
Menyeruakkan rindu dalam rentang jarak dan waktu
pintu itu terkuak oleh rinduku
kau tergugu menatap dan tersenyum menyambut langkahku
mengejar dan memelukku sepenuh rindumu
ketika itu rasanya segunung hartaku
takkan mampu melunasi pengorbanan dan cintamu padaku

Senin, 21 Desember 2009

Klub Poligami

(Jangan diambil hati, apalagi diseriusi)




Alkisah di sebuah perkampungan yang selama ini aman tentram kerta raharja, tiba-tiba jadi berubah. Muncul ketegangan antara para suami dengan para istri. Suasana yang biasanya romantis dan rukun, berubah tegang. Tidak ada lagi tawa dan canda di antara mereka. Para suami dimusuhi oleh para istri. Mengapa demikian?

Ternyata para ibu melihat gejala aneh diidap para suami mereka, yang tiba-tiba menjadi lebih genit dari biasanya. Para suami yang biasanya sarungan setiap pagi dan tidak mandi kalau tidak diteriaki berkali-kali oleh istirnya, tiba-tiba saja sejak pagi sudah mandi bersih dan berpakaian lengkap dengan sisiran yang rapi. Ada apa ini, fikir para istri.

Usut punya usut ternyata penyebabnya adalah karena munculnya sebuah perkumpulan eksklusif bernama “Klub Poligami” di kampung tetangga yang punya slogan “Why Only One If You Can Get More?”, “God Bless Those Who Allow Husbands.”, “Why Go Illegal If You Can Go Legal?”, dan lain-lain, dan seterusnya.

Ringkasnya, para suami menuntut agar mereka memperoleh privilege sama dengan yang diperoleh para anggota “Klub Poligami” tersebut.’ Mosok mereka bisa kami tidak bisa?’ Demikian kilah mereka. Lagipula berdasarkan statistik, jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki. Entah statistik darimana yang mereka sampaikan.

“Kami tidak ingin terperosok dalam perzinahan yang semakin lama semakin mewabah. Alangkah baiknya kalau syahwat disalurkan secara syar’i daripada terjerumus”, dan alasan-alasan lainnya. Tentu saja argumen mereka dijawab oleh para istri mereka:

"Apakah servis kami selama ini kurang memuaskan sehingga perlu tukang servis lain? Satu aja ngak habis-habis, kok." Dan berbagai argumen lainnya dikemukakan.

Karena ketegangan semakin meruncing, maka Bapak Kuhan, kepala kampung turun tangan, mengajak mereka mendiskusikan masalah tersebut. ‘Tak ada yang tak bisa dimusyawarahkan. Kita ini hidup di Zaman kemajuan’, katanya.

Pada hari yang ditentukan, mereka berkumpul. Masing-masing pihak akan menyampaikan aspirasinya secara adil. Agar tidak terjadi keributan dan saling serobot bicara, maka ditentukan masing-masing pihak menunjuk juru bicaranya. Cak Kartolo ditunjuk jadi jubir para suami, sedangkan Ning Yah jadi jubir para istri. Mereka diminta untuk menyampaikan argumen masing-masing.

Cak Kartolo

“Para Ibu-ibu. Sebelumnya saya mohon agar tidak menuding kami para suami Anda ini sebagai pria gatal dan iseng cari kesenangan semata. Itu sungguh tudingan yang tidak patut. Cobalah melihat sejarah di belakang kita. Bukankah sejak dulu laki-laki itu memang ditakdirkan untuk memiliki lebih dari satu istri? Para raja dan kaisar bahkan punya ratusan istri dan selir. Bahkan bila raja dan dan kaisar hanya beristri satu maka itu dianggap sebagai suatu keganjilan. Bukankah itu semuanya merupakan fakta yang tidak terbantahkan?

’Mengapa wanita sekarang ini menjadi lebih tidak toleran dan cenderung membatasi hak prerogatif suami yang dulunya dianggap sangat wajar? Mengapa, mengapa dan mengapa? Tak bolehkah laki-laki memperoleh kembali hak-haknya azasi yang dulu untuk sekarang dengan tenang dan damai, wahai kalian wanita yang egois?’ Wajah Cak Kartolo nampak syahdu ketika menyampaikan tusukan argumennya ini. Bibirnya sedikit bergetar.

”Kalau laki-laki yang beristri lebih dari satu itu dianggap tidak patut, maka tentunya Tuhan tidak akan menunjuk orang-orang yang beristri lebih dari satu sebagai orang-orang terhormat seperti para Nabi dan Rasul. Faktanya, banyak Nabi yang beristri lebih dari satu.

"Apakah para ibu hendak menghujat mereka? Beranikah para wanita melawan dan menentang kehendak Tuhan yang sudah dituliskan dalam Kitab Suci? Takutlah pada Tuhan, wahai para istri. Sungguh siksa Tuhan sangatlah pedih. Menggigil rasanya kami membayangkan kalian kelak disiksa di neraka karena masalah ini".

"Tidak! Kami tidak ingin kalian disiksa. Sebaliknya, kami ingin kalian semua masuk sorga tanpa visa maupun fiskal. Memberikan kembali hak-hak sejati para lelaki seperti semula adalah tiket VIP bagi kalian untuk masuk surga. Masuk surgalah, wahai istri-istri kami. We love you full, eh! full nggak ya?!”

Ning Yah

Kalimat Cak Kartolo meluncur dengan anggun dan kemudian ditutupnya dengan doa pamungkas ”Robbana atina fiddunya… dst.” yang langsung diamini oleh para suami dengan gaduh.

Kelompok ibu-ibu terdiam dan tak mampu mengeluarkan sekedar kata ’amin’. Argumen Cak Kartolo sungguh menggetarkan, logis, antropologis, dan agak-agak magis. Masuk neraka? Siapa berani? Menggigil mereka dengan ancaman tersebut.

Ning Yah, jubir para istri, yang semula tampil penuh percaya diri dan gagah berani, nampak pucat dan keder. Tiba saatnya Ning Yah maju mengemukakan argumennya, ia menjadi ragu. Ia grogi dan argumen yang sudah disusunnya jadi berantakan kena sodokan pidatologis dan indah dari Cak Kartolo.

Ia akhirnya minta waktu untuk berunding dengan ibui-ibu sebelum maju mengemukakan argumen. Pak Kuhan sepakat. Para bapak senyum-senyum simpul. Itu merupakan tanda bahwa kemenangan telah di depan mata dan berada dalam genggaman tangan.

Para ibu pun kemudian berkumpul dan berunding dengan berbisik-bisik dan sangat serius, dipimpin oleh Ning Yah. Lima menit, sepuluh menit. Akhirnya setelah terjadi sedikit ketegangan di menit ke lima belas, perundingan mereka selesai. Wajah Ning Yah yang sebelumnya kusut masai kini nampak cerah. Begitu juga para ibu. Seolah awan mendung yang menggelayuti mereka sebelum kini jadi sirna.

Sambil memperbaiki tatanan rambutnya yang modal-madul, Ning Yah maju ke podium. Suasana hening. Bapak-bapak hampir tak mampu bernafas. Akankah mereka mendapat ijin untuk berpoligami ria dari para istri mereka?

” Bapak-bapak, para suami kami yang tercinta.” Ning Yah memulai pidatonya. ”Kami, para istri kalian mohon maaf sebesar-besarnya jika kami telah begitu egois sebelumnya.” Suaranya sedikit agak serak. Para suami berseri-seri mukanya mendengar ini. Ini tanda-tanda awal kemenangan mereka yang sudah di depan mata.

”Semula kami memang telah sepakat untuk bersikeras melawan dalam hal poligami ini. Saat ini bukan lagi jaman raja-raja dan kaisar, apalagi nabi-nabi. They are all gone. They are all history!” Luar biasa Ning Yah ini. Tak dinyana ia tiba-tiba bisa berbahasa Inggris.

”Sekarang ini jaman kesetaraan gender. Laki-laki dan wanita setara dan sederajat. Tak ada kelebihan seorang laki-laki dari wanita melainkan dari ketakwaannya.” para suami terperangah mendengar luncuran kata-kata Ning Yah ini. Tak salah jika ia ditunjuk menjadi Menkes, eh! jubir para ibu-bu kampung itu.

”Tapi setelah mendengar argumen Cak Kartolo yang mewakili para suami, maka kami kemudian berunding untuk memberikan keputusan yang mudah-mudahan akan baik bagi semua,” Ning Yah berhenti sejenak dan para bapak menajamkan telinganya. Tak ada yang berani bernapas.

” Kami akan mengijinkan para suami untuk berisitri lagi,” kata Ning Yah dengan tegas. Para suami langsung melompat dan bersorak gembira, seolah mendengar nama mereka diumumkan sebagai menteri kabinet. Suasana riuh rendah dan para suami berpelukan satu dengan yang lainnya. Ada yang sujud syukur segala. Mungkin terinspirasi oleh demonstrasi kesalehan para menteri kabinet. Ini sebuah kemenangan telak. Cak Kartolo perlu dinobatkan menjadi ” Man of Poligami 2009” kata para suami sambil bisik-bisik.

” Kami akan mengijinkan para suami untuk beristri dengan tiga syarat.” Ning Yah meneruskan kata-katanya di sela teriakan gembira para suami. Suasana langsung hening. Cak Kartolo jadi tegang. Syarat apakah gerangan? Mengapa harus tiga? Apakah ada hubungannya dengan salah satu provider operator ponsel? Cak Kartolo berpikir keras. Hampir putus sambungan neuron di otaknya karena berpikir keras seperti itu.

” Syarat apa itu kiranya, Ning Yah? Mohon kiranya tidak memberikan syarat yang neko-neko. Ingat bahwa ridha suami adalah ridho Allah.” suara Cak Kartolo serak dan bergetar ketika mengucapkan ini.

”Syarat Pertama. Meski punya istri baru, kalian para suami harus tetap sayang pada kami dan anak-anak kami nantinya.” Ning Yah menatap tajam pada Cak Kartolo. Para suami berpandang-padangan dan dengan cepat Cak Kartolo menjawab:

”Oh! Tentu saja. Tentu saja kami akan tetap mencintai kalian. Istri dan anak-anak kami. Itu jangan diragukan.” para suami menimpali dengan koor ”Tentu, jangan kuatir!”. Wajah mereka kembali cerah. Ternyata bukan syarat yang neko-neko seperti yang mereka kuatirkan semula. Untungnya Ning Yah tidak mengusulkan tes kesehatan fisik dan kejiwaan seperti yang diminta oleh pak SBY kepada para calon menterinya. Jika itu yang diminta mungkin lebih dari separoh dari mereka akan bernasib seperti Nila Anfasa Moloek.

”Syarat Kedua. Jika punya istri baru janganlah kalian lupa menafkahi kami. Meski lebih sedikit daripada istri baru kalian. Tetapi kalian harus tetap menafkahi kami.” Ning Yah semakin berapi-api ngomongnya.

Mendengar syarat kedua ini, para suami tertawa kecil. Setelah berunding sejenak mereka pun menyatakan setuju dengan syarat kedua ini. Juga dengan koor: ”Sudah selayaknyalah kami tetap menafkahi kalian, meski istri muda mungkin lebih banyak biayanya. ” sahut Cak Kartolo sambil tersenyum kemalu-maluan.

”Syarat Ketiga dan ini yang paling penting.” sambung Ning Yah seolah tak peduli dengan perilaku para suami. Ia berhenti sejenak. Ruangan pertemuan langsung senyap. Semua memasang pendengaran terbaik mereka agar tidak salah info. Cak Kartolo sedikit gemetar. Ia kuatir bahwa syarat ini bisa mengganjal aspirasi mereka seperti terganjalnya Nila Anfasa Moloek menjadi Menkes.

”Syarat Ketiga…”
Suasana hening. Ning Yah memang sengaja menggantung kata-katanya. Ia memang sengaja tidak segera meneruskan kata-katanya, tapi sebaliknya justru menyapukan pandangannya pada semua suami yang ada di hadapannya. Dadanya membusung dan matanya berapi-api. Begitu ia membuka mulut, kata-katanya langsung menggelegar

”Syarat Ketiga… LANGKAHI DULU MAYAT KAMIIII…!”


Begitu kata-kata Ning Yah berakhir, para ibu yang semula duduk rapi tiba-tiba serentak berdiri dan melompat menyerbu ke arah bapak-bapak dengan tangan terkepal.

”Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!


Pertemuan berubah menjadi ajang pembantaian bapak-bapak. Tak perlu diceritakan detilnya. Tetapi sejak itu tak ada lagi yang berani macam-macam kepada para istri.


-----------------------------------------------------------------
Balikpapan, 24 Oktober 2009
Satria Dharma
Ketua ISTI Chapter Balikpapan
ISTI = Ikatan Suami Takut Istri. Takut istri tidak bahagia, takut istri menderita, takut istri terlantar, takut istri jadi seperti Ning Yah, dll.

Phobia & Sentimen terhadap Syariat Islam

Pengantar

Kata “phobia” berasal dari bahasa Yunani: Phobos, yang berarti “takut”. Phobein, ketakutan akan sesuatu. Terjadi perasaan takut yang menetap tetapi sifatnya abnormal. Ada phobia terhadap ketinggian, balon, kecoak, tikus, gelap, dan sebagainya.

Sedang kata “sentimen” berasal dari kata “sentics”, yang berarti punya hubungan masalah komunikasi yang melibatkan perasaan. Di dalam ilmu komunikasi, “sentics” adalah studi ilmiah dalam ilmu komunikasi yang melibatkan perasaan, meliputi pengenalan sesuatu, ekspresi terhadap sesuatu itu, dan cara membangkitkan perasaan terhadapnya.

Phobia sifatnya individual (personal), khas untuk orang tertentu. Sedangkan sentiment (sentics) memang ilmu yang dipakai untuk mengenal sesuatu, membangkitkan (mengekspresikan) sesuatu itu dan memberi respon terhadapnya. Di dalam ilmu komunikasi, sentimen melibatkan (ada jejak) provokator di dalamnya yang berusaha melibatkan orang banyak.

Phobia dan Sentimen Islam

Keinginan penegakkan syariah dan khilafah di Indonesa gemanya semakin membahana. Banyak pihak yang dulunya ragu, sekarang mulai yakin. Dulu mereka menolak, kini Alhamdulillah mau menerima, bahkan bersedia terjun memperjuangkan

Harian Kompas menyebutkan bahwa 80 persen mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara (Kompas, 4/03/2008). SEM Institute menyebutkan bahwa sekitar 72 persen masyarakat Indonesia setuju menerapkan syariat Islam, 18 persen tidak setuju dan 10 persen terserah. (Halaqah Islam dan Peradaban, Mewujudkan rahmat untuk Semua, di Wisma Antara, Jakarta. Selasa 16/09/2008).

Namun ada segelintir orang belum setuju penerapan syariah Islam di Indonesia ini. Alasan klasiknya adalah kemajemukan Indonesia: penduduknya tidak semuanya muslim. Ini lebih tepat disebut phobia terhadap Islam dan apa yang berada di sekitar Islam. Kemudian phobia itu diprovokasi oleh fihak-fihak tertentu yang memang sejak awal tidak suka dan benci terhadap Islam. Mereka memang membenci Islam. Tetapi mengapa tidak sama perasaan mereka bila ditujukan bagi Ideologi kapitalisme dan sosialisme? Di Indonesia tidak semuanya berpaham sekuler, tapi kenapa diterapkan sistem sekuler kapitalisme. Bagi yang memperjuangkan sosialisme, kenapa alasan ini tidak di arahkan kepada mereka.

Telah (Ada) Dicontohkan

Islam mampu mengurusi kemajemukan masyarakat dengan baik selama berabad-abad. Sosialis cuma bertahan 72 tahun, setelah itu ideologi ini hancur. Kapitalisme yang saat ini dipimpin Amerika Serikat dan sekutunya, kini sudah kelihatan bobrok dan mulai sekarat. Dunia sedang menuggu ideologi Islam untuk mensejahterakan bumi ini.

Will Durrant, seorang sejarawab, mengatakan” Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan manusia. Para Kholifah itu telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapapun dan meratakan kesejahteraan mereka selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan. Inilah yang terjadi pada masa mereka (para khalifah)” (Will Durant, The Story of Civilization)

T.W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam menulis: “Ketika Konstantinopel dibuka oleh keadilan Islam pada 1453, Sultan Muhammad II menyatakan dirinya sebagai pelindung Gereja Yunani. Penindasan kepada kaum Kristen dilarang keras dan untuk itu dikeluarkan sebuah dekrit yang memerintahkan penjagaan keamanan untuk Uskup Agung yang baru terpilih, Gennadios, beserta seluruh jajarannya, dan bahkan terhadap penerusnya. Hal yang tak pernah didapatkan dari penguasa sebelumnya. Gennadios diberi staf keuskupan oleh Sultan. Sang Uskup berhak meminta perhatian pemerintah dan keputusan Sultan untuk menyikapi para gubernur yang tidak adil”.

Apa Yang Mampu Dilakukan Islam

Zaman Rasulullah SAW sewaktu berdiri Negara Islam pertama kali di Madinah, penduduknya majemuk. Ada umat Islam, Nashrani, Yahudi, Majusi, dan lain-lain. Inilah kehidupan majemuk dan terus berlangsung sampai kekhalifahan setelahnya. Dalam kitab Ad-Daulah Al-Islamiyah, Syeikh Taqiyyudin An-Nabhaniy secara umum menjelaskan:

1. Seluruh hukum Islam diterapkan kepada kaum muslimin.
2. Nonmuslim dibolehkan tetap memeluk agama mereka dan beribadah berdasarkan keyakinannya
3. Memberlakukan nonmuslim dalam urusan makan dan pakaian sesuai agama mereka dalam koridor peraturan umum.
4. Urusan pernikahan dan perceraian antar-nonmuslim diperlakukan menurut aturan agama mereka.
5. Dalam bidang publik seperti mu’amalah, uqubat (sanksi), sistem pemerintahan, perekonomian, dan sebagainya , negara menerapkan syariat Islam kepada seluruh warga Negara baik muslim maupun nonmuslim
6. Setiap warga Negara yang memiliki kewarganegaraan Islam adalah warga (rakyat) Negara, sehingga Negara wajib memelihara mereka secara keseluruhan, sama dan setara, tanpa membedakan muslim maupun nonmuslim.

Pemberlakuan syariah Islam dalam sektor publik ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Beliau menyuruh memberikan sanksi Islam kepada dua orang Yahudi yang kedapatan berzina. Dalam sebuah hadits, dari Abdullah bin Umar ra berkata: “Beberapa orang Yahudi datang kepada Nabi saw menghadapkan seorang pria dan seorang wanita mereka, yang keduanya kedapatan berzina. Rasullulah memerintahkan supaya keduanya di hukum rajam. Lantas keduanya dirajam (sampai meninggal dunia) dan dikuburkan di samping (dekat) masjid” (HR. Bukhari).

Pada masa pemerintahan Islam, setiap warga Negara memperoleh persamaan hak di depan hokum, tidak perduli ia pejabat atau rakyat biasa (muslim maupun nonmuslim). Dalam sebuah riwayat di jelaskan bahwa Ali bin abi thalib r.a yang kala itu menjabat sebagai khalifah (kepala Negara) kehilangan baju besi miliknya yang di curi oleh orang yahudi. Kemudian perkara itupun diselesaikan ke meja hijau. Khalifah Ali tidak mempunyai bukti-bukti kuat dan hanya bisa mendatangkan saksi anaknya (Hasan). Sang hakim (qodhi) yang bernama Syuraih memutuskan bahwa perkara dimenangkan oleh orang Yahudi itu. Orang Yahudi merasa kagum dengan cara hakim memutuskan perkara. Ia kemudian mengakui bahwa baju besi itu milik khalifah Ali. Dia telah mencurinya. Kemudian ia masuk Islam.

Orang yahudi itu berkata “Wahai Khalifah, sesungguhnya baju perang ini milikmu. Ambillah kembali. Aku takjub dengan pengadilan ini. Meski aku seorang Yahudi miskin dan engkau adalah Amirul Mukminin, ternyata pengadilan muslim memenangkan aku. Sungguh, ini adalah pengadilan yang luar biasa. Islam yang mulia tidak memandang jabatan di dalam ruang peradilan. Wahai Khalifah Ali, mulai detik ini aku akan memeluk Islam dan ingin menjadi muslim yang baik,” katanya mantap sambil menyodorkan baju perang milik khalifah

Khalifah Ali Ra kemudian berkata. “Wahai Fulan, ambilah baju perang itu untukmu. Aku hadiahkan kepadamu. Aku gembira dengan keislamanmu”.

Penutup

Sebenarnya lelah juga meyakinkan orang-orang yang menentang diberlakukan Syariat Islam. Tetapi jalan dakwah memang sukar, berliku, ada jurang terjal, ada onak duri tajam, dan tidak mudah. Tetapi sungguh, mereka yang menentangnya sesungguhnya tidak memiliki mata hati. Mereka juga sudah menyaksikan betapa kehidupan kita begitu sulit karena penerapan sistem yang bukan Islam.

Jangan takut NKRI akan bubar. Sejarah telah membuktikan bahwa Nusantara bersatu karena Islam. Bagi orang Islam sudah kewajiban untuk mencintai negeri dimana ia dilahirkan. Kewajiban mereka juga untuk mempertahankannya.

Tidak akan terjadi Pengadilan Inkuisisi seperti yang dilakukan oleh kaum Nashrani terhadap umat Islam di Spanyol. Tidak akan ada kasus genosida yang dilakukan orang Serbia terhadap kaum Muslimin di Bosnia. Tidak akan ada pembantaian terhadap kaum Muslimin yang dilakukan Pasukan Salibis ketika mereka menaklukkan Palestina.

Bagi anda masih menolak di berlakukan syariah Islam, kami hanya menghimbau: bukalah mata dan fikiran, dan saksikan betapa telah nyata kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem selain Islam. Bung, mari bersama-sama kita memperjuangkan Syariat Islam.

Abubakar Ash Shiddiqy

Memerah Susu



Berkata Ibnu Sa'd dari Aisyah, bahwa Abu Bakar itu pedagang yang tiap hari ke pasar untuk berdagang. Beliau punya domba-domba yang diurus sendiri, digembalakan atau diserahkan kepada orang lain. Tiap pagi memerah air susu untuk diberikan kepada orang kampung. Usai dibaiat sebagai khalifah, seorang gadis kecil berkata:

"Tentunya sekarang dia tidak mau lagi memerahkan air susu untuk kita". Abu Bakar ra. mendengar ini, lalu berkata, 'Aku bersumpah untuk tetap memerah air susu bagi kalian, dan aku berharap agar tugasku yang baru ini tidak mengubah kebiasaanku.' Karena itu beliau tetap memerahkan susu seperti biasa dan diberikan kepada tetangganya.

Namun kemudian hari karena kesibukan sebagai khalifah, beliau berkata, "Demi Allah, urusan berdagang telah mengganggu tugas-tugasku. Tugas ini bisa berjalan lancar bila aku fokus terhadap urusan manusia. Tidak selayaknya aku hanya menyibukkan diri dengan urusan keluargaku." Atas alasan tersebut, beliau meninggalkan usaha dagangnya.

Berdagang adalah usaha untuk memenuhi keperluan hidup keluarganya. Jalan untuk mendapatkan rezeki dari Allah SWT. Berhenti berdagang, terputuslah pemasukan keuangan. Untuk itu, beliau mengambil gaji dari Baitul-Mal milik umat, sekedar mencukupi keperluannya setiap hari, juga untuk keperluan haji dan umrah. Konon, gaji setahunnya adalah 6.000 dirham. Menjelang kematiannya, dia berkata:

"Kembalikan sisa gaji itu ke Baitul-Mal milik Kaum Muslimin. Aku tidak ingin mengambil sedikit pun yang bukan hakku. Juga tanahku yang ada di tempat ini, dan itu juga buat Kaum Muslimin."

Kepada Umar beliau menyerahkan seekor unta yang air susunya biasa diperah, seorang budak dan selembar permadani seharga lima dirham. Umar sempat berkata, "Yang ini bisa jadi dapat menyebabkan kesusahan kepada khalifah sesudahku."

Umar ibnu Al Khaththab Ra.

Ronda Malam Hari, Berebut Amal Kebajikan




Abu Nu'aim mendapatkan cerita ini dari Shahabat Al-Auza'y tentang perilaku Umar bin Al-Khaththab Ra. Diceritakan bahwa Umar Ra punya kebiasaan keluar rumah untuk ronda malam. Beliau berjalan di kegelapan malam. Sebelum dan sesudah menjadi Khalifahpun, kebiasaan tersebut terus dilakukannya.

Suatu malam secara kebetulan, Shahabat Thalhah bin Ubaidillah Ra melihat Umar Ra yang selalu didampingi seorang pengawalnya, menghampiri rumah demi rumah untuk melihat keadaan penghuninya. Namun ada sebuah rumah yang sengaja dimasuki Umar Ra. Dia lama di dalam sana. Keesokan harinya Thalhah mengunjungi rumah tersebut, yang ternyata dihuni seorang perempuan tua yang tidak mampu berjalan. Ia lumpuh karena penyakit yang dideritanya.

"Ada urusan apa semalam laki-laki itu mendatangi rumahmu?" tanya Thalhah Ra kepada perempuan itu. Perempuan tua itu menjawab,

"Sudah lama dia berbuat seperti itu. Dia selalu mengunjungiku dan memenuhi semua keperluanku. Bahkan ia selalu berusaha menghibur segala kesedihanku”.

Lalu Thalhah Ra berkata pada dirinya dengan menggumam:

“Malang betul engkau wahai Thalhah, karena selalu saja kalah satu langkah dengan Umar”.

Era para Shahabat, mereka selalu berlomba-lomba menebarkan kebaikan kepada orang lain. Itu sebabnya, Thalhah Ra merasa betapa malang dirinya, karena Umar Ra telah mendahuluinya mengambil sebuah kebaikan melalui diri perempuan tersebut.

Dalam salah satu cerita tentang ronda malam ini, suatu malam Umar Ra mendapatkan sebuah rumah yang dari dalam sana terdengar suara anak yang menangis. Sementara di dalam rumah itu seorang ibu sedang memasak sesuatu. Umar Ra terkejut ketika ibu itu menyebutkan bahwa di dalam periuknya ada "batu" yang sedang dimasaknya. Ia berharap, anaknya bisa berhenti menangis, dan batu itu bisa menjadi makanan yang bisa dimakan.

Tidak harus menunggu, Umar Ra segera pulang. Dengan bahunya sendiri, sekarung gandum dipikulnya. Pembantunya menawarkan diri untuk memikul karung tersebut. Tetapi Umar Ra menyergahnya: "Apakah engkau mau juga memikul dosa-dosaku?".

Bukan main. Sebuah amanah yang berada di pundak seorang pemimpin yang berjalan alami, membuat kesejahteraan, sekaligus ia akan dicintai oleh rakyatnya. Bukan main-main pula bahwa amanah yang dijalankan dengan penuh ketaqwaan, akan melahirkan pemimpin besar, yang akan dikenang sepanjang masa. Umar ibnu Al Kaththab Ra adalah sosok pemimpin telah ditulis kisahnya dengan tinta emas sepanjang sejarah umat manusia.

Tentang Suami Mereka

Pengantar

Ini cerita dari Ummul Mukminin, Aisyah Ra yang diambil dari Shahih Al-Bukhari Kitab Nikah Bab Bergaul Baik dengan Keluarga No. 4790. Isinya menceritakan tentang perilaku sebelas suami dari wanita pada masa jahiliyah. Sebelas orang wanita duduk-duduk dan bercerita apa adanya tentang perilaku suami-suami mereka.

Suami-suami Mereka

Wanita Pertama. Suamiku bagaikan unta kurus yang tinggal di atas puncak gunung yang berbatu. Sudah jalannya tidak datar, sulit diraih, dagingnya pun tak gemuk hingga memang tak layak untuk dilirik.

Wanita Kedua. Tidak berani kuungkapkan terus terang ceritanya, karena kejelekan suamiku sangat banyak. Sulit dihitung. Jika membicarakannya satu per satu, saya khuatir kalian akan kehabisan waktu sebelum saya selesai menyebutkan seluruhnya.

Wanita Ketiga. Suamiku perperawakan tinggi sekali. Tetapi ia tolol dan emosional. Jika saya sebutkan kekurangan dan kejelekannya, ia mengancam akan menceraikanku. Namun bila saya diam, dia membiarkanku bagaikan seorang perempuan yang posisinya menggantung: punya suami namun seperti tidak punya, dikatakan tidak punya kenyataannya punya.

Wanita Keempat. Suamiku bagaikan malam di negeri Tihamah: Tiada panas dan tidak dingin. Tidak menakutkan dan tidak pula membosankan.

Wanita Kelima. Suamiku di dalam rumah bagaikan harimau, di luar seperti singa. Namun jangan tanya apa yang terjadi bila dia sudah marah. Menakutkan!

Wanita Keenam. Suamiku makan sangat lahap. Minumnya dihabiskan tuntas tak tersisa. Bila berbaring berselimut sendiri. Dia tidak pernah tangannya meraba-raba ke dalam pakaianku untuk mengetahui kesedihanku.”

Wanita Ketujuh. Suamiku cepat lelah, bodoh dan sulit bicaranya. Pokoknya seluruh aib ada pada dirinya. Ia suka menyakiti dan melukaiku.

Wanita Kedelapan. Sentuhan tangan suamiku teramat lembut, bagaikan sentuhan sutera dan badannya harum, seharum bunga yang paling wangi.

Wanita Kesembilan. Suamiku setinggi tiang, panjang pedangnya, berdebu dan selalu ia berada dekat-dekat rumah. Dia senang bermusyawarah.

Wanita Kesepuluh. Suamiku memiliki segalanya. Tahukah apa yang ia miliki? Ia punya banyak unta yang selalu berada di dekatnya. Bila unta itu mendengar suara-suara merdu, mereka gembira, karena para tamu telah datang dan mereka akan disembelih.”

Wanita Kesebelas (yang terakhir bercerita). Suamiku bernama Abu Zar’in. Abu Zar’in adalah orang yang memberiku perhiasan, yang membuat badanku gemuk, memanjakanku hingga aku sangat percaya diri, mengangkat derajatku dari keluarga yang hanya memiliki beberapa ekor kambing menjadi keluarga kaya yang memiliki banyak kuda, unta dan hewan ternak lainnya. Kalau aku bicara di hadapannya, ia tak pernah mencelaku. Kalau aku tidur, ia tak pernah menggangguku hingga pagi hari. Jika aku minum, ia akan membiarkanku sampai puas.

Tentang ibu Zar’in, tempat makannya besar, rumahnya luas. Tentang putra Abu Zar’in, lambung tempat berbaringnya bagaikan pelepah kurma yang halus. Ia sudah kenyang bila makan sepotong paha anak kambing. Tentang putri Abu Zar’in, ia seorang yang patuh kepada orang tuanya. Pakaiannya sesak karena badannya gemuk, dan dicemburui oleh madunya. Tentang pembantu Abu Zar’in, ia tak pernah menyebarluaskan pembicaraan kami. Ia tak pernah mencuri makanan kami, dan ia tak pernah membawa sampah ke rumah kami.”

Wanita itu bercerita lagi: Pada suatu hari yang cerah, Abu Zar’in keluar dan melihat perempuan dengan dua orang anaknya yang sedang memainkan puting susu ibunya yang ranum bagaikan buah delima. Suamiku jatuh cinta kepadanya, kemudian ia menceraikanku dan mengawini perempuan itu.

Usai dicerai, aku kawin dengan seorang pria tampan, kaya dan dermawan. Ia memberiku berlebih apa saja yang aku mau. Bahkan ia berkata, ‘Makanlah, wahai Ummu Zar’in, berikan juga kepada keluargamu.’ Namun dengan jujur aku katakan, sungguhpun demikian seandainya kuhimpun semua pemberiannya kepadaku, itu belum bisa memenuhi sebuah bejana terkecilpun yang dimiliki Abu Zar’in.

Ummul Mukminin Aisyah Ra. meneruskan ceritanya: Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ‘Sedangkan aku disampingmu bagaikan Abu Zar’in di samping Ummu Zar’in. Hanya bedanya, Ummu Zar’in dicerai oleh Abu Zar’in, sedangkan aku tidak menceraikan engkau.” Kemudian Aisyah ra., berkata, “Ya Rasulullah, engkau lebih baik daripada Abu Zar’in.”

------------------
Sumber (sudah diedit redaksionalnya): http://subhan-nurdin.blogspot.com

Cara Memberantas Korupsi

Oleh Ismail Yusanto



Pengantar


Korupsi di Indonesia menjadi persoalan yang amat kronis. Korupsi telah menyebar luas ke seantero negeri dengan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Modusnya makin beragam. Laporan berbagai lembaga menunjukkan bahwa tingkat korupsinya adalah termasuk paling tinggi di dunia. The Strait Time, menjuluki Indonesia sebagai "the envelope country”: segalanya bisa dibeli (lisensi, tender, wartawan, hakim, jaksa, polisi, petugas pajak atau yang lain). Segala urusan lancar bila ada “amplop”.

Korupsi sangat merugikan keuangan negara. Kwik Kian Gie, mantan Ketua Bappenas menyebutkan bahwa lebih dari Rp 300 trilyun uang dari penggelapan pajak, kebocoran APBN maupun penggelapan hasil sumberdaya alam, menguap masuk ke kantong para koruptor. Padahal untuk subsidi BBM sekitar Rp 15 trilyun, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM, yang itu memberatkan 200 juta rakyat Indonesia yang masih hidup pas pasan. Korupsi yang berjalan dengan kolusi, membuat sebuah keputusan menjadi tidak optimal. Korupsi juga menambah kesenjangan sosial, yaitu memburuknya distribusi kekayaan. Koruptor makin kaya, si miskin makin miskin.

Apa yang Harus Dilakukan

Niat memberantasnya cukup besar. Telah dibuat tap MPR khusus tentang pemberantasan KKN. Tetapi mengapa gagal memberantasnya? Ternyata penanganannya tidak komprehensif, setengah hati dan tidak sungguh-sungguh. Masyarakat menunggu upaya manjur mengatasinya. Bagaimana caranya? Di bawah ini ada langkah-langkah yang perlu diambil, yaitu:

1) Gaji dan Fasilitas Hidup yang Layak

Bila aparat pemerintah ingin bekerja dengan baik, mereka harus menerima gaji yang cukup untuk kebutuhan hidup. Mereka manusia biasa, punya kebutuhan hidup, berkewajiban mencukupi nafkah keluarga. Agar bisa bekerja tenang, tidak mudah tergoda berbuat curang, mereka harus digaji dan diberi tunjangan hidup yang layak. Nabi Saw Rasul berkata:

“Siapa saja yang diserahi pekerjaan dalam keadaan tidak mempunyai rumah, sediakan rumah untuknya. Jika belum beristri, nikahkan dia. Jika tidak berpembantu, hendaknya ia mengambil pelayan. Jika tidak mempunyai hewan tunggangan (kendaraan), sediakan untuknya. Dan siapa saja mengambil selain itu, itulah bentuk kecurangan /korupsi (ghalin)” (HR Abu Dawud)

Harus ada upaya pengkajian menyeluruh terhadap sistem penggajian dan tunjangan hidup. Gaji yang rendah membuka kemungkinan perolehan tambahan pemasukan (yang halal dan haram). Memang, gaji besar tidak menjamin seseorang tidak korupsi, tetapi rendahnya gaji tidak lagi menjadi pemicu korupsi.

2) Larangan Menerima Suap dan Hadiah

Hadiah dan bentuk-bentuk pemberian lainnya pasti mengandung maksud tertentu. Saat Abdullah bin Rawahah menjalankan tugas dari Nabi Saw untuk membagi dua hasil bumi Khaybar, separo untuk kaum Muslimin dan sisanya untuk orang Yahudi, datanglah orang Yahudi memberikan suap berupa perhiasan agar mau memberikan lebih dari separo untuk orang Yahudi. Tawaran ini ditolak keras:

“Suap yang kalian tawarkan adalah haram, dan kaum Muslimin tidak memakannya”. Mendengar ini, orang Yahudi itu berkata, “Karena (ketegasan) itulah langit dan bumi ini bisa tegak” (Imam Malik dalam al-Muwatta').

Tentang suap Rasulullah Saw berkata:

“Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap” (HR. Abu Dawud).

Tentang hadiah kepada aparat pemerintah, Nabi Saw berkata:

“Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah suht (haram) dan suap yang diterima hakim adalah kufur” (HR. Imam Ahmad).

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Nabi Saw mengecam keras perilaku Ibnul Atabiyah lantaran ia menerima hadiah dari para wajib zakat dari kalangan Bani Sulaym, karena suap dan hadiah berpengaruh buruk pada mental aparat pemerintah.

3) Mendata Kekayaan Aparat

Pelaku korupsi, jumlah kekayaannya bertambah cepat, meski tidak selalu demikian. Tetapi perhitungan kekayaan dan pembuktian terbalik sebagaimana telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin al Khaththab menjadi cara bagus untuk mencegah korupsi.

Khalifah Umar Ra menghitung kekayaan para pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Bila terdapat kenaikan yang tidak wajar (bukan jaksa atau hakim yang melakukan), yang bersangkutan diminta membuktikan bahwa kekayaannya itu didapat dengan cara halal. Bila gagal, Umar memerintahkan pejabat itu menyerahkan kelebihan harta yang tidak wajar itu kepada Baitul Mal. Atau, membagi dua kekayaan itu: separo untuk yang bersangkutan, sisanya untuk negara.

Ini pembuktian terbalik yang sebenarnya efektif mencegah aparat berbuat curang. Pembuktian material di depan pengadilan oleh jaksa, terbukti selalu gagal mengungkap tindak pidana korupsi, karena koruptor tidak mungkin meninggalkan jejak dalam bentuk bukti transfer, kuitansi, cek atau lainnya.

4) Memilih Pemimpin yang Amanah dan Teladan

Pemberantasan korupsi bisa berhasil bila para pemimpin tertinggi sebuah negara bersih dari korupsi. Ketaqwaannya melaksakan tugas, amanah dan takut melakukan penyimpangan, karena Allah SWT pasti melihat dan di akhirat ia dimintai pertanggungan jawab.

Khalifah Umar Ra menyita sendiri seekor unta gemuk milik puteranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan bersama di padang rumput milik Baitul Mal. Hal ini dinilai Umar sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara.

5) Ada sanksi Hukum yang Setimpal

Sanksi hokum erfungsi sebagai pencegah (zawajir). Hukuman setimpal atas koruptor diharapkan membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi. Dalam Islam, koruptor dikenai hukuman ta'zir berupa tasyhir atau pewartaan (dulu dengan diarak keliling kota, sekarang mungkin bisa ditayangkan di televisi seperti yang pernah dilakukan), penyitaan harta dan hukuman kurungan, bahkan sampai hukuman mati.

6) Ada Pengawasan dari Masyarakat

Masyarakat dapat berperan menyuburkan atau menghilangkan korupsi. Masyarakat yang bermental instan cenderung menempuh jalan pintas dalam berurusan dengan aparat. Ia tak segan memberi suap dan hadiah. Sementara masyarakat yang mulia akan turut mengawasi jalannya pemerintahan dan menolak aparat yang mengajaknya berbuat menyimpang. Demi menumbuhkan keberanian rakyat mengoreksi aparat, Khalifah Umar Ra di awal pemerintahannya menyatakan:

“Apabila kalian melihatku menyimpang dari jalan Islam, maka luruskan aku walaupun dengan pedang”.

Penutup

Dengan pengawasan masyarakat, korupsi sangat sulit dilakukan. Demikianlah bahwa keteladanan pemimpin, hukuman yang setimpal, larangan pemberian suap dan hadiah, pembuktian terbalik dan gaji yang mencukupi, insya Allah korupsi dapat diatasi dengan tuntas. Tinggal kita ini mau menjalankannya atau membuangnya, lalu menggantinya dengan cara-cara lain.

Abdurrahman bin 'Auf

Konglomerat yang Luar Biasa



Di luar rumah, terdengar suara hiruk-pikuk, Aisyah sontak bertanya, “Ada apa ini?”

“Kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya,” jawab seseorang. Ummul Mukminin berkata lagi,

“Kafilah dia yang telah menyebabkan semua ini?”

“Benar, ya Ummul Mukminin. Ada 700 kendaraan onta yang mengangkut dagangannya.”

Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingatannya menerawang, mencoba mengurai memori berbagai kejadian yang pernah dilihat dan didengarnya. Kemudian ia berkata,

“Aku ingat sekarang. Aku pernah mendengar Rasululah berkata, `Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan.”

Perkataan ini didengar oleh sebagian sahabat. Mereka menyampaikannya kepada Abdurrahman bin Auf. Alangkah terkejutnya saudagar kaya itu. Sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskan, ia melangkahkan kakinya ke rumah Aisyah.

“Engkau telah mengingatkanku sebuah hadits yang tak mungkin kulupa.” Ujar Abdurrahman bin Auf. “Sekarang aku berharap agar engkau menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah. Lalu dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaraan onta itu kepada penduduk Madinah dan sekitarnya. Sebuah infak yang mahabesar.

Abdurrahman bin Auf adalah seseorang yang mengendalikan hartanya. Ia bukan menjadi budak yang dikendalikan hartanya. Ia tidak mau celaka dengan mengumpulkan harta. Tetapi ia mengumpulkan harta dengan jalan halal. Harta itu tidak dinikmati sendiri. Keluarganya, kerabatnya, saudaranya dan masyarakat juga ikut menikmati.

Saking kayanya, seseorang pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah telah menyatu bersama dengan Abdurrahman bin Auf. Sepertiga hartanya dipinjamkan kepada mereka. Sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka. Sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.” Abdurahman bin Auf sadar bahwa kekayaan itu tidak mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya bila tidak dipergunakan untuk membela agama Allah dan membantu kawan-kawannya. Ia bahkan ragu dan resah bila harta itu dipakai hanya untuk dirinya.

Suatu hari, dihidangkan kepadanya makanan berbuka puasa. Ia berpuasa. Pandangannya jatuh pada hidangan yang menerbitkan selera makannya. Tetapi kemudian ia malah menangis:

“Mush’ab bin Umair gugur sebagai seorang syahid. Ia jauh lebih baik dari aku. Kafannya sehelai burdah; yang jika ditutupkan ke kepalanya, maka kelihatan kakinya. Jika ditutupkan kedua kakinya, terbukalah kepalanya.” Abdurrahman bin Auf berhenti sejenak. Dengan suara yang ditengahi isak, ia berkata:

“Hamzah jauh lebih baik daripadaku. Ia gugur sebagai syahid. Saat dikuburkan, hanya ada sehelai selendang baginya. Telah dihamparkannya untuk kami dunia ini seluas-luasnya. Telah diberikannya pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Aku yakin bahwa telah didahulukan pahala kebaikannya daripada pahala kami.”

Abdurrahman bin Auf takut bahwa hartanya akan memberatkan dirinya di hadapan Allah. Ketakutan itu sering akhirnya menumpahkan air matanya. Padahal, ia tidak pernah mendapatkan harta yang haram sedikitpun.

Suatu hari, sebagian sahabat berkumpul di rumah Abdurrahman bin Auf. Mereka dijamu. Berbagai macam makanan diletakkan di hadapan mereka. Tiba-tiba ia menangis. Mereka heran dan bertanya kenapa menangis. Abdurrahman bin Auf tidak menjawab. Ia terus menangis tersedu-sedu. Kemudian Abdurrahman bin Auf menjawab,

“Rasulullah saw. sampai wafatnya, beliau berikut keluarganya belum pernah makan roti gandum sampai kenyang. Aku khawatir bila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan padaku?”

Perkataan Abdurrahman bin Auf membuat para sahabat ikut menangis. Mereka adalah orang-orang yang hatinya mudah tersentuh, dekat dengan Allah dan tak pernah berhenti mengharap ridha Allah.

Berharap pada Seruan

Buat Putra Juragan




Sepotong dosa adalah penjajah bagimu
Ia menjadi segel pada catatan malaikat
mengikat abadi mengungkung dirimu di sana

Dosa demi dosa adalah deposit
Pertimbangan keputusan pengadilan di akhirat
kecuali bila engkau mau bertaubat
Allah SWT Mahapengampun

Segeralah bertaubat sebelum batas waktu tiba
Manfaatkan dan jagalah baik-baik pintu kehidupan
selagi ia masih terbuka lebar
karena bisa jadi sebentar lagi tertutup

Tabunglah kebajikan selama engkau mampu
Manfaatkan pintu taubat dan masuklah ke dalamnya
Ia masih terbuka lebar bagi siapapun

Isilah juga pintu do'a
Ia adalah pintu orang-orang shaleh
manfaatkanlah pintu yang penuh sesak itu
ia tetap lapang terbuka untuk siapa saja

Oh, Perempuan

(Kemuliaan Itu Milik Perempuan, Karena itu Jangan Cengeng)



Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka, hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah dan gelisah. Bahkan lelaki terkadang masih mencari satu dua lagi, walaupun sudah ada segala galanya. Di syurga semua ada, namun Nabi Adam As tetap merindukan bunda Siti Hawa. Ketahuilah bahwa kepada wanitalah seorang lelaki memanggil seruan ibu, isteri atau anak puterinya.

Konon mereka dijadikan dari tulang rusuk yang bengkok tetapi untuk diluruskan oleh lelaki. Tetapi kalau lelaki yang tak lurus, mana mungkin mampu meluruskan mereka. Tak mungkin kayu bengkok menghadirkan bayang-bayang yang lurus. Karena itu, luruskanlah wanita dengan petunjuk dan panduan Allah. Karena mereka diciptakan oleh Mahapencipta memang begitu rupa.

Jangan jinakkan mereka dengan harta. Nanti mereka liar. Jangan hibur mereka dengan kecantikan. Nanti mereka justru menderita. Sebab, semua itu sifatnya antara dan sementara, dan tidak menyelesaikan masalah apapun. Lebih baik kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal. Di situlah kuncinya.

Bila akalnya setipis rambut, maka tebalkan ia dengan ilmu. Bila hatinya serapuh kaca, kuatkan ia dengan iman. Ketahuilah bahwa perasaan mereka selembut sutera. Bahkan akan lebih lembut lagi bila ia berhias dengan akhlak yang terpancar dari akidah dan syari’ahNya.

Hati lelaki terhibur dan bahagia walau mereka, para perempuan itu, tidak menjadi ratu kecantikan, presiden atau women gladiator. Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan kelemahan. Katakan bahwa itu bukan diskriminasi dari Tuhan. Sebab di sana justru ada kasih sayang Tuhan.Bukankah dari rahim perempuan terlahir lelaki negarawan, karyawan, jutawan dan profesi lainnya. Tidak ada superman tanpa superwoman.

Wanita yang lupa pada hakikat dirinya, ia tidak terhibur dan tidak bisa menghibur orang lain. Tanpa ilmu, iman dan amal, mereka tidak bisa diluruskan. Bahkan mereka justru yang membengkokkan. Ingatlah bahwa banyak lelaki yang dirusak perempuan, dan tidak sebaliknya. Sebodoh apapun perempuan, ia mampu menundukkan sepandai-pandainya lelaki.

Tetapi itu adalah perempuan yang tidak kenal Tuhannya. Mereka tidak kenal diri mereka, apalagi kenal hakikat lelaki. Akibat ulah merekalah, banyak kaum lelaki kehilangan sekretarisnya, anak kehilangan ibunya, suami kehilangan isteri, dan bapa kehilangan puterinya. Bila wanita menjadi durhaka, dunia jadi huru-hara. Bila tulang rusuk patah, tertusuklah dan menjadi rusak jantung, hati dan limpa. Darah akan mengucur deras dari sana.

Ingatlah wahai para lelaki, jangan hanya mengharap ketaatan tetapi berusahalah bina kepemimpinanmu. Pastikan bahwa sebelum memimpin seorang perempuan, pimpinlah dirimu menuju Allah. Jinakkan dirimu, pasti akan jinak semua yang berada di bawah kepemimpinanmu. Jangan berharap istri seperti Siti Aisyah atau Fatimah Az Zahra bila pribadi belum mau meniru pribadi Rasulullah Saw atau setara dengan Sayyidina Ali Ra. Mengapa kaum lelaki tidak hendak menggapainya? Jika mau, pasti bisa. Mengapa tidak?

Berani tanpa Merasa Takut

(HIdup Hanya Sekali untuk Berlomba Berbuat Kebaikan)




Ia berani melompat sementara yang lain hanya beridiri
Mereka itu miskin keberanian dan tak punya azam
menuju Engkau keputusan diambil

Melompat menemui duniaMu
yang luas, lapang dan penuh harapan
bukan karena keangkuhan tetapi karena Kau memintaku berani
Bismillah

janjiMu tak pernah ingkar dan tak pernah tertukar
Ingatlah selalu bahwa perasaan kita terkadang ada bersama was-was setan
bahwa selama masih bernafas manusia berteman dengan masalah

Woo,
jangan bilang sama Tuhan kalau punya masalah besar
tetapi bilang sama masalah bahwa saya tidak takut
karena saya punya Tuhan yang Mahabesar

Masalah jangan dicari
tetapi ketemu masalah jangan lari
Serahkan nampan masalah di haribaanNya
biarlah Dia yang mengisinya dengan penyelesaian terbaik

Kalung Mutiara buat Annisaa'

Sore itu Annisaa’ menemani Ibunya berbelanja di supermarket. Ia berjalan kian kemari dengan riang. Wahana belanja perkotaan saat itu sungguh ramai. Bahkan menunggu membayar belanjaan pun harus antri. Tanpa sengaja gadis kecil itu berbinar melihat sebentuk kalung mungil terbuat dari mutiara buatan. Tetapi dalam pandangan Annisaa’, kalung itu mungil, cantik dan diletakkan di dalam kotak hitam dari kartun tebal.

Ia menginginkannya. Tetapi ia ingat bahwa ia tidak boleh minta selain yang sudah disepakati ketika akan berangkat berbelanja. Kaos kaki berenda, buku gambar, pensil warna dan biskuit. Entah mengapa Annisaa’ sangat menginginkan kalung itu. Ia beranikan diri untuk bertanya:

"Ibu, bolehkah Annisaa’ minta dibelikan kalung itu? Kaos kaki ini dikembalikan saja”.

Sang Bunda meraih kotak kalung itu. Di baliknya tertera harga Rp 25,000. Mata Annisaa’ memandangi ibunya dengan penuh harap. Ibunya bisa saja membelikan kalung itu. Namun ia ingin konsisten dengan kesepakatan semula.

"Baiklah, kalung itu boleh kamu ambil. Tetapi kaos kaki itu kembalikan ke tempatnya. Ibu akan potong uang jajan dan tabungan untuk sepekan ke depan. Bagaimana, setuju?”

Annisaa’ gembira. Ia tidak perduli kalaupun uang jajan dan tabungannya untuk sepekan ini harus dipotong. Segera ia berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.

"Terima kasih, ibu".

Kotak kalung mutiara itu didekapnya erat-erat. Menurutnya, kalung itu dapat membuatnya cantik, secantik ibunya. Sejak dibeli, kalung itu tak lepas dari lehernya. Bahkan ketika ia tidur. Benda itu hanya dilepasnya jika ia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah kalung itu akan rusak dan menjadi hijau.

@@@@@@@@

Setiap malam sebelum tidur, ayah Annisaa’ membacakan cerita pengantar tidur. Selesai membacakan sebuah cerita, ayahnya bertanya:

"Apakah Annisaa’ sayang sama ayah?"
"Tentu. Ayah pasti tahu kalau Annisaa’ sayang ayah!"
"Kalau begitu, berikan kepada ayah kalung mutiaramu”.
"Jangan. Kalau yang lain”, sambil meraih boneka kuda pemberian neneknya, “yang ini, boleh Ayah ambil. Ini juga boneka kesayanganku”.
“Boleh juga, yang ini juga boleh”.

Ayahnya mencium pipi Annisaa’ sebelum keluar dari kamar. Sepekan kemudian sang ayah mengulangi lagi rentetan pertanyaan itu. Tetapi kali ini ia hanya membawa boneka Barbie. Padahal boneka itu juga mainan kesayangan anaknya yang selalu menemaninya bermain.

Sepekan berikutnya, ayahnya mendapatkan anaknya sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ia melihat anaknya menangis. Salah satu tangannya menggenggam sesuatu, air mata membasahi pipinya.

"Kenapa menangis, sayang?”

Tanpa berucap sepatah pun, Annisaa’ membuka tangannya. Di sana tergenggam kalung mutiara kesayangannya.

"Ambillah kalung ini”, ujarnya.

Ayahnya tersenyum. Kalung itu diambilnya, lalu dimasukkan ke dalam kantong celana. Namun dari kantong celana yang sebelah lagi, beliau mengeluarkan kotak mungil berwarna merah. Di dalamnya ada kalung mutiara yang sangat cantik.

“Ini kalung pengganti buatmu. Ia asli mutiara. Ayah belikan untukmu. Kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau".

Annisaa’ gadis kecil itu menghamburkan pelukan dan ciuman ke pipi ayahnya. Ia sungguh senang dan bahagia malam itu. Bahkan ketika tertidur, kalung itu melekat di lehernya. Malam itu ia bermimpi bertemu dengan para bidadari cantik yang mengelilingi dirinya.

@@@@@@@

Terkadang Allah SWT meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan menggantikannya dengan yang lebih baik. Seperti Annisaa’, misalnya, yang menggenggam erat sesuatu yang dianggapnya amat berharga. Boleh jadi ia enggan dan tidak ikhlas bila harus kehilangan sesuatu yang disukai dan dicintainya. Padahal, cepat atau lambat, apa saja yang ada pada diri kita akan selalu berganti atau malah hilang dari genggaman.

Kiranya Allah SWT selalu mengingatkan bahwa semua milikNya tentu akan kembali kepadaNya. Perlu sikap ikhlas seperti yang dilakukan gadis kecil Annisaa’ . Karena Dia, Allah SWT, akan mengambil sesuatu dari kita. Atau, bisa jadi Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik, di dunia atau di akherat kelak.

Ditampar

(Berfikirlah daripada mengedepankan perasaan apalagi feeling)



Seorang Pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air. Di rumah orang tuanya dia minta kepada ibu bapaknya mencarikan guru agama, Kyai atau siapa saja yang bisa menjawab tiga pertanyaannya. Dengan susah payah, akhirnya orang yang dimaksudkan ditemukan. Ia seorang Bapak yang berpenampilan bersahaja.

@@@@@@@@

(Pemuda): Apakah bapak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

(Bapak): Saya hamba Allah yang dengan izinNy akan saya jawab pertanyaanmu.

(Pemuda): Anda yakin? Bahkan seorang Profesor pun, dan orang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

(Bapak): Akan saya coba semampu saya.

(Pemuda): Ada tiga pertanyaan:

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepadaku.
2. Apakah yang dinamakan takdir.
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa mereka dimasukkan ke dalam neraka yang dibuat dari api, yang tentu saja tidak menyakitkan buat setan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berpikir sejauh itu?

Tiba-tiba Bapak itu menampar pipi si pemuda dengan keras.

(Pemuda): (Sambil menahan sakit). Kenapa marah?

(Bapak): Saya tidak marah. Tamparan itu adalah jawaban saya atas tiga pertanyaanmu tadi.

(Pemuda): Saya sungguh-sungguh tidak mengerti?

(Bapak) : Bagaimana rasanya tamparan saya?

(Pemuda): Sangat sakit.

(Bapak) : Percaya bahwa sakit itu ada?

(Pemuda): Ya!

(Bapak): Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!

(Pemuda): Tidak mungkin bisa.

(Bapak): Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua “merasakan” wujud Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

(Bapak): Apakah tadi malam bermimpi akan ditampar seseorang?

(Pemuda): Tidak.

(Bapak) : Apakah pernah terpikir olehmu akan menerima tamparan dari saya hari ini?

(Pemuda): Tidak.

(Bapak) : Itulah yang dinamakan takdir. Tidak seorangpun akan tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Kita baru mengetahui setelah kejadian berlangsung. Itulah jawaban pertanyaan kedua.

(Bapak): Terbuat dari apa permukaan tangan yang saya gunakan untuk menamparmu?

(Pemuda): Kulit.

(Bapak) : Terbuat dari apa permukaan pipimu?

(Pemuda): Kulit.

(Bapak) : Bagaimana rasanya ditampar?

(Pemuda): Sakit.

(Bapak): Walaupun setan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, tetapi jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk setan. Itu jawaban saya untuk pertanyaan ketiga.

Prof. Dr. HM. Rasjidi

Melihat Apa yang Tidak Dilihat Orang

Oleh Nuim Hidajat,
Kandidat Doktor di Institut Alam dan Tamadun Melayu,
UKM Malaysia




Pengantar


Senin (14/12), Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Bahtiar Effendy mengadakan acara penganugerahan kepada Nurcholish Madjid dan Harun Nasution (serta Fachry Ali) atas sumbangannya kepada ilmu pengetahuan di Indonesia. Menteri Agama hadir dalam acara itu Acara itu juga dimuat di Harian Republika, tanggal 15 Desember 2009.

Dalam kesempatan tersebut, Dawam Rahardjo telah 'merendahkan' Rasjidi seraya mengagung-agungkan Nurcholish dan Harun Nasution. Bagaimana sosok seorang Rasjidi sebenarnya?

Sinisme Seorang Dawam Rahardjo

“Sebenarnya banyak orang yang kecewa, seperti yang saya dengar sendiri langsung dari kalangan IAIN, mengapa ia, dengan latar belakang pendidikan seperti itu, hanya puas dengan menerjemahkan buku, padahal pekerjaan itu dapat dilakukan oleh orang lain dengan mutu yang sama profesionalnya? Betapapun dinilai banyak kelemahannya, Harun Nasution telah mengarang paling tidak enam buku yang berharga untuk dibaca, yang memberikan interpretasinya sendiri tentang filsafat, agama dan Islam. Demikian pula Nurcholish Madjid telah menyeleksi bahan-bahan dari Khasanah Intelektual Islam dengan uraian penilaian yang kritis dan baru, baik dalam cara maupun isinya.”

Demikian kritik Prof. Dawam Rahardjo pada Rasjidi pada buku 70 Tahun Prof Dr HM Rasjidi. Meski Dawam kemudian meneruskan tulisannya bahwa Chairil Anwar pun juga menerjemahkan karya-karya puisi asing, di samping mencipta puisi sendiri, tapi di kalimat itu jelas terlihat bahwa Dawam berniyat meninggikan Harun Nasution dan Nurcholish Madjid serta ‘merendahkan’ Rasjidi. Karya Nurcholish memang kaya referensi, tapi ia mempunyai kesalahan fundamental dalam bidang aqidah. Karyanya ibarat gedung yang mengagumkan banyak orang karena interiornya yang bagus, tapi pondasinya retak dan rapuh, sehingga sewaktu-waktu bisa jadi bangunan itu runtuh. Hanya ahli bangunan yang berpengalamanlah yang dapat melihat kerapuhan gedung itu.

Ahli Bangunan

Mungkin di sinilah peranan Prof Rasjidi sebagai ‘ahli bangunan’ yang telah berpengalaman internasional dalam mendidik mahasiswa dan manusia-manusia Islam. Pengalaman intelektual Rasjidi di Al Azhar Mesir, McGill Kanada, Sorbonne Perancis, Yogyakarta, Jakarta dan lain-lain menjadikan dirinya saat itu melawan dan menulis kritikan keras kepada pemikiran-pemikiran Harun Nasution dan Nurcholish Madjid. Rasjidi tahu bahaya pemikiran keduanya. Dan memang seorang ‘alim’ (ulama/intelektual Islam) seringkali mengetahui, melihat apa yang tidak dilihat oleh orang ‘jahil’.

Rasjidi menulis buku Koreksi terhadap Drs. Nurcholish Madjid tentang Sekulerisme dan buku Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Tentang buku Harun Nasution, Rasjidi menyatakan: “Saya menjelaskan kritik saya fasal demi fasal dan menunjukkan bahwa gambaran Dr. Harun tentang Islam itu sangat berbahaya, dan saya mengharapkan agar Kementrian Agama mengambil tindakan terhadap buku tersebut, yang oleh Kementrian Agama dan Direktorat Perguruan Tinggi dijadikan buku wajib di seluruh IAIN di Indonesia.”

Siapa Rasjidi?

Kini timbul pertanyaan siapa Rasjidi? Rasjidi, yang nama kecilnya Saridi, lahir di Kotagede Yogyakarta pada Kamis 20 Mei 1915 atau 4 Rajab 1333 H. Ia anak kedua dari Bapak Atmosugido. Ia menempuh sekolah dasar di Muhammadiyah Yogyakarta. Rasjidi kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di perguruan Al Irsyad al Islamiyah, di kota Malang, di bawah pimpinan Syekh Ahmad Surkati. Semangat mencari ilmunya makin tinggi, karena yang mengajar di situ bukan hanya guru-guru dari Indonesia, tapi juga dari Mesir, Sudan dan Mekkah.

Syekh Ahmad Surkati pendiri al Irsyad al Islamiyah, mendidik langsung Rasjidi dengan seksama. Menurut Surkati, Rasjidi adalah anak yang tekun dan cerdas, sehingga dicintai guru-gurunya. Kepandaian Rasjidi dalam bahasa Arab –mampu menghafal Alfiyah Ibnu Malik dalam usia 15 tahun —menjadikannya diangkat sebagai asisten pelajaran gramatika bahasa Arab. Dalam usia remaja itu, Rasjidi juga hafal buku Logika Aristoteles yang berjudul “Matan as Sullam.”

Belajar dari Mesir Hingga ke Perancis

Perkenalannya dengan banyak guru-guru Timur Tengah itu, menjadikan Rasjidi bersemangat untuk melanjutkan studinya di Mesir. Ketika di Mesir, selain mempelajari ilmu-ilmu agama, di Sekolah Persiapan Darul Ulum (setingkat Sekolah Menengah) juga ia diajar aljabar, ilmu bumi, sejarah dan lain-lain. Sehingga kemudian Rasjidi menguasai bahasa Perancis, Inggris, Arab dan Belanda tentunya. Ia pun menjadi seorang hafizh, hafal al Qur’an 30 juz.

Penulis Soebagijo IN menceritakan:

“Dengan diantar oleh Syekh Thantawy Djauhary, pengarang Tafsir al Jawahir yang masyhur, serta sahabat karib Sjekh Ahmad Surkati, dia mendaftarkan ke Sekolah Persiapan untuk memasuki Sekolah Guru Tinggi bahasa Arab yang bernama Darul Ulum (kelas III)...Rasjidi diuji untuk masuk kelas V. Di kelas itu dia belajar 8 bulan lamanya, dan akhirnya berhasil meraih diploma Sekolah Menengah Umum dengan agama dan hafal al Qur’an secara lengkap, yakni 30 juz Al Qur’an, di samping mendapatkan sertifikat untuk mata pelajaran bahasa Inggeris dan Prancis. Karena di sana berlaku sistem Perancis, maka di Mesir diploma Sekolah Menengah Lanjutan disebut surat ijazah Baccalaureat. Dengan ijazah Baccalaureat itu, Rasjidi berhak meneruskan ke perguruan tinggi.”

Ia kemudian melanjutkan ke Universitas al Azhar, Kairo. Di sana ia mengambil jurusan Filsafat dan Agama. Setelah empat tahun belajar di situ, ia mendapat gelar Licence. Di kelas itu mahasiswanya hanya tujuh orang. Ia menempati rangking satu mengalahkan mahasiswa dari Mesir, Albania dan Sudan.

Setelah kembali ke tanah air beberapa tahun, Rasjidi melanjutkan kuliahnya di Fakultas Sastra, Universitas Sorbonne, Paris. Pada hari Jumat, 23 Maret 1956, Rasjidi akhirnya meraih gelar doktor di universitas terkemuka itu dengan disertasi berjudul l'Evolution de l'Islam en Indonesie ou Consideration Critique du Livre Centini (Evolusi Islam di Indonesia atau Tinjauan Kritik terhadap Kitab Centini).

Perannya di Tanah Air dan Amal yang Ditinggalkannya

Rasjidi adalah Menteri Agama RI pertama. Di pemerintahan, ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI di Mesir, Arab Saudi dan lain-lain. Sebelumnya di bidang organisasi, ia pernah terlibat diantaranya dalam organisasi PII dan Masyumi. Ia juga pernah aktif sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Islam (UII) Yogyakarta, Guru Besar Fakultas Hukum UI, Guru Besar Filsafat Barat di IAIN Syarif Hidayatullah dan menjadi Dosen tamu di McGill University.

Rasjidi menulis buku dan menerjemahkan buku-buku yang bermutu yang ia temui ketika belajar atau bertugas di luar negeri. Karya-karya asli Rasjidi antara lain : Islam Menentang Komunisme, Islam dan Indonesia di Zaman Modern, Islam dan Kebatinan, Islam dan Sosialisme, Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam, Agama dan Etik, Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Hendak Dibawa Kemana Umat Ini? Sedangkan karya terjemahnya antara lain: Filsafat Agama, Bibel QurĂ¡n dan Sains Modern, Humanisme dalam Islam, Janji-janji Islam dan Persoalan-persoalan Filsafat.

Rasjidi, yang murid-muridnya kini banyak tersebar di Indonesia, telah meninggalkan warisan perjalanan hidup dan karya tulis yang berharga bagi kita. Adakah kita mengambil pelajaran dari liku-liku kehidupannya?*

Tipudaya Iblis dan Syaitan

Pengantar

Besok, tahun baru Hijriyah telah menanti kita. Plus minus telah terjadi dan menimpa diri manusia. Bagi yang sadar, tahun baru akan dijadikan ajang renungan tentang apa saja telah dilakukan yang membuat Allah SWT menyayangi kita. Tetapi bagi yang tidak mau tahu, tahun baru itu akan berlalu begitu saja.

Di bawah ini ada hal-hal yang perlu diketahui oleh setiap Muslim tentang perilaku Iblis, tipudayanya, kelicikannya, dan segala keburukan yang bisa jadi akan ditimpakan kepada kita. Mudah-mudahan berguna sebagai pedoman hidup. Insya Allah.

Dialog Nabi Saw dengan Iblis Laknatullah

Ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw di kediaman salah seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu rumah. Kemudian terdengar suara orang dari luar rumah:

(Iblis Laknatullah): Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku. Aku akan menyampaikan banyak hal kepada kalian.
(Nabi Saw): Itu Iblis laknatullah. Laknat Allah bersamanya.

Mengetahui bahwa itu Iblis, Umar ingin membunuhnya.

(Nabi Saw): Sabar, wahai Umar. Bukankah engkau mengetahui bahwa Allah memberinya kesempatan (bertobat atau sesat) hingga hari kiamat? Bukakan pintu untuknya. Aku telah mengetahui bahwa ia telah diperintahkan oleh Allah untuk datang ke sini. Fahamilah apa yang hendak ia katakan. Dengarkan dengan seksama.

Pintu lalu dibuka oleh Ibnu Abbas Ra. Seorang kakek cacat satu mata berdiri di sana. Janggutnya hanya 7 helai, mirip rambut kuda. Bertaring, mirip taring babi. Bibirnya seperti bibir sapi.

(Iblis Laknatullah): Salam untukmu Muhammad. Salam untuk yang hadir.
(Nabi Saw): Salam hanya milik Allah SWT. Sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?
(Iblis Laknatullah): Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.

(Nabi Saw): Siapa yang memaksamu?
(Iblis Laknatullah): Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata kepadaku:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad, merendahkan dirimu, sambil memberitahu kepadanya caramu menggoda manusia. Jawab dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, jika berdusta satu kali saja, maka Allah membuat dirimu menjadi debu yang ditiup angin.”

Sekarang aku ada di hadapanmu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sebuah kemalanganpun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.

Orang Yang Dibenci Iblis

(Nabi Saw): Kalau kau benar jujur, manusia mana yang paling kau benci?
(Iblis Laknatullah): Kamu, kamu dan orang sepertimu (sambil menunjuk Nabi Saw dan shahabat) adalah mahkluk Allah yang paling kubenci.

(Nabi Saw): Siapa selanjutnya?
(Iblis Laknatullah): Pemuda bertakwa yang mengabdikan dirinya kepada Allah SWT.

(Nabi Saw): Siapa lagi?
(Iblis Laknatullah): Orang Alim (ilmuan) lagi wara’ (loyal kepada ajaran Islam).

(Nabi Saw): Siapa lagi?
(Iblis Laknatullah): Orang yang selalu bersuci (jiwa dan tubuhnya).

(Nabi Saw): Siapa lagi?
(Iblis Laknatullah): Seorang fakir sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain.
(Nabi Saw): Apa tanda kesabarannya?
(Iblis Laknatullah): Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, maka Allah SWT memberikan pahala kepadanya.

(Nabi Saw): Selanjutnya siapa lagi?
(Iblis Laknatullah): Orang kaya yang bersyukur.
(Nabi Saw): Apa tanda-tanda kesyukurannya?
(Iblis Laknatullah): Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya (yang halal), dan mengeluarkannya (dengan rela dan ikhlas) juga dari tempatnya.

(Nabi Saw): Menurutmu, seperti apa Abu Bakar?
(Iblis Laknatullah): Ia tidak pernah mau menuruti ajakanku pada masa jahiliyah, apalagi ketika sudah masuk Islam.

(Nabi Saw): Kalau Umar bin Khattab?
(Iblis Laknatullah): Demi Allah, setiap berjumpa dengannya aku takut sekali. Aku pasti kabur menghindarinya.

(Nabi Saw): Bagaimana dengan Usman bin Affan?
(Iblis Laknatullah): Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.

(Nabi Saw): Ali bin Abi Thalib?
(Iblis Laknatullah): Aku berharap kepalaku selamat (tidak lepas), menghindarinya, dan ia mau melepaskanku. Tetapi ia tidak mau melakukannya.(Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT).

Amalan yang Menyakiti Iblis

(Nabi Saw): Apa yang kau rasakan ketika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?
(Iblis Laknatullah): Aku merasa panas dingin dan gemetar.
(Nabi Saw): Kenapa?
(Iblis Laknatullah): Setiap hamba bersujud sekali kepada Allah, Allah meninggikan derajatnya satu tingkat.

(Nabi Saw): Jika seorang umatku shaum?
(Iblis Laknatullah): Tubuhku terasa terikat erat sampai ia berbuka.

(Nabi Saw): Jika ia berhaji?
(Iblis Laknatullah): Aku seperti orang gila.

(Nabi Saw): Jika ia membaca Al Qur’aan?
(Iblis Laknatullah): Aku merasa meleleh laksana timah yang dibakar di atas api.

(Nabi Saw): Jika ia bersedekah?
(Iblis Laknatullah): Orang tersebut seperti membelah tubuhku dengan gergaji.
(Nabi Saw): Mengapa bisa begitu?
(Iblis Laknatullah): Dalam sedekah itu ada 4 keuntungan baginya: (1) keberkahan pada hartanya, (2) hidupnya disukai (banyak orang), (3) sedekah itu kelak menjadi hijab dirinya dengan api neraka, dan (4) segala musibah terhalau dari dirinya.

(Nabi Saw): Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?
(Iblis Laknatullah): Suara ringkikkan dan derap kaki kuda ketika perang jihad di jalan Allah.

(Nabi Saw): Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?
(Iblis Laknatullah): Taubat orang yang bertaubat.

(Nabi Saw): Apa yang dapat membakar hatimu?
(Iblis Laknatullah): Istighfar yang dilantunkan siang dan malam.

(Nabi Saw): Apa yang dapat mencoreng wajahmu?
(Iblis Laknatullah): Sedekah yang dilakukan diam–diam.

(Nabi Saw): Apa yang dapat menusuk matamu?
(Iblis Laknatullah): Shalat fajar (Shubuh).

(Nabi Saw): Apa yang dapat memukul keras kepalamu?
(Iblis Laknatullah): Shalat berjamaah.

(Nabi Saw): Apa yang paling mengganggu fikiranmu?
(Iblis Laknatullah): Majelis (bertemunya) para ulama (merembukkan suatu kebaikan).

Kebiasaan Hidup dan yang Menjadi Teman Iblis

(Nabi Saw): Bagaimana cara makanmu?
(Iblis Laknatullah): Dengan jari-jari tangan kiriku.

(Nabi Saw): Di manakah kau menaungi anak–anakmu pada musim panas?
(Iblis Laknatullah): Di bawah kuku manusia yang kotor.

(Nabi Saw): Siapa temanmu?
(Iblis Laknatullah): Pemakan riba.

(Nabi Saw): Siapa sahabatmu?
(Iblis Laknatullah): Pezina.

(Nabi Saw): Siapa teman tidurmu?
(Iblis Laknatullah): Pemabuk.

(Nabi Saw): Siapa tamumu?
(Iblis Laknatullah): Pencuri.

(Nabi Saw): Siapa utusanmu?
(Iblis Laknatullah): Tukang sihir.

(Nabi Saw): Apa yang membuatmu gembira?
(Iblis Laknatullah): Orang yang bersumpah palsu dan perceraian (suami istri).

(Nabi Saw): Siapa kekasihmu?
(Iblis Laknatullah): Orang yang meninggalkan shalat Jum’at.

(Nabi Saw): Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?
(Iblis Laknatullah): Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.

Orang Ikhlas Membuat Iblis Tak Berdaya

(Rasulullah Saw lalu bersabda): Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.

(Iblis Laknatullah segera menimpali): Tidak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari kiamat. Bagaimana kalian bisa bahagia, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tidak melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari kiamat, aku akan menyesatkan mereka. Yang bodoh, yang pintar, yang bisa membaca dan yang buta huruf, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.

(Nabi Saw): Siapa orang yang ikhlas menurutmu?
(Iblis Laknatullah): Tidakkah kau tahu wahai Muhammad bahwa siapa saja yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak suka dinar dan dirham, tidak suka pujian sanjungan, aku bisa pastikan ia orang ikhlas. Maka aku akan meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta, sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, boleh jadi ia nantinya sangat patuh padaku.

Iblis Dibantu 70.000 Anaknya & Syaithan Menggoda Manusia

(Iblis Laknatullah): Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku punya 70.000 anak. Setiap anak dibatu 70.000 syaithan. Sebagian aku tugaskan mengganggu ulama. Sebagian menggangu anak muda. Sebagian menganggu orang tua. Sebagian menggangu wanta tua. Sebagian anakku kutugaskan kepada para zuhud (yang mencintai akhirat daripada dunia).

Ada anakku yang suka mengencingi telinga manusia yang menyebabkan orang itu tertidur pada shalat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Ada anakku yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama. Mereka lalu tertidur dan pahalanya terhapus.

Ada anakku yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan, kemudian ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap wanita yang berjalan di luar rumah, anakku dan syaithan pendampingnya duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar orang-orang memandanginya. Syaithan berkata kepada perempuan itu agar mengulurkan tangannya. Perempuan itu mengeluarkan tangannya, lalu syaithan menghiasi kukunya.

Anak–anakku meyusup dan berubah bentuk dari satu kondisi ke kondisi lain, dari satu pintu ke pintu lainnya, untuk menggoda manusia sampai mereka terhempas dari rasa ikhlas mereka. Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa keikhlasan, namun mereka tidak merasa. Tahukah kamu, Muhammad, bahwa ada seorang rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh dari penyakitnya seketika. Tetapi aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku? Akulah mahluk pertama yang berdusta. Pendusta adalah sahabatku. Siapa saja yang bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad, aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar–benar menasihatinya? Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gossip) dan Namimah (adu domba) adalah kesenanganku. Kesaksian palsu adalah kegembiraanku. Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa, walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab siapa saja yang membiasakan dengan kata–kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat, maka semua anak–anaknya itu adalah anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kata itu: Cerai.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur waktu shalatnya. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya bahwa waktu masih panjang, kamu masih sibuk. Lalu ia manundanya sampai akhirnya ia melaksanakan shalat di luar waktu. Shalatnya itu akan dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, kubiarkan ia shalat. Namun kubisikkan ke telinganya: ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. Kuusap pula dengan tanganku dan kucium keningnya seraya membisikkan ket telinganya: ’shalatmu tidak sah’ Bukankah kamu tahu Muhammad, bahwa orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul mukanya nanti. Jika ia shalat sendirian, kusuruh dia bergegas. Shalatnya pun seperti ayam yang mematuk beras.

Jika ia berhasil mengalahkanku lalu ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam melakukannya. Kamu tahu bahwa melakukan hal seperti itu bisa membatalkan shalatnya dan kelak wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai?

Jika ia berhasil mengalahkanku, kutiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya, syaithan akan masuk ke dalam dirinya. Di dalam sana akan kubuat ia bertambah serakah dan gila dunia. Ini akan membuat dirinya semakin taat kepadaku.

Kebahagiaan apa yang engkau dapatkan, sementara aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat.Kukatakan padaknya: ‘kamu tidak wajib shalat. Shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak perlu sholat. Jika kehidupanmu telah berubah baru kamu wajib shalat’. Jika ini terjadi, ia mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat, maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, demi yang menciptakanku jika aku berdusta maka Allah akan menjadikan aku debu. Bagaimana mungkin engkau bisa bergembira dan bangga dengan umatmu sementara seperenam dari mereka kukeluarkan dari islam?

Sepuluh Permintaan Iblis kepada Allah SWT

Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?
Ada 10 macam.
Apa saja itu?

Pertama
Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka. (Tetapi) tidaklah janji setan kecuali itu semua tipuannya” (QS Al-Isra :64)

Aku akan makan dari harta yang tidak dizakatkan. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba. Kumakan juga dari makanan yang tidak dibacakan atas nama Allah.

Kedua
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan (bersetubuh) dengan istrinya tanpa berlindung kepada Allah. Setan akan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Ketiga
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan yang berjalan bukan untuk tujuan yang halal.

Keempat
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Kelima
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Keenam
Aku minta agar Allah menjadikan syair (dari penyair) sebagai Qur’aanku.

Ketujuh
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Kedelapan
Aku minta agar Allah memberikanku saudara, yaitu orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat. Allah berfirman,

“Orang -orang boros adalah saudara–saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).

Kesembilan
Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku (dengan seizing Allah SWT, hanya sebagian saja di antara mereka yang bisa melihatku).

Kesepuluh
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan kemampuan tersebut hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.

Penutup

Iblis berkata: “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang. Aku hanya bisa membisikkan dan menggoda. Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun! Sebagaimana dirimu, kamu tidak dapat memberi hidayah sedikitpun. Engkau hanya Rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Bahkan engkau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara hidupnya.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Sementara orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya. Rasulullah Saw lalu membaca ayat:

“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati Allah” (QS Hud :118 - 119)
“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan tinta pena telah lama kering. Mahasuci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka jahanam. Aku ini si celaka yang terusir. Inilah yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.

---------------------
Sumber hadits diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal r.a., dari Ibnu Abbas r.a.

Judul Asli: Syajaratul Kaun dan Hikayah Iblis. Risalah Muhyiddin Ibnu al-'Arabi [Mesir: Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1360/1941].

Translated By: Wasmukan, Penerbit Risalah Gusti /Cetakan II, Mei 2001.