Selasa, 04 Mei 2010

Air

Sepenggal Kecil Kisah Khalifah Harun Al Rasyid



Water Cannon itu disemprotkan untuk mengusir demontran. Membubarkan unjuk rasa. Air semprotan itu memang lebih ramah ketimbang peluru karet, apalagi timah panas. Namun tendangan semprotan Water Cannon itu lumayan kerasnya, bisa menjungkalkan tubuh yang kekar sekalipun.

Air memang ramah bagi manusia. Untuk minum, mandi, masak, cuci, kakus, dan 1001 keperluan lainnya. Kehidupan tanpa air adalah mustahil berlangsung. Ada orang yang berteriak dan mengeluh karena tidak bisa mandi. Di tempatnya begitu sulit mendapatkan air. Sementara di tempat lain, air tidak pernah berhenti mengucur.

Hawa panas dari gurun berhembus ke perkampungan. Matahari menampakkan taringnya, terik menyengat apa saja yang disorotnya. Di pusat pemerintahan, Khalifah Harun Al-Rasyid mengundang seorang ulama bernama Ibnu Samak. Beliau punya kebiasaan mengundang seorang alim untuk menasehatinya. Kemudian Khalifah meminta pelayannya untuk menyajikan minuman segar untuk Ibnu Samak.

Sebelum meminum, Ibnu Samak bertanya:

“Jika seteguk air minum sulit diperoleh dan susah mencarinya, sementara haus sudah sangat mendesak, berapa seteguk air ini mau dihargai?''

"Kukira, setengah kekayaanku akan kupakai untuk membelinya," ujar Khalifah Harun Al-Rasyid.

"Minumlah seteguk, yang bisa jadi harganya lebih mahal daripada setengah kekayaanmu”, kata Ibnu Samak.

Setelah Khalifah minum, Ibnu Samak melanjutkan nasehatnya:

"Jika air yang diminum tadi tidak mau keluar dari tubuhmy, meski sudah diupayakan dikeluarkan, berapakah mau membayarnya agar air itu keluar?"

"Kurasa, apalah gunanya kemegahan dan kekayaanku ini. Biarlah seluruh kekayaanku dipakai untuk mengobati diriku, sehingga air itu bisa keluar", jawab Khalifah.

“Tidakkah ada kesadaran bahwa betapa kecil dan lemahnya kita ini. Tibalah saatnya kita tunduk dan patuh serta bersyukur kepadaNya dan menyadari kelemahan diri kita", kata Ibnu Samak.

Hari itu Khalifah Harun Al Rasyid mendapatkan nasehat yang sederhana tetapi penuh makna. Nasehat itu membuat Khalifah menangis tersedu-sedu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar