Senin, 21 Desember 2009

Tentang Suami Mereka

Pengantar

Ini cerita dari Ummul Mukminin, Aisyah Ra yang diambil dari Shahih Al-Bukhari Kitab Nikah Bab Bergaul Baik dengan Keluarga No. 4790. Isinya menceritakan tentang perilaku sebelas suami dari wanita pada masa jahiliyah. Sebelas orang wanita duduk-duduk dan bercerita apa adanya tentang perilaku suami-suami mereka.

Suami-suami Mereka

Wanita Pertama. Suamiku bagaikan unta kurus yang tinggal di atas puncak gunung yang berbatu. Sudah jalannya tidak datar, sulit diraih, dagingnya pun tak gemuk hingga memang tak layak untuk dilirik.

Wanita Kedua. Tidak berani kuungkapkan terus terang ceritanya, karena kejelekan suamiku sangat banyak. Sulit dihitung. Jika membicarakannya satu per satu, saya khuatir kalian akan kehabisan waktu sebelum saya selesai menyebutkan seluruhnya.

Wanita Ketiga. Suamiku perperawakan tinggi sekali. Tetapi ia tolol dan emosional. Jika saya sebutkan kekurangan dan kejelekannya, ia mengancam akan menceraikanku. Namun bila saya diam, dia membiarkanku bagaikan seorang perempuan yang posisinya menggantung: punya suami namun seperti tidak punya, dikatakan tidak punya kenyataannya punya.

Wanita Keempat. Suamiku bagaikan malam di negeri Tihamah: Tiada panas dan tidak dingin. Tidak menakutkan dan tidak pula membosankan.

Wanita Kelima. Suamiku di dalam rumah bagaikan harimau, di luar seperti singa. Namun jangan tanya apa yang terjadi bila dia sudah marah. Menakutkan!

Wanita Keenam. Suamiku makan sangat lahap. Minumnya dihabiskan tuntas tak tersisa. Bila berbaring berselimut sendiri. Dia tidak pernah tangannya meraba-raba ke dalam pakaianku untuk mengetahui kesedihanku.”

Wanita Ketujuh. Suamiku cepat lelah, bodoh dan sulit bicaranya. Pokoknya seluruh aib ada pada dirinya. Ia suka menyakiti dan melukaiku.

Wanita Kedelapan. Sentuhan tangan suamiku teramat lembut, bagaikan sentuhan sutera dan badannya harum, seharum bunga yang paling wangi.

Wanita Kesembilan. Suamiku setinggi tiang, panjang pedangnya, berdebu dan selalu ia berada dekat-dekat rumah. Dia senang bermusyawarah.

Wanita Kesepuluh. Suamiku memiliki segalanya. Tahukah apa yang ia miliki? Ia punya banyak unta yang selalu berada di dekatnya. Bila unta itu mendengar suara-suara merdu, mereka gembira, karena para tamu telah datang dan mereka akan disembelih.”

Wanita Kesebelas (yang terakhir bercerita). Suamiku bernama Abu Zar’in. Abu Zar’in adalah orang yang memberiku perhiasan, yang membuat badanku gemuk, memanjakanku hingga aku sangat percaya diri, mengangkat derajatku dari keluarga yang hanya memiliki beberapa ekor kambing menjadi keluarga kaya yang memiliki banyak kuda, unta dan hewan ternak lainnya. Kalau aku bicara di hadapannya, ia tak pernah mencelaku. Kalau aku tidur, ia tak pernah menggangguku hingga pagi hari. Jika aku minum, ia akan membiarkanku sampai puas.

Tentang ibu Zar’in, tempat makannya besar, rumahnya luas. Tentang putra Abu Zar’in, lambung tempat berbaringnya bagaikan pelepah kurma yang halus. Ia sudah kenyang bila makan sepotong paha anak kambing. Tentang putri Abu Zar’in, ia seorang yang patuh kepada orang tuanya. Pakaiannya sesak karena badannya gemuk, dan dicemburui oleh madunya. Tentang pembantu Abu Zar’in, ia tak pernah menyebarluaskan pembicaraan kami. Ia tak pernah mencuri makanan kami, dan ia tak pernah membawa sampah ke rumah kami.”

Wanita itu bercerita lagi: Pada suatu hari yang cerah, Abu Zar’in keluar dan melihat perempuan dengan dua orang anaknya yang sedang memainkan puting susu ibunya yang ranum bagaikan buah delima. Suamiku jatuh cinta kepadanya, kemudian ia menceraikanku dan mengawini perempuan itu.

Usai dicerai, aku kawin dengan seorang pria tampan, kaya dan dermawan. Ia memberiku berlebih apa saja yang aku mau. Bahkan ia berkata, ‘Makanlah, wahai Ummu Zar’in, berikan juga kepada keluargamu.’ Namun dengan jujur aku katakan, sungguhpun demikian seandainya kuhimpun semua pemberiannya kepadaku, itu belum bisa memenuhi sebuah bejana terkecilpun yang dimiliki Abu Zar’in.

Ummul Mukminin Aisyah Ra. meneruskan ceritanya: Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ‘Sedangkan aku disampingmu bagaikan Abu Zar’in di samping Ummu Zar’in. Hanya bedanya, Ummu Zar’in dicerai oleh Abu Zar’in, sedangkan aku tidak menceraikan engkau.” Kemudian Aisyah ra., berkata, “Ya Rasulullah, engkau lebih baik daripada Abu Zar’in.”

------------------
Sumber (sudah diedit redaksionalnya): http://subhan-nurdin.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar