Jumat, 06 Agustus 2010

Surat untuk Anakku

Penggalan surat Asy Syahid Ibnul Khatab
(mujahidin Afghanistan & checnya)
kepada anaknya yang berumur 3 tahun.




Dahulu harta dan dunia telah menyibukkanku, profesiku dan gajiku. Tetapi aku tetap yakin bahwa pahala di sisi Allah jauh lebih baik dari semua itu.

Selain itu, sejauh mana seseorang bertekad dalam tujuan hidupnya, sejauh itu pula ia diberi rezeki dan taufik. Permasalahan hidup tidak pernah habis: pekerjaan, kendaraan, istri, anak dan tempat tinggal.

Kematian adalah seni yang bisa diatur, dan kapan kematian itu terjadi. Hanya saja ilmunya ada di sisi Allah. Kejarlah kematian, niscaya engkau akan meraih kehidupan. Yakin dan berbaiksangkalah kepada Allah.

Engkau akan mati sendirian, tinggal di kuburan sendirian, dan dibangkitkan sendirian. Sementara jalan tempuh begitu panjang, bekal sedikit. Berbekallah dengan taqwa dan jihad di jalan Allah. Jihad adalah kemuliaan dunia dan akhirat.

Anakku
Engkau masih kecil. Telah kurintis jalan buatmu dan manusia-manusia seusiamu. Kami siapkan dan berikan pelajaran kepada kalian tentang apa yang tidak diberikan kakek-kakek kalian kepada kami. Tinggallah harapan umat ini ditumpahkan kepada generasi kalian. Ketika kami tua, harapan kami hanya kepada Allah, setelah itu kepada kalian.

Alhamdulillah, engkau dilahirkan di bumi peperangan. Desa Ibumu dihancurkan. Mereka membela agama dan kehormatannya sampai titik darah penghabisan. Sebagian dari mereka keluar berperang bersama ayahmu untuk melancarkan pembalasan, dan sebagian lagi harus mengenyam pahitnya penjara dan mati terkubur di bawah tanah. Mereka adalah syuhada, Insya Allah. Saat itu, kau masih dalam perut ibumu. Pesawat-pesawat tempur membumihanguskan bumi dan manusia yang ada di atasnya. Pujilah Allah, karena engkau sudah mendengar suara peluru dan rudal ketika engkau masih di perut ibumu. Kaupun ikut bersama Ibumu yang berlari dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.

Aku tidak tahu apakah kita nanti bisa bersama-sama dalam medan pertempuran. Mimpiku adalah engkau menjadi komandanku dan aku menjadi prajuritmu, yang tugasnya memberi minum pasukan lain yang haus serta mengobati yang terluka. Sebab pada saat itu aku pasti sudah tua dan lemah. Atau engkau bisa jadi sendirian, karena aku terkubur di bawah tanah .

Inilah nasehat seorang prajurit untuk komandannya. “Jadilah sedekah jariyah bagi ayahmu, dan anak sholeh yang mendoakanku, wahai anakku. Sebab tidak ada lagi setelah kematian seorang hamba selain itu. Itulah yang telah disabdakan manusia pilihan, Muhammada SAW.

Aku memohon kepada Allah agar senantiasa menjagamu, sampai tiba saatnya engkau menjadi orang yang berkhidmat buat agama ini di manapun engkau berada, memberi anugerah agungNya kepadamu, tidak memberi kesempatan kepada musuh-musuh Allah untuk menangkapmu, tidak melebihkan keutamaan dan pemberianNya kepada orang lain di atas yang diberikan olehNya kepadamu, serta memberi rezeki berupa kesyahidan di jalanNya. Sehingga engkau bisa memberi syafaat buat ayahmu, ibumu, dan orang-orang beriman. Semoga Allah membekalimu dengan ilmu dan kekuatan untuk menghadapi orang-orang kafir. Allahu Akbar!

“Seseungguhnya sejarah Islam tidak akan menggoreskan tintanya kecuali untuk para lelaki yang jujur kepada Allah dan kepada siapa saja yang menyertainya, mempraktekkan kata-katanya, dan maju dibarisan depan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar