Kamis, 30 April 2009

SULIT TIDUR

Tidur merupakan bagian dari hidup yang diperlukan makhluk ciptaan Allah SWT. Porsi tidur pada manusia bisa sangat bervariasi. Ada orang yang memerlukan jam tidur cukup banyak, tetapi ada juga yang hanya perlu waktu tidur sedikit saja. Makin tua usia seseorang, maka makin pendek inteval waktu tidurnya.

Bayi lebih banyak tidur daripada orang dewasa. Orang usia manula (manusia usia lanjut) tidurnya lebih peka dari gangguan. Mereka ini lebih mudah terbangun, misalnya, karena sedikit berisik. Keadaan ketuaan ini memang sering disalahartikan. Mereka pergi ke dokter untuk mencari pertolongan medis. Padahal, gejala tersebut adalah lumrah, alami dan sesuatu yang faali (normal) menimpa manusia berusia lanjut. Namun memang suatu saat, kita atau orang lain, mengeluh tidak bisa tidur. Badan telah direbahkan, mata dicoba dipejamkan, tetapi belum juga terlena dibuai mimpi. Padahal, malam telah beranjak ke dini hari.

Susah tidur yang dikenal dengan istilah insomnia, bisa menimpa siapa saja, terlebih lagi bila badan terasa sakit, atau sedang menghadapi persoalan yang belum ditemukan jalan keluarnya. Dunia kedokteran mengenal ada beberapa jenis gangguan tidur. Pertama, gangguan tidur somnabulisme, yang ditandai dengan aktifitas berjalan-jalan yang dilakukan seseorang. Orang tersebut memang sedang dalam keadaan tertidur. Awam menyebutnya dengan istilah "tidur ngelindur". Kedua, narkolepsi, yang ditandai dengan perasaan yang tiba-tiba mengantuk yang amat sangat, kemudian tertidur di sembarang tempat walaupun tempat itu tidak layak untuk dipakai tidur. Keadaannya persis sama dengan pemakai narkoba jenis tertentu. Pada orang berusia lanjut, insomnia yang muncul dikenal dengan istilah early morning awakening, yang ditandai dengan terbangun terlalu dini. Mereka bangun jam satu dini hari tanpa bisa tertidur kembali. Biasanya, orang yang mengidap kasus ini dihinggapi sikap emosional. Pada usia manula ini pula, sering terjadi perubahan ritme waktu tidur (inverted sleep rythme). Bahkan, mereka justru tidak tidur malam hari. Umumnya hal ini terjadi karena mereka biasanya menggunakan obat-obat antiinsomnia yang tidak menuruti nasehat dokter.

Sesungguhnya keadaan insomnia ditandai dengan tiga keadaan. Pertama, sulit memulai untuk tidur. Kedua, kalau terbangun, maka ia bangun premature (belum saatnya). Ketiga, dalam keadaan nyenyak terlena, tidurnya sering terinterupsi (suka kagetan).

Namun demikian, perlu difahami bahwa insomnia bukanlah penyakit. Ia adalah gejala-gejala yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit, baik fisik maupun mental (kejiwaan). Ia, dalam ukuran normal, bisa biasa-biasa saja, atau penyakitnya justru parah sekali. Namun keadaan apapun penyakitnya, keparahan insomnia tidak ditentukan dari keadaan penyakit seseorang.

Perlu diketahui pula bahwa biang keladi penyebab insomnia yang sebenarnya adalah rasa nyeri pada salah satu bagian tubuh. Atau, muncul perasaan cemas (ansietas) yang berlangsung terus menerus. Namun dalam kenyataannya, kesulitan untuk tidur (initial insomnia) sering disebabkan oleh faktor-faktor emosional. Rasa cemas oleh satu atau berbagai faktor, terlalu memikirkan pekerjaan yang berlarut-larut tidak terpecahkan jalan keluarnya, mengidap rasa bersalah atau merasa berdosa, kesedihan yang mendalam karena merasa gagal dalam hidup, dan berbagai aktifitas emosional lainnya, adalah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang susah tidur.

Cara Mudah Menanggulanginya

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar gejala maupun gangguan susah tidur dapat teratasi, antara lain:

1) Lakukanlah gerak badan ala kadarnya pada pagi atau sore hari. Berjalan-jalanlah sejenak setelah makan malam sebelum berangkat tidur. Selain itu, berusahalah sedapat mungkin menghilangkan ketegangan, karena hati yang tenang diperlukan untuk mengatasi faktor susah tidur. Minumlah air putih seteguk dua teguk. Selain itu, cobalah baca Al Quraan atau berdoalah sebelum mata dipejamkan.

2) Jika sulit tidur itu disebabkan oleh rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, maka makanlah obat pengurang rasa sakit (misalnya jenis parasetamol) yang sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

3) Bagi manula, cara terbaik untuk mengatasi bangun terlalu dini adalah dengan meminum segelas air sebelum berangkat untuk tidur. Kemudian berwudlu'lah. Bacalah Al Quraan dan atau berzhikirlah agar perasaan bisa tenang. Bila cepat terjaga juga, tindakan yang paling baik adalah segera melakukan shalat tahajjud. Pasrahkan diri kepada Allah SWT sebagai pencipta dan pelindung kita. Semoga Dia berkenan melepaskan kita dari berbagai macam kesulitan.

"Dan pada sebagian malam, shalat tahajjudlah kamu, sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabbmu mengangkat derajatmu ke tempat yang terpuji" (QS Al Israa' 79).

DOSA YANG BERMALAPETAKA

Kedekatanku dengan pasien-pasienku memang tidak berjarak. Terkadang aku diminta untuk memberikan jalan keluar problema mereka. Ada kalanya aku diundang makan. Ada saatnya dapat undangan kawinan, sunatan, atau acara-acara ulang tahun. Senang, memang. Tetapi diundang untuk mengobati satu keluarga? Ada juga.

Suatu saat aku diundang salah satu keluarga di Cakung, Jakarta. Keluarga ini sesekali memang suka mengundangku untuk mengobati keluarganya. Biasanya aku dijemput dan selesai mengobati lantas diantar pulang. Tetapi kali ini dia sedikit memohon agar aku mau dijemput untuk mengobati anaknya yang lagi sakit. Aku menyanggupi.

Pagi, jam 09.20 Wib jemputan datang. Di perjalanan aku berusaha bertanya ke sopir yang menjemput, apa penyakit anak majikannya itu. Namun tak sepatah katapun keterangan yang kuperoleh. “Saya tidak tahu persis apa sakitnya. Lebih baik ditanyakan langsung ke bapak atau ibu”, begitu katanya.

Yang sakit namanya Udin. Ini nama panggilan di keluarga dan rekan-rekannya. Safruddin adalah nama lengkapnya. Ia sudah beristeri. Anaknya tiga. Satu lelaki, sedangkan dua lagi kembar adanya dan perempuan. Terus terang, Udin adalah pengguna narkoba dengan berbagai jenis. Itu yang kuketahui dari ibunya. Sebelumnya aku sempat mengobatinya sekali dua kali.

Setiba di Cakung, aku tidak langsung ke rumah pasienku itu. Aku singgah dulu ke rumah ibunya yang berselang dua rumah dari rumah Udin. Setelah mengobrol sebentar, beliau mengantarkan aku ke rumah Udin. Tetapi beliau tidak lama berada di sana, lantas balik ke rumahnya.

Mulailah aku melihat dan memeriksa yang sakit. Pasienku itu berbaring lemah tak berdaya. Ia diinfuse. Kakinya bengkak di bagian bawah. Itu artinya ada cairan (udema) di bawah kulitnya. Tetapi ke atas sedikit, kondisi kakinya mengecil dan kurus. Ada dua lokasi luka bernanah pada tubuhnya. Satu di lehernya, sebuah luka besar. Satu lagi di kaki yang berudema itu.

Selesai memeriksa dan melakukan terapi, aku lantas bertanya kepada isterinya tentang obat yang diberikan dokter kepadanya. Ia membawa bungkusan yang isinya beberapa kantong infuse beserta perangkatnya, obat suntik berupa antibiotika, dan vitamin injeksi. Kemudian ia menunjuk ke arah meja tentang obat yang harus diminum oleh suaminya. Semua kuperiksa.

Alangkah kagetnya aku ketika mataku membaca pada kotak obat tersebut bahwa obat di atas meja itu adalah obat-obatan untuk penderita HIV-Aids. Aku segera ke dapur untuk mencuci tanganku dengan sabun bersih-bersih.

Selesai mengobati, aku kembali ke rumah ibunya Udin. Aku bertanya apakah bapak ada di rumah? Beliau mengatakan bahwa suaminya sebentar lagi datang. “Sekarang bapak dalam perjalanan pulang”, ujar beliau. Suaminya punya usaha berupa pabrik pembuatan komponen-komponen teknik. Beliau mengerjakan orderan sesuai dengan pesanan dalam partai besar. Karyawannya ada ratusan orang.

Kedatangan si bapak kusambut dengan cara bersalaman. Tetapi beliau permisi kepadaku untuk mandi sekaligus hendak sholat ashar. Kira-kira setengah jam kemudian beliau menemuiku. Aku berusaha menahan diri sementara, tidak bertanya tentang penyakit Udin, dengan cara mengobrol tentang pekerjaan beliau di pabrik. Beliau mengeluh dengan order yang sepi sehubungan dengan krisis global yang melanda dunia usaha, khususnya dunia otomotif. Ketika aku merasa sudah saatnya bertanya tentang Udin, aku justru kaget dengan cerita yang gamblang dari beliau. “Udin tidak bisa saya harapkan lagi”, begitu kata terakhir beliau mengakhiri cerita panjang tentang Udin.

Sejak dokter memvonis penyakit Udin, HIV-Aids, sang bapak tidak berhenti menangis, mulai dari rumah sakit sampai pulang ke rumah. Bagaimana tidak, Udin diperkirakan hanya dapat bertahan hidup dalam waktu 3 (tiga) bulan. Itu keterangan yang kuperoleh dari sopir yang menjemputku dalam perjalanan pulang.

“Saya sudah lelah fisik dan fikiran untuk mengatasi masalah Udin. Sudah 32 tempat rehabilitasi yang dijalaninya. Sudah dua tempat pengungsian saya lakukan untuk menjauhkan Udin dari barang laknat itu. Sudah ratusan juta uang habis terpakai”, begitu beliau bercerita. Banyak lagi keterangan yang beliau sebutkan. Sayangnya aku tidak dapat mengingatnya dengan baik.

Aku hanya dapat terdiam dan merenungi kisah Udin, dalam perjalanan pulang sampai ke rumahku. Bahkan aku yakin, banyak kisah-kisah Udin lainnya yang lebih tragis lagi. Dua pekan kemudian, satu hari menjelang ‘Iedul Fitri, ibunya Udin menelfonku mengabarkan bahwa Udin sudah tiada. Di ujung telfon dia menangis dan minta kepadaku untuk mendoakan almarhum.

Kaum Nabi Luth dan Kekinian

Aku lantas ingat kisah kaum Luth. Walaupun konteksnya berbeda, tapi dunia narkoba tidak jauh kaitannya dengan dosa dan kemaksiatan yang dilakukan oleh kaum Luth. Para pemakainya sebagian besar memiliki kelainan dalam hal seksual. Mereka banyak yang berada di lembah itu, dunia gay dan lesbian.

(Ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: 'Sesung¬guhnya kalian benar-benar mengerjakan perbuatan amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kalian. Sesungguhnya apakah patut kalian mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemunkarana di tempat-tempat pertemuan kalian?" Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azhab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (QS Al Ankabut 28-29).

Ketika Nabi Ibrahim as meninggalkan Mesir menuju Palestina, kemenakannya, Luth, ikut serta. Namun kesukaran dalam penghidupan menyebabkan mereka berpisah. Nabi Luth as lantas tinggal di dusun Saduum, sebuah kampong yang masih di lingkup negeri Palestina.

Kampung Saduum (Sodom) penduduknya terkenal rusak perangainya. Mereka berlomba melakukan kejahatan. Merampok, membunuh, menganiaya, mabok-mabokan dan madat, adalah pekerjaan rutin mereka. Nyaris tak seorang asingpun yang besar nyalinya untuk melintasi Saduum. Dan ini satu lagi, kebejatan yang terbusuk, menjadi adat kebiasaan mereka adalah melepaskan syahwat terhadap lelaki. Terhadap perempuan, mereka ogah melakukannya dan tidak tertarik sama sekali.

Setiap pemuda yang melintas Saduum, tak pelak akan menjadi sasaran godaan dan kemudian diperebutkan. Untuk itu, matipun mereka mau. Celaka nasib perempuan di sana. Mereka tidak dilirik sama sekali. Karena itu, terpaksa pula mereka melepaskan nafsu berahi dengan sesamanya. Begitulah bertahun-tahun pola hidup mereka. Bagi mereka, nasehat adalah pekerjaan usang yang tidak perlu didengar.

Terhadap kaum Saduum ini akhirnya Allah memerintahkan Nabi Luth untuk membimbing mereka. Namun sudah dipastikan, semua ajaran Luth tidak mampu menembus telinga dan hati mereka. Bermacam cara dilakukan Nabi Luth. Bahkan beliau telah mulai menakut-nakuti mereka dengan akan tibanya azhab dari Allah. Tetapi semua itu mereka anggap enteng dan Nabi Luth diejek habis-habisan.

Nabi Luth nyaris patah arang. Hanya segelitir orang saja yang mematuhi ajarannya. Akhirnya beliau berdoa kepada Allah agar kaumnya ditunjuki. Bila nyata-nyata belum juga mau mengubah perilakunya, Nabi Luth memohon agar dikirimkan azhab terhadap mereka. Beliau berharap dengan azab itu kaumnya menginsyafi perbuatannya. Sebab perbuatan mereka selain telah melampaui batas, juga menambah kerusakan dan kejahatan di muka bumi.

Doa Nabi Luth didengar. Allah SWT kemudian mengutus beberapa orang malaikat. Mula-mula malaikat itu singgah di rumah Nabi Ibrahim. Mereka dijamu seperti layak menjamu tamu. Tetapi malaikat mulia utusan Allah itu kemudian menerangkan bahwa mereka sengaja diutus untuk menurunkan azhab terhadap kaum Saduum yang ingkar itu. Tetapi orang-orang yang mengikuti kebenaran ajaran Nabi Luth akan selamat dari azhab. Diterangkan juga bahwa isteri Nabi Luth sendiri akan menerima azhab tersebut karena perbuatan dan ingkarnya.

Jelas Nabi Ibrahim terperanjat. Beliau berusaha meminta tangguh. Namun malaikat dengan tegas menolak. Sebab, Allah telah mengutus Nabi Luth untuk memperbaiki kaum Saduum itu.

Malaikat-malaikat itu lalu meninggalkan rumah Nabi Ibrahim, menuju negeri Saduum. Penampilan mereka yang berujud pemuda tampan memang menarik perhatian. Di pintu masuk negeri Saduum mereka bertemu dengan anak gadis Nabi Luth yang sedang mengambil air minum. Kemudian para malaikat itu meminta agar mereka diperbolehkan datang ke rumahnya sebagai tamu. Anak gadis itu lalu menerangkan kepada mereka tentang tabiat penduduk kampung, bahwa akan timbul perkosaan dan perbuatan mesum lainnya bila mereka berada lebih lama di Saduum. Oleh karena itu, sebelum menerima mereka sebagai tamu, ia akan merundingkan hal tersebut kepada ayahnya.

Ayah dan anak lalu berunding. Muncul perasaan cemas pada keduanya. Kemudian diaturlah caranya agar kedatangan pemuda-pemuda itu jangan sampai diketahui penduduk. Namun, isteri Nabi Luth mengetahui pembicaraan itu. Begitu tamu-tamu itu datang, rumah Nabi Luth telah dikepung penduduk kampung. Rupanya isteri Nabi Luth telah menyiarkan kedatangan tamu-tamu itu. Para penduduk bejat itu datang dengan maksud ingin mendapatkan para pemuda itu untuk melepaskan nafsunya.

Kembali Nabi Luth menasehati mereka. Nasehat itu menguap ke udara, tidak hendak hinggap di otak mereka. Mereka malah semakin beringas. Nabi Luth akhirnya menyelamatkan tamunya itu dengan mengunci rumahnya, karena kaumnya itu mulai menyerbu. Kembali melalui sebuah jendela beliau menasehati. Tetapi mereka marah seraya berkata: "Hei Luth, kami tidak tertarik kepada anak perempuanmu. Kami tiada hendak dan tidak ingin terhadap perempuan. Bukankah engkau sudah tahu itu?"

Nafsu berahinya telah memuncak, nasehat tidak mampu lagi didengar telinga mereka, dan tidak pula diterima akal mereka. Mereka mendesak dan memaksa masuk. Akhirnya dalam keadaan genting itu, malaikat utusan Allah itu akhirnya menenangkan Nabi Luth dan menerangkan siapa sesungguhnya mereka. "Kami diutus untuk mengabulkan doamu dan melepaskanmu dari bahaya besar ini. Mereka tidak akan dapat mencelakakan engkau dan kami. Merekalah yang bakal dihancurkan".

Penjelasan itu menenteramkan Nabi Luth. Beliau dan para pengikutnya yang segelintir orang itu diperintahkan untuk meninggalkan kampung itu, kecuali isterinya. Sebab, isteri Nabi Luth adalah termasuk orang yang menerima azhab Allah.

Sepeninggal Nabi Luth, negeri Saduum diguncang gempa bumi sekeras-kerasnya. Rumah dan gunung luluh lantak. Kemudian bumi dibalikkan. Ratalah kampung Saduum beserta penduduknya yang durhaka itu.

Sungguh mengerikan azhab yang menimpa penduduk Saduum. Kejahatan mereka yang menganiaya, merampok, membunuh, adalah perbuatan keji dan menjatuhkan derajat kemanusiaan. Tetapi puncak dari perbuatan itu, dan itu paling keji, adalah melepaskan syahwat kepada sesama lelaki dan ke sesama perempuan. Inilah puncak kemesuman. Bahkan binatangpun tidak pernah melakukannya.

Dunia kita ini telah melakukan perbuatan yang sama. Walaupun kisah Udin di atas merupakan kasus yang tidak berhubungan langsung dengan dunia homo, gay, lesbian, gigolo, lokalisasi, dan perbuatan mesum lainnya, tetapi ia telah menjadi bahagian dari kehidupan ini. Hantu gaya baru telah muncul di dunia ini: HIV-Aids. Ia adalah azhab Allah SWT dan meneror seantero buana. Hampir mustahil akan ditemukan obatnya, karena ia merupakan penyakit kutukan dari Allah SWT yang analog dengan azhab yang menimpa kaum Saduum.

Wabah raya (pandemi) Aids kini telah melanda umat manusia. Penyakit ini hanya mungkin dilenyapkan apabila kemesuman demi kemesuman ikut pula dilenyapkan. Dunia kita memang sedang menanti sebuah kekuatan yang mampu memberantas Aids sampai ke akar-akarnya; yang menerapkan, mengayomi dan menyebarkan kebenaran Islam.

Sholat Khusu’

Isam bin Yusuf adalah seorang 'abid (ahli ibadah). Dia sangat taat dan khusu' sholatnya. Namun, ia selalu saja bertanya kepada orang yang lebih baik dalam ibadahnya, agar dapat memperbaiki ibadah sholatnya yang dirasakan kurung khusu'.

Suatu hari Isam menghadiri majelis seorang ‘abid bernama Hatim Al Isam. Isam bin Yusuf bertanya: “Wahai Aba Abdurrahman, bagaimana caramu sholat?”

Hatim menjawab: “Apabila masuk waktu sholat, aku berwudhu’ zahir dan bathin”. Isam bertanya lagi: “Apa yang disebut dengan berwudhu’ zahir dan bathin itu?”

“Wudhu’ zahir itu adalah membasuh seluruh anggota wudhu’ dengan air yang suci. Sedangkan wudhu’ bathin itu adalah membasuh anggota tubuh dengan 7 (tujuh) perkara, yaitu:

1. Bertaubat dari perbuatan dosa dan maksiat.
2.
Menyesali dosa yang telah dilakukan.
3.
Tidak tergila-gila akan kenikmatan dunia.
4.
Tidak riya (berharap pujian orang).
5.
Meninggalkan sifat membanggakan diri.
6.
Meninggalkan sifat khianat dan tipudaya.
7.
Meninggalkan sifat iri dan dengki.

Hatim terus berkata: “Aku ke masjid, menyiapkan anggota tubuhku untuk menghadap kiblat. Aku berdiri dengan kesadaran penuh. Aku bayangkan Allah ada di hadapanku, jannah ada di sebelah kananku, jahannam ada di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Kubayangkan juga bahwa aku sedang bersusah payah berdiri di atas titian Shirratul Mustaqim. Juga, kubayangkan pula bahwa sholatku itu adalah sholat yang terakhir. Lantas aku bertakbir dalam kondisi seperti itu.

Setiap bacaan dan doa dalam sholat kufahami maknanya. Aku ruku’ dan sujud dengan tawadhu’. Aku juga bertasyahud dengan penuh pengharapan. Terakhir, aku memberi salam dengan penuh ikhlas. Begitulah aku sholat selamat ini, sudah berlangsung lebih dari 30 tahun.”

Mendengar penjelasan seperti itu, menangislah Isam. Ia merasa bahwa selama ini ibadah sholatnya sama sekali tidak sebaik Hatim.

Selasa, 07 April 2009

BERBURU BATU GIOK

Siang itu, selepas Jum'atan, aku menemui seorang sobat. Namanya Dani. Dia bekerja sebagai tukang reparasi jam. Di Pasar Anyar Bogor, dia punya lapak berupa etalase alumunium. Di dalamnya dijejerkan berbagai bentuk dan merek jam.

Agak sorean, datang seorang teman lainnya. Namanya Agung. Ia bekerja sebagai perawat yang melayani orang stroke. Dia bekerja bila ada permintaan untuk merawat penderita stroke yang diberikan oleh agen pemberi kerja. Hanya kedatangannya kali ini sungguh istimewa. Tetapi jangan bayangkan kalau ia datang dengan kendaraan mewah atau baju yang bagus. Seperti biasa, teman ini sungguh-sungguh bersahaja dalam segala hal. Sederhana dalam berpakaian. Sederhana kendaraannya (bersepeda motor butut) dan bersahaja dalam berbicara.


Sore itu dia membawa cerita bahwa ada batu giok titipan seorang kiyai pesantren kepadanya hendak dibeli orang. Batu giok itu ada 2 (dua) buah, semuanya berbentuk meja kecil. Yang satu berwarna hijau, satunya lagi berwarna merah bata. Pantastis, harganya 126 milyar! Rinciannya sebagai berikut: Batu giok berwarna hijau beratnya 63 kilogram. Harga 1 kilogram adalah 800 juta rupiah. Sedangkan batu giok yang berwarna merah bata, beratnya juga 63 kilogram. Hanyasaja harganya lebih mahal, yaitu 1,2 milyar. Total jendral seluruhnya adalah 136 milyar.


Untuk Apa Batu Giok Itu?


Saya, Dani dan beberapa pelanggan Dani seperti tidak percaya. Walau transaksi baru sebatas pemberian panjar sebesar 10 juta, tetapi rasanya harga batu giok itu sungguh-sungguh tidak masuk akal.


Agung sedikit banyak akhirnya urun cerita. Awalnya dia tidak pernah tahu bahwa ada batu yang harganya
gila betul. Lewat berbagai tes yang dilakukan, berupa kekerasan batu lewat goresan logam tajam, dibakar dengan lilin selama 15 menit namun tidak terasa panas, disinari dengan senter namun sinarnya terfokus pada satu titik, dan terakhir lewat tes tabur garam. Aneh bin ajaib, garam mencair namun ketika dicicipi di lidah rasanya tawar, Agung benar-benar tidak percaya, takjub dan mulutnya berulang-ulang menyebut subhanallah.

Lewat mediator buyer, Agung akhirnya mengetahui bahwa batu giok super seperti itu akan dijual lagi ke Badan Ruang Antariksa Cina, Nasa, Jerman, Perancis dan buyer luar negeri lainnya. Batu-batu giok itu dipakai sebagai lapisan untuk mendinginkan dinding badan pesawat ruang angkasa yang selalu akan bergesekan dengan panas udara atmosfir. Selain itu juga dipakai untuk tungku bahan bakar pesawat.

Buyer Indonesia disebutkannya sebagai sebuah konsorsium perusahaan. Bayangkan, siapa pula yang punya uang ribuan milyar atau triliunan rupiah selain harus diatasi oleh sejumlah orang dalam bentuk kongsi dagang.

Jenis-Jenis Batu Giok

Terus terang saja, sejak mendengar kabar dari Agung, keingintahuan saya tentang batu giok semakin besar dan terusik. Berbagai informasi dikumpulkan. Kabar burung, lewat mulut ahli dan yang ngawur, semua ditampung. Terakhir lewat dunia maya saya akhirnya banyak tahu.

Memang untuk tahu tentang batu giok itu tidaklah gampang. Tidak semudah mengenal, misalnaya, gadis kembar Tionghoa yang bernama Giok Lie dan Giok Lan. Keduanya cantik. Yang satu bibirnya lebih mungil sedangkan yang lainnya hidungnya lebih mancung. Batu giok beneran lebih rumit. Mulai tes panas dengan dibakar, tes gores dengan benda logam tajam dan keras, tes tingkat kesejukannya adakah sesejuk AC, dan tes refraksi sinar adakah cahayanya terfokus ke satu titik. Semua tes ini sudah kukenal. Hanyasaja tes terakhir, yaitu
tes tawar garam, baru kukenal via Agung dan mediator dari buyer. Caranya adalah dengan menaburkan garam di atas permukaan giok tersebut. Garam akan lebur jadi cair. Ketika cairan garam tersebut dicicipi dengan lidah, ajaib, rasanya jadi tawar.

Kriteria yang demikian rumit menyebabkan harga batu giok menjadi fantastis. Ratusan juta per kilogramnya. Rada tidak logis, memang. Namun ada yang percaya dan memburunya kemanapun benda tersebut berada serta bisa menghabiskan kocek berapapun banyaknya. Bahkan ada geologist yang percaya kriteria tersbut.

Seorang teman ahli berkata bahwa dari segi asli tidaknya batu giok, hanya sepertiganya saja yang asli. Selebihnya adalah palsu, alias terbuat dari jenis Serpentin, leburan marmer, Dolomit, Fluorit, Alabaster, Kuarsa (dari baham silika), heavy plastik dan dari bahan resin tertentu. Masing-masing bahan tersebut dicairkan, diberi warna seperti batu giok, lalu dicetak bentuknya sesuai dengan keinginan pasar.

Seorang teman yang telah tahunan berkutat pada ranah batu giok menyebutkan bahwa hanya 2 (dua) tes yang cukup ampuh, yaitu kekerasannya dan berat jenisnya. Batu giok Nefrit (kelompok Aktinol-Amfibol) berat jenisnya 2,9-3,02 sedangkan kekerasannya 6-6,5 skala Mohs. Untuk Giok Jede-Jadeit (kelompok Piroksinat), berat jenisnya 3,30-3,36 sedangkan kekerasannya 6,5-7,0 skala Mohs. Bandingkan dengan Serpentin (BJ 2,4-2,8; kurang 5,5 Mohs), Marmer (BJ 2,7; sekitar 3,0 Mohs).

Dua parameter itu harus dilengkapi pula dengan kilapnya, transparansinya, teksturnya, tergorestidaknya, warna (lebih tua warnanya lebih bagus), indeks refraksi sinarnya, dan atau sifat kimianya (dari kandungan karbonatnya). Jika batu giok sudah bereaksi dengan Hcl, tentu saja itu bukan giok.

Ikut Berburu Juga

Berbekal pengetahuan seperti itu akhirnya saya latah ikut berburu. Via SMS saya menghubungi seorang teman yang katanya punya kenalan yang punya batu giok. Mulailah angan kami melambung. Andai terjual dan dapat komisi penjualan, wah aku ingin begini dan begitu. Begitulah kami dibuai angan-angan. Karena teman itu kerjanya siang sampai malam, pukul 20.00 Wib baru kami bergerak ke lokasi. Bertiga kami berangkat dengan sepeda motor, saya, pak Tohir dan pak Yanto.

Sesampai di tempat, kami disambut tuan rumah. Setelah dipersilahkan duduk, kami ditawari minum kopi. Kebetulan batu giok yang dimaksud memang terpampang di ruangan tamu. Batu tersebut terhampar datar di atas tatakan besi kuningan yang berukirkan naga pada tiap sudutnya. Mulailah benda tersebut menjadi obyek pengamatan. Semua uji dilakukan. Hanya uji tebar garam tidak dilakukan karena ternyata batu giok tersebut dibalut dengan "baju". Baju yang dimaksud adalah lapisan tipis yang melekat erat pada batu giok. Tentu saja uji tabur garam tidak bisa dilakukan.

Besoknya saya menghubungi Agung, teman saya itu. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya kami sepakat untuk melihat benda tersebut bersama mediator dari buyer pada waktu selepas maghrib. Kami tentukan bertemu di depan Masjid Agung Pasar Anyar Bogor. Dari masjid tersebut kami berangkat. Kami berempat, saya, pak Tohir, Agung dan Sang Mediator. Belum jauh kami beranjak, hujan turun rintik-rintik dan terus terguyur lebat. Kami semua berhenti dan berteduh di emparan toko pasar.

Sambil menunggu hujan reda, sepintas saya bercerita tentang kondisi batu giok yang akan diperiksa. Saya katakan bahwa ada goresan naga dan Dewi Kwan Im ketika disorot dengan senter besar. Juga saya sebutkan bahwa gioknya ada lapisan bajunya.

Reaksi mediator rupanya negatif. Rupanya model batu giok seperti itu sudah sering dilihatnya. Awalnya ia sudah ingin membatalkan untuk memeriksa batu tersebut. Tetapi Agung berusaha mencegahnya. "Tidak enak kita membatalkan begitu saja", katanya. "Kita sudah berjanji akan datang", katanya lagi.

Setelah menunggu satu jam, akhirnya hujan reda. Sepeda motor kami meluncur kembali ke lokasi. Sesampai di lokasi, seperti biasa kami disambut pemilik rumah. Hanya ketika ditawari minuman, kami mencegahnya. Mulailah sang mediator memeriksanya. Sebentar saja dia memeriksanya. Kepalanya digeleng-gelengkan. "Bukan", katanya pelan kepada saya. "Ini lebih cocok kalau disebut barang antik", katanya kepada pemilik batu. "Kalau kita memang mencari batu giok sesuai dengan kriteria yang disyaratkan oleh buyer", katanya lagi. Sang mediator menyebutkan sarat-sarat yang dikehendaki.

Di gerbang kompleks perumahan kami bertemu dengan pak Yanto. Saya, pak Tohir dan Pak Yanto, berpisah dengan Agung dan Mediator tersebut. Saya dengan pak Tohir digiring pak Yanto ke rumahnya yang kebetulan dekat pula dengan rumah pemilik batu giok tersebut. Di rumah pak Yanto saya bercerita kenapa batu giok tersebut tidak bisa dibeli. Saya tersenyum kecut. Pak Tohir apalagi. Beliau sudah berangan-angan ingin menghajikan istri dan mertuanya. "Belum saatnya kita punya uang banyak", kata pak Yanto, menyadarkan saya. Bahwa langkah, rezeki, pertemuan dan maut, semua sudah ada yang mengaturnya. Jadi kita tidak perlu lama-lama bermimpi.