Selasa, 04 Mei 2010

Tanpa Judul (3)

Orang mengatakan:

“Ini politik, bung, jangan dicampuradukan dengan agama. Agama adalah suci sedangkan politik itu kotor, penuh dengan intrik dan kepentingan”.

Statement ini sepintas bernada bijak, tetapi sesungguhnya buruk dan beracun. Buruk dan beracun karena memisahkan ranah politik dan ranah agama. Inilah sekularisme yang dicekoki ke wilayah pemikiran.

Agama dan kehidupan tak bisa dipisah-pisahkan seperti itu. Orang yang memisahkan tubuh dengan roh, ya mati. Beracun, karena pernyataan ini menjustifikasi bahwa berpolitik itu boleh bohong, boleh curang, boleh khianat, boleh korupsi, bahkan ujung-ujungnya bunuh-bunuhan. Jelas bohong, curang, khianat, korupsi dan bunuh-bunuhan adalah dosa besar dalam arena apapun. Kalau ini terus terjadi dan mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara, maka tunggulah kehancuran itu.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (QS.Al-Ahzab: 70).

Perintah bertakwa itu wajib dilakukan di mana dan kapan saja. Bertakwalah, kata Nabi Saw, dilakukan di mana (dan kapan) saja kamu berada. Di masjid, pasar, kantor, laut, darat, maupun di udara. Siapa saja, rakyat, pejabat, pengurus parpol, ormas, dan sebagainya. Semua harus takwa, karena tak ada yang bisa sembunyi dari penglihatan dan pantauan Allah SWT.

Berkata benar tentu bukan saja ketika shalat. Bukan saja ketika berkhotbah hari jum’at atau berceramah agama. Berkata benar harus diucapkan di mana saja, saat kampanye politik. Jangan katakan bahwa “Ini adalah kampanye politik, bukan ceramah agama,” lalu boleh bicara tanpa etika, penuh hujatan, caci maki, kebohongan dan kata-kata kotor. Kalau itu dilakukan, orang tersebut telah benar-benar mendapatkan bisikan syetan.

Agama adalah aturan hidup untuk manusia. Salah satu aturan itu adalah soal politik. Maka siapa saja yang berpolitik lepas dari agama, ia pasti celaka. Sama dengan orang dagang yang lepas dari agama. Sama dengan orang yang berumah tangga tapi tak mau diatur agama. Ia pasti tersesat dan banyak melakukan dosa.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam agama Islam secara kaffah. Janganlah kamu turuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh nyata bagimu” ( QS Al-Baqarah: 208).

Beragama haruslah totalitas. Tak boleh pilih-pilih, sesuai dengan selera. Allah yang mengatur kita, jangan sekali-kali kita yang mengatur Allah.

“Katakanlah: Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (QS Al Baqarah: 140).

Ungkapan “ini urusan politik, bukan urusan agama” ada ungkapan salah kaprah. Jangan sampai kita terjebak dan terjerumus. Mari kita lihat semua dengan kacamata agama. Mari kita semua berlaku sesuai ajaran agama dalam wilayah apapun: wilayah bisnis, politi, bahkan pada wilayah hubungan biologis. Karena semua wilayah akan dimintai pertanggungjawaban.

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS Al Mudattsir: 38).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar