Senin, 21 Desember 2009

Umar ibnu Al Khaththab Ra.

Ronda Malam Hari, Berebut Amal Kebajikan




Abu Nu'aim mendapatkan cerita ini dari Shahabat Al-Auza'y tentang perilaku Umar bin Al-Khaththab Ra. Diceritakan bahwa Umar Ra punya kebiasaan keluar rumah untuk ronda malam. Beliau berjalan di kegelapan malam. Sebelum dan sesudah menjadi Khalifahpun, kebiasaan tersebut terus dilakukannya.

Suatu malam secara kebetulan, Shahabat Thalhah bin Ubaidillah Ra melihat Umar Ra yang selalu didampingi seorang pengawalnya, menghampiri rumah demi rumah untuk melihat keadaan penghuninya. Namun ada sebuah rumah yang sengaja dimasuki Umar Ra. Dia lama di dalam sana. Keesokan harinya Thalhah mengunjungi rumah tersebut, yang ternyata dihuni seorang perempuan tua yang tidak mampu berjalan. Ia lumpuh karena penyakit yang dideritanya.

"Ada urusan apa semalam laki-laki itu mendatangi rumahmu?" tanya Thalhah Ra kepada perempuan itu. Perempuan tua itu menjawab,

"Sudah lama dia berbuat seperti itu. Dia selalu mengunjungiku dan memenuhi semua keperluanku. Bahkan ia selalu berusaha menghibur segala kesedihanku”.

Lalu Thalhah Ra berkata pada dirinya dengan menggumam:

“Malang betul engkau wahai Thalhah, karena selalu saja kalah satu langkah dengan Umar”.

Era para Shahabat, mereka selalu berlomba-lomba menebarkan kebaikan kepada orang lain. Itu sebabnya, Thalhah Ra merasa betapa malang dirinya, karena Umar Ra telah mendahuluinya mengambil sebuah kebaikan melalui diri perempuan tersebut.

Dalam salah satu cerita tentang ronda malam ini, suatu malam Umar Ra mendapatkan sebuah rumah yang dari dalam sana terdengar suara anak yang menangis. Sementara di dalam rumah itu seorang ibu sedang memasak sesuatu. Umar Ra terkejut ketika ibu itu menyebutkan bahwa di dalam periuknya ada "batu" yang sedang dimasaknya. Ia berharap, anaknya bisa berhenti menangis, dan batu itu bisa menjadi makanan yang bisa dimakan.

Tidak harus menunggu, Umar Ra segera pulang. Dengan bahunya sendiri, sekarung gandum dipikulnya. Pembantunya menawarkan diri untuk memikul karung tersebut. Tetapi Umar Ra menyergahnya: "Apakah engkau mau juga memikul dosa-dosaku?".

Bukan main. Sebuah amanah yang berada di pundak seorang pemimpin yang berjalan alami, membuat kesejahteraan, sekaligus ia akan dicintai oleh rakyatnya. Bukan main-main pula bahwa amanah yang dijalankan dengan penuh ketaqwaan, akan melahirkan pemimpin besar, yang akan dikenang sepanjang masa. Umar ibnu Al Kaththab Ra adalah sosok pemimpin telah ditulis kisahnya dengan tinta emas sepanjang sejarah umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar