Selasa, 04 Mei 2010

Sampah

Hari itu saya naik taksi ke ke Bandara. Taksi melaju di jalurnya. Namun tiba-tiba sebuah sedan hitam nyelonong begitu saja, seperti melompat dari tempat parkir, tepat di depan kami.

Supir taksi terkejut, tetapi masih sempat menginjak pedal rem dalam-dalam. Ban mobil taksi menjerit mencicit, lalu berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut. Cukup aneh, memang, pengemudi mobil sedan hitam tersebut justru mengeluarkan kepalanya dan memaki ke arah kami.

Supir taksi saya lihat hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada orang tersebut. Saya, tentu saja, heran dengan sikapnya yang justru bersahabat.

"Mengapa Bapak seperti itu? Orang itu hampir saja merusak taksi ini dan dapat mengirim kita ke rumah sakit!"

Supir taksi itu kembali saya lihat tersenyum. Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah yang berkeliling membawa sampah. Mereka itu sedang frustrasi, marah, kecewa, dan dengan membawa perasaan lainnya. Semakin penuh truk itu, semakin mereka butuh tempat untuk membuangnya. Baru saja pengemudi sedang hitam membuangnya kepada kita.

Tetapi jangan diambil hati. Lebih baik tersenyum saja. Lambaikan tangan dan doakan dia. Lalu kita bisa melanjutkan hidup kita, lebih baik lagi. Yang terpenting, jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain di kantor, rumah atau dalam perjalanan seperti sekarang ini.

Biarkan truk sampah mengambil alih hari-hari mereka. Hidup ini terlalu singkat untuk memulainya dengan penyesalan. Doakan bagi orang yang memperlakukan kita dengan benar, doakan juga bagi yang tidak. Hidup itu adalah 10% mengenai apa yang kita buat dan 90% lagi adalah bagaimana kita menyikapinya.

“You choose to be happy or grumpy. It’s just to be matter of choice”.

Hidup bukan menunggu badai berlalu, tetapi bagaimana memanfaatkannya dalam hujan badai tersebut. Nikmati hidup yang penuh rahmat Allah SWT dan bebaskan diri dari "sampah" kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar