Rabu, 21 Juli 2010

Ujub

"Orang jahat melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya. Dengan santai ia dapat mengusirnya dengan sekibasan tangannya. Namun bagi seorang mukmin ketika melihat dosa-dosanya, itu bagaikan ia duduk di kaki gunung (berapi) yang siap menimpa dirinya" (HR. Bukhari).



Orang yang berpenyakit ujub memandang remeh dosa-dosanya, bagai angin lalu. Bisyr Al-Hafidz mendefenisikan ujub sebagai berikut:

"Orang yang menganggap hanya amalannya saja yang banyak dan memandang remeh amalan orang lain".

Gejala dominan yang tampak pada orang yang berpenyakit ujub adalah sikap suka melanggar hak dan menyepelekan orang lain. Sufyan Ats Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub:

"Ujub terhadap diri sendiri adalah seolah-olah dirinya paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak beramal sebagus amal saudaranya itu, dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara' dalam menjaga perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!".

Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:

"Iblis melumpuhkan bani Adam dengan salah satu dari tiga perkara ini: (1) Ujub terhadap diri sendiri, (2) menganggap amalnya sudah banyak, dan (3) lupa terhadap dosa-dosanya. Lalu iblis berkata: “Aku tidak akan mencari cara lain".

Tiga perkara di atas adalah sumber kebinasaan. Berapa banyak lentera yang padam karena tiupan angin? Berapa banyak ibadah yang rusak karena penyakit ujub? Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan ada seorang lelaki berkata:

"Allah tidak akan mengampuni si Fulan!”

Allah Subhanahu wa Ta'ala lalu berkata:

"Siapa yang begitu lancang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak mengampuni si Fulan?! Sungguh, Aku telah mengampuninya dan menghapus amalanmu!" (HR. Muslim).

Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah memberikan lima resep untuk mengobati sifat ujub:

1. Carilah ridho Allah SWT dalam beramal, dan tidak akan mendapatkan ridho Allah apabila ujub terhadap amalnya.

2. Beramallah untuk mengharapkan pahala Allah, dan tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT bila ujub terhadap amalnya.

3. Berharaplah pada keselamatan dari hukuman Allah, dan tidak akan selamat dari hukuman Allah apabila ujub terhadap amalnya.

4. Semua amal dibandingkan dengan nikmat yang diberikan Allah SWT tentu masih lebih banyak nikmat Allah SWT. Itulah yang harus disyukuri, walau kita tidak akan mampu mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan sebenarnya. Lalu apa yang kita banggakan dari amal kita ?.

5. Banyak bencana yang menimpa kita lalu diselamatkan Allah SWT, padahal amal kita tidak seberapa dibanding dengan bencana-bencana itu. Lalu apa yang kita banggakan dari amal kita ?

Apabila khawatir ujub terhadap amalanmu, maka perhatikanlah tentang ridho siapa yang kamu cari? Pahala siapa yang kamu harapkan? Hukuman siapa yang kamu takutkan? Kesehatan dan nikmat mana yang kamu syukuri? Lalu bencana apa yang kamu ingat?

Sesungguhnya bila terfikirkan tentang salah satu dari beberapa perkara di atas, pasti semua menjadi kecil di matamu tentang amalanmu. Ingatlah, amal shalih itu ibarat sinar dan cahaya yang terkadang padam bila dihembus angin ujub!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar