Minggu, 02 Mei 2010

Tokek Vs Kadal Mesir

(Intermezoo di Terik Siang yang Panas)



Tadinya segan menuliskan catatan ini. Takut dikira menghina KPK, atau ngikuti tren zamannya orang mempersonifikasikan perilaku segala sesuatu dengan binatang melata. Takut membangkitkan memori tentang Cicak Vs Buaya. Tetapi sumpah mati, kali ini tidak ada hubungan dengan KPK, apalagi dengan Pak Susno Duadji. Ini murni guyonan, tanpa tendensi apapun, tanpa ada maksud politis apapupun.

Kali ini saya ingin ngomong tentang binatang melata, yaitu Tokek dan Kadal Mesir. Beda Kadal Mesir dengan Tokek Ini pun hanya sebentuk nostalgia saja ketika dulu pergi ke Haji di Makkah Al Mukarramah. Lagi pula, ini juga mengutip pembicaraan suami istri: Bapak Aditiya Putra (sang suami) dan Ajeng Kamaratih (sang istri). Supaya jangan sampai disebut menggunjing, saya sudah minta izin terlebih dahulu ke yang empunya cerita. Dan diizinkan pula. Alhamdulillah.

Ada sejenis kadal yang mirip tokek yang disebut orang Kadal Mesir. Jama’ah haji suka membelinya dalam bentuk kering. Khasiatnya dipercaya sebagai (buat) obat kuat bagi kaum bapak. Ada suami istri yang lagi berhaji sedang beradu argumen tentang perbedaan antara Kadal Mesir tadi dengan Tokek.

Ajeng Kamaratih: Mas Adit, Kadal Mesir itu berbeda, lho, suaranya dengan Tokek.

Aditiya Putra: Kalau Tokek suaranya seperti apa?

Ajeng Kamaratih: Caa...caa....caa.

Saya kok merasa aneh dengan suara Tokek seperti itu? Ah, bu Ajeng rasanya kok mengada-ngada. Suara Tokek itu setahu saya seperti ini: Too kek, too kek. Suara itu diulang beberapa kali. Tetapi, ah, biarlah. Itu maunya beliau. Ikuti saja.

Aditiya Putra: Kalau Kadal Mesir suaranya seperti apa?

Ajeng Kamaratih: Caaaa ... ca… ca … ppeekkkk.....deh.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar