Selasa, 07 April 2009

BERBURU BATU GIOK

Siang itu, selepas Jum'atan, aku menemui seorang sobat. Namanya Dani. Dia bekerja sebagai tukang reparasi jam. Di Pasar Anyar Bogor, dia punya lapak berupa etalase alumunium. Di dalamnya dijejerkan berbagai bentuk dan merek jam.

Agak sorean, datang seorang teman lainnya. Namanya Agung. Ia bekerja sebagai perawat yang melayani orang stroke. Dia bekerja bila ada permintaan untuk merawat penderita stroke yang diberikan oleh agen pemberi kerja. Hanya kedatangannya kali ini sungguh istimewa. Tetapi jangan bayangkan kalau ia datang dengan kendaraan mewah atau baju yang bagus. Seperti biasa, teman ini sungguh-sungguh bersahaja dalam segala hal. Sederhana dalam berpakaian. Sederhana kendaraannya (bersepeda motor butut) dan bersahaja dalam berbicara.


Sore itu dia membawa cerita bahwa ada batu giok titipan seorang kiyai pesantren kepadanya hendak dibeli orang. Batu giok itu ada 2 (dua) buah, semuanya berbentuk meja kecil. Yang satu berwarna hijau, satunya lagi berwarna merah bata. Pantastis, harganya 126 milyar! Rinciannya sebagai berikut: Batu giok berwarna hijau beratnya 63 kilogram. Harga 1 kilogram adalah 800 juta rupiah. Sedangkan batu giok yang berwarna merah bata, beratnya juga 63 kilogram. Hanyasaja harganya lebih mahal, yaitu 1,2 milyar. Total jendral seluruhnya adalah 136 milyar.


Untuk Apa Batu Giok Itu?


Saya, Dani dan beberapa pelanggan Dani seperti tidak percaya. Walau transaksi baru sebatas pemberian panjar sebesar 10 juta, tetapi rasanya harga batu giok itu sungguh-sungguh tidak masuk akal.


Agung sedikit banyak akhirnya urun cerita. Awalnya dia tidak pernah tahu bahwa ada batu yang harganya
gila betul. Lewat berbagai tes yang dilakukan, berupa kekerasan batu lewat goresan logam tajam, dibakar dengan lilin selama 15 menit namun tidak terasa panas, disinari dengan senter namun sinarnya terfokus pada satu titik, dan terakhir lewat tes tabur garam. Aneh bin ajaib, garam mencair namun ketika dicicipi di lidah rasanya tawar, Agung benar-benar tidak percaya, takjub dan mulutnya berulang-ulang menyebut subhanallah.

Lewat mediator buyer, Agung akhirnya mengetahui bahwa batu giok super seperti itu akan dijual lagi ke Badan Ruang Antariksa Cina, Nasa, Jerman, Perancis dan buyer luar negeri lainnya. Batu-batu giok itu dipakai sebagai lapisan untuk mendinginkan dinding badan pesawat ruang angkasa yang selalu akan bergesekan dengan panas udara atmosfir. Selain itu juga dipakai untuk tungku bahan bakar pesawat.

Buyer Indonesia disebutkannya sebagai sebuah konsorsium perusahaan. Bayangkan, siapa pula yang punya uang ribuan milyar atau triliunan rupiah selain harus diatasi oleh sejumlah orang dalam bentuk kongsi dagang.

Jenis-Jenis Batu Giok

Terus terang saja, sejak mendengar kabar dari Agung, keingintahuan saya tentang batu giok semakin besar dan terusik. Berbagai informasi dikumpulkan. Kabar burung, lewat mulut ahli dan yang ngawur, semua ditampung. Terakhir lewat dunia maya saya akhirnya banyak tahu.

Memang untuk tahu tentang batu giok itu tidaklah gampang. Tidak semudah mengenal, misalnaya, gadis kembar Tionghoa yang bernama Giok Lie dan Giok Lan. Keduanya cantik. Yang satu bibirnya lebih mungil sedangkan yang lainnya hidungnya lebih mancung. Batu giok beneran lebih rumit. Mulai tes panas dengan dibakar, tes gores dengan benda logam tajam dan keras, tes tingkat kesejukannya adakah sesejuk AC, dan tes refraksi sinar adakah cahayanya terfokus ke satu titik. Semua tes ini sudah kukenal. Hanyasaja tes terakhir, yaitu
tes tawar garam, baru kukenal via Agung dan mediator dari buyer. Caranya adalah dengan menaburkan garam di atas permukaan giok tersebut. Garam akan lebur jadi cair. Ketika cairan garam tersebut dicicipi dengan lidah, ajaib, rasanya jadi tawar.

Kriteria yang demikian rumit menyebabkan harga batu giok menjadi fantastis. Ratusan juta per kilogramnya. Rada tidak logis, memang. Namun ada yang percaya dan memburunya kemanapun benda tersebut berada serta bisa menghabiskan kocek berapapun banyaknya. Bahkan ada geologist yang percaya kriteria tersbut.

Seorang teman ahli berkata bahwa dari segi asli tidaknya batu giok, hanya sepertiganya saja yang asli. Selebihnya adalah palsu, alias terbuat dari jenis Serpentin, leburan marmer, Dolomit, Fluorit, Alabaster, Kuarsa (dari baham silika), heavy plastik dan dari bahan resin tertentu. Masing-masing bahan tersebut dicairkan, diberi warna seperti batu giok, lalu dicetak bentuknya sesuai dengan keinginan pasar.

Seorang teman yang telah tahunan berkutat pada ranah batu giok menyebutkan bahwa hanya 2 (dua) tes yang cukup ampuh, yaitu kekerasannya dan berat jenisnya. Batu giok Nefrit (kelompok Aktinol-Amfibol) berat jenisnya 2,9-3,02 sedangkan kekerasannya 6-6,5 skala Mohs. Untuk Giok Jede-Jadeit (kelompok Piroksinat), berat jenisnya 3,30-3,36 sedangkan kekerasannya 6,5-7,0 skala Mohs. Bandingkan dengan Serpentin (BJ 2,4-2,8; kurang 5,5 Mohs), Marmer (BJ 2,7; sekitar 3,0 Mohs).

Dua parameter itu harus dilengkapi pula dengan kilapnya, transparansinya, teksturnya, tergorestidaknya, warna (lebih tua warnanya lebih bagus), indeks refraksi sinarnya, dan atau sifat kimianya (dari kandungan karbonatnya). Jika batu giok sudah bereaksi dengan Hcl, tentu saja itu bukan giok.

Ikut Berburu Juga

Berbekal pengetahuan seperti itu akhirnya saya latah ikut berburu. Via SMS saya menghubungi seorang teman yang katanya punya kenalan yang punya batu giok. Mulailah angan kami melambung. Andai terjual dan dapat komisi penjualan, wah aku ingin begini dan begitu. Begitulah kami dibuai angan-angan. Karena teman itu kerjanya siang sampai malam, pukul 20.00 Wib baru kami bergerak ke lokasi. Bertiga kami berangkat dengan sepeda motor, saya, pak Tohir dan pak Yanto.

Sesampai di tempat, kami disambut tuan rumah. Setelah dipersilahkan duduk, kami ditawari minum kopi. Kebetulan batu giok yang dimaksud memang terpampang di ruangan tamu. Batu tersebut terhampar datar di atas tatakan besi kuningan yang berukirkan naga pada tiap sudutnya. Mulailah benda tersebut menjadi obyek pengamatan. Semua uji dilakukan. Hanya uji tebar garam tidak dilakukan karena ternyata batu giok tersebut dibalut dengan "baju". Baju yang dimaksud adalah lapisan tipis yang melekat erat pada batu giok. Tentu saja uji tabur garam tidak bisa dilakukan.

Besoknya saya menghubungi Agung, teman saya itu. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya kami sepakat untuk melihat benda tersebut bersama mediator dari buyer pada waktu selepas maghrib. Kami tentukan bertemu di depan Masjid Agung Pasar Anyar Bogor. Dari masjid tersebut kami berangkat. Kami berempat, saya, pak Tohir, Agung dan Sang Mediator. Belum jauh kami beranjak, hujan turun rintik-rintik dan terus terguyur lebat. Kami semua berhenti dan berteduh di emparan toko pasar.

Sambil menunggu hujan reda, sepintas saya bercerita tentang kondisi batu giok yang akan diperiksa. Saya katakan bahwa ada goresan naga dan Dewi Kwan Im ketika disorot dengan senter besar. Juga saya sebutkan bahwa gioknya ada lapisan bajunya.

Reaksi mediator rupanya negatif. Rupanya model batu giok seperti itu sudah sering dilihatnya. Awalnya ia sudah ingin membatalkan untuk memeriksa batu tersebut. Tetapi Agung berusaha mencegahnya. "Tidak enak kita membatalkan begitu saja", katanya. "Kita sudah berjanji akan datang", katanya lagi.

Setelah menunggu satu jam, akhirnya hujan reda. Sepeda motor kami meluncur kembali ke lokasi. Sesampai di lokasi, seperti biasa kami disambut pemilik rumah. Hanya ketika ditawari minuman, kami mencegahnya. Mulailah sang mediator memeriksanya. Sebentar saja dia memeriksanya. Kepalanya digeleng-gelengkan. "Bukan", katanya pelan kepada saya. "Ini lebih cocok kalau disebut barang antik", katanya kepada pemilik batu. "Kalau kita memang mencari batu giok sesuai dengan kriteria yang disyaratkan oleh buyer", katanya lagi. Sang mediator menyebutkan sarat-sarat yang dikehendaki.

Di gerbang kompleks perumahan kami bertemu dengan pak Yanto. Saya, pak Tohir dan Pak Yanto, berpisah dengan Agung dan Mediator tersebut. Saya dengan pak Tohir digiring pak Yanto ke rumahnya yang kebetulan dekat pula dengan rumah pemilik batu giok tersebut. Di rumah pak Yanto saya bercerita kenapa batu giok tersebut tidak bisa dibeli. Saya tersenyum kecut. Pak Tohir apalagi. Beliau sudah berangan-angan ingin menghajikan istri dan mertuanya. "Belum saatnya kita punya uang banyak", kata pak Yanto, menyadarkan saya. Bahwa langkah, rezeki, pertemuan dan maut, semua sudah ada yang mengaturnya. Jadi kita tidak perlu lama-lama bermimpi.

8 komentar:

  1. pada saat ini saya mempunyai seorang kawan bernama Joedy pensiunan BUMN di bandung, dgn penuh keyakinan dia bisa menjual batugiok ke Nasa. sudah tidak terhitung teman saya ini mengeluarkan uang utk operasional ke cirebon (konon katanya hrs ada surat Sah dari Kesultanan Cirebon krn barang dari cirebon)dan ke Jakarta(Nasa). melihat kondisinya yang seperti kebingungan dan penuh harapan menunggu pembelian dari Nasa ini saya merasa kasihan melihat kondisi kawan ini. Bila benar dan ada yang mengetahui kebenarannya ataupun itu hanyalah sebuah impian belaka, mohon dengan hormat kepada rekan2 di Tanah Air untuk informasinya E-mail ke : denirangga22@yahoo.co.id Demikian dan terima kasih atas bantuannya. Deni Rangga - Bandung.-

    BalasHapus
  2. Sampai saat ini, tidak ada satu buktipun yang menunjukkan adanya transaksi batu giok dengan pihak NASA. Jadi, sebaiknya kalau mau terjun ke masalah ini, lebih baik waspada dan hati-hati. Jangan terburu-buru percaya. Lihat, tunggu dan berfikir dengan jernih.

    BalasHapus
  3. saya ada teman yg punya giok/jade. 73 Kg. sudah dilakukan tes dan itu asli jade. dijual dg harga 800jt per Kg. posisi di Jawa Timur. tidak ada gambar. warna hijau sprite. SMS ke 08563008086

    BalasHapus
  4. kalo giok tu mah biasa, ini ni yang luar biasa "http://gemborneo.co.nr" kalo berani kita kasih harga 9 milyar...brani gak

    BalasHapus
  5. saya juga punya batu giok peninggalan dinasty ming! jika tertarik silahkan kunjungi blog saya http://asuindo.blogspot.com

    BalasHapus
  6. Rustam: saya memiliki banyak sekali batu giok nefrit yang saya mau jualkan..kira2 sodara ada yang tertarik atau berminat hubungi k 081362744915 atau email k fitriana_04@yahoo.co.id.thx

    BalasHapus
  7. ni yg dibicarain giok pa marmer siy??

    BalasHapus
  8. Bisnis benda seperti ini (khususnya yang berbau gaib seperti anti tembak, anti cukur, MD dll) kadang banyak kendalanya. Saat inipun saya mencari orang yang benar-benar sebagai buyer untuk batu giok atau setidaknya seorang mediator yang betul-betul memiliki seorang buyer dengan transaksi fair (lihat, uji, bayar)tanpa harus melalui proses transaksi yang berbelit.

    BalasHapus