Senin, 09 November 2009

Berusaha Menggapai Harapan

(Buat Dua “Anak Perempuanku” yang Dirundung Malang)




Sore itu dia berada di kota tua untuk menyongsong asa
Dia berharap ada impian yang mau singgah pada senyuman
Ada burung yang membangunkan sarang di pucuk flamboyan
Fikirnya, itulah tempat menanti dan berteduh
Di atas sana indah dengan pendar bias cakrawala dalam lukisan senja

Ternyata tidak ada elang yang menghampirinya
Dia sendirian menanti dan terus menanti
Lamunannya terbang dalam kecewa dan sedu sedan

Tadinya ia berharap ada elang yang datang
Yang bermata tajam dan kaki bercakarkan untuk mencengkeram
Ternyata yang ditemukannya adalah pipit kecil
Yang mencicit dan terbang ke semak ilalang lalu menghilang
ya Allah, Ia hanya seekor pipit yang suka mencuri padi petani

Saat itu dia hanya termangu dan tak mampu bertanya
Yang seharusnya ia mencecarnya dan memburu jawaban
Mengapa kau seekor pipit, bukan elang yang tangguh dan perkasa?

Dari semak ilalang dia masih mendengar cicit pipit itu
Tetapi jiwanya telah tenggelam lalu hilang tersapu ombak
Dia rasakan langit di atas sana menjadi mendung tak berujung
Kasihan dia, hatinya kini telah patah arang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar