Jumat, 06 Agustus 2010

Harta




Hadits ini dikumpulkan oleh Imam Al Bukhari pada bab “Sebaik-baik harta adalah yang berada di tangan orang shaleh”.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ يَقُولُ بَعَثَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى ». فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَصَعَّدَ فِىَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ « إِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ وَأَرْغَبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّى أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى الإِسْلاَمِ وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَقَالَ « يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ »

Telah menceritakan kepada kami, Abdurrahman; telah menceritakan kepada kami, Musa bin Ali dari Bapaknya yang ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash berkata:

"Rasulullah Saw mengutus seseorang kepadaku agar mengatakan, "Bawalah pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku (aku di sini adalah Nabi Saw).

"Akupun menemui beliau, sementara beliau sedang berwudlu. Ketika itu beliau memandangiku dengan serius dan mengangguk-anggukkan (kepalanya). Beliau lalu bersabda:

“Aku ingin mengutusmu berperang bersama sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkan, memberikanmu ghanimah dan aku berharap engkau mendapat harta yang baik".

Namun aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidaklah memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta. Saya memeluk Islam karena kecintaanku terhadap Islam dan berharap bisa selalu bersama Rasulullah Saw”. Maka beliau bersabda:

"Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih" (HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)


Kandungan Hadits

1. Orang Shaleh


Mereka ini adalah orang-orang yang memperhatikan dan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia.

2. Harta yang Baik

Harta yang baik adalah harta yang dimanfaatkan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta cerdas mengelolanya. Hanya hamba shalehlah yang mengerti kedua maslahat ini.

Berzakat, gemar berinfak, dan pandai memilih tempat yang baik untuk menyalurkan harta tersebut. Sungguh tidak tepat jika harta tersebut disalurkan pada pengemis jalanan yang kesehariannya meninggalkan shalat. Yang ini tentu saja jauh dari kesholihan.

3. Penggunaan Harta

Harta digunakan di jalan kebaikan. Melupakan kewajiban menyebabkan harta jadi hilang barokah dan kebaikan di dalamnya. Nabi Saw bersabda,

أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokahnya. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88).

Sudah sepantasnya harta disalurkan kepada hal-hal yang wajib, misalnya menafkahi keluarga, menunaikan zakat jika telah mencapai nishabnya. Setelah itu barulah disalurkan pada hal-hal lain yang bermanfaat.

4. Peruntukkan Penggunaan Harta

Dibolehkan seseorang mengumpulkan harta yang kemudian digunakan untuk menunaikan kewajiban yang dibebankan pada dirinya. Beban yang dimaksud adalah, misalnya, menafkahi keluarga, berzakat, membayar hutang, dan lain-lain. Selain itu, ia juga menunaikan hal-hal yang tidak wajib, misalnya bersedekah, membantu kesusahan orang lain, dan lain-lain.

5. Boleh Kaya Asal …..

Tidak ada larangan seseorang itu kaya, asalkan bertakwa dan memiliki sifat qana’ah (menerima apa yang diberikan Allah SWT). Nabi Saw bersabda:

لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ

“Tidak apa-apa kaya bagi orang yang bertakwa. Badan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Ketahuilah bahwa rasa bahagia itu adalag bagian dari kenikmatan hidup” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kata Al Baihaqi, “Tidak mengapa seseorang itu kaya, asalkan ia bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla dan ia menyalurkan hak tadi serta menempatkannya pada tempat yang benar”.

Kaya harta tidaklah tercela. Namun yang tercela adalah tidak pernah merasa cukup dan puas dengan apa yang Allah SWT beri. Padahal sungguh beruntung orang yang punya sifat qona’ah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah Saw bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh beruntung orang masuk Islam; diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya” (HR. Muslim no. 1054).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar