Selasa, 20 Juli 2010

Lebih Jauh Tentang Aspirin

Pengantar

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal), atau acetaminophen (non steroidal) adalah turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor /ringan), antipiretik (obat demam), dan anti-inflamasi (obat peradangan). Aspirin memiliki efek antikoagulan (pengencar darah /anti beku darah) dan dapat digunakan dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung (dengan dosis rendah).

Popularitas aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman, replika tablet aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, Land der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").

Sejarah penemuan

Popularitas aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang mengekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini.

Senyawa alami dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat telah ada sejak awal mula peradaban manusia. Di mulai pada peradaban Mesir kuno, bangsa tersebut telah menggunakan suatu senyawa yang berasal dari daun willow untuk menekan rasa sakit. Pada era yang sama, bangsa Sumeria juga telah menggunakan senyawa yang serupa untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Hal ini tercatat dalam ukiran-ukiran pada bebatuan di daerah tersebut. Barulah tahun 400 SM, filsafat Hippocrates menggunakannya sebagai tanaman obat yang kemudian segera tersebar luas.

Penggunaannya Sekarang

Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin. Tahun 1763, ia berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut.

Tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fontana, melakukan uji coba terhadap penggunaan senyawa dari daun willow yang diambil zat berkhasiatnya sebagai agen medis. Dua tahun berselang, tahun 1828, seorang ahli farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki aktivitas antipiretik yang mampu mengatasi demam.

Penelitian senyawa ini berlanjut hingga tahun 1830 ketika seorang ilmuwan Perancis bernama Leroux berhasil mengkristalkan salicin. Prestasi farmasi ini dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck tahun 1833. Ia berhasil mendapatkan kristal senyawa salicin dalam bentuk sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3.

Perusahaan Pembuat

Bayer meupakan perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin (asam asetilsalisilat). Ide untuk memodifikasi senyawa asam salisilat dilatarbelakangi oleh banyaknya efek negatif dari senyawa ini. Namun Bayerlah yang mampu memproduksinya sehingga lebih aman untuk dikonsumsi.

Tahun 1945, Arthur Eichengrun dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Tahun 1897, Felix Hoffman berhasil menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan nama aspirin. Konon kabarnya bahwa Aspirin merupakan akronim dari:

A: Gugus asetil pada aspirin.
Spir: Nama bunga penghasil aspirin dalam bahasa latin.
Spiraea(in): Tambahan suku kata yang digunakan untuk zat tersebut.
In: Akhiran yang dipakai untuk zat pada masa tersebut.


Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia yang mampu memicu kemajuan industri farmateutikal. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai merek dagang pada 6 Maret 1899. Felix Hoffmann bukanlah orang pertama yang berusaha untuk menciptakan senyawa aspirin ini.

Sebelumnya pada tahun 1853, seorang ilmuwan Perancis bernama Frederick Gerhardt mencoba menciptakan senyawa baru berupa gabungan asetil klorida dan sodium salisilat.

Bayer kehilangan hak merek dagang setelah pasukan sekutu merampas dan menjual aset luar perusahaan tersebut setelah Perang Dunia Pertama. Di Amerika Serikat (AS), hak penggunaan nama aspirin telah dibeli oleh AS melalui Sterling Drug Inc., pada 1918.

Walaupun masa patennya belum berakhir, Bayer tidak berhasil menghalangi saingannya meniru rumus kimia dan menggunakan nama aspirin. Akibatnya, Sterling gagal menghalangi "Aspirin" digunakan sebagai kata generik. Di negara lain seperti Kanada, "Aspirin" masih dianggap merek dagang yang dilindungi.

Kerja Aspirin di Dalam Tubuh

Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik apabila aspirin mengasetil enzim tersebut.

Prostaglandins ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek ganda di dalam tubuh, termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan termostat pada hipotalamus.

Tromboksan bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet darah. Pada kasus serangan jantung yang disebabkan oleh penggumpalan darah, rangsangan sakit nyeri pada dada dikirim menuju ke otak. Oleh itu, pengurangan gumpalan darah dan hilangnya rangsangan sakit yang disebabkan mengkonsumsi aspirin pada kadar rendah dianggap baik bagi pengobatan penyakit jantung koroner dan penyumbatan /pengerasan pembuluh darah.

Namun, efek lambatnya darah membeku menyebabkan pendarahan bisa berlebihan. Oleh itu, mereka yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan, tidak diperbolehkan mengkonsumsi aspirin.

Penutup

Sekitar ahun 1990-an, ada seorang teman yang punya ide ingin membuat aspirin dalam bentuk injeksi /suntikan. Ide ini diajukan ke sebuah perusahaan farmasi dan disetujui.

Namun ide terbentur birokrasi pemerintah Cq Departemen Kesehatan dengan berbagai alasan yang tidak jelas. Waktu itu disyaratkan harus menyediakan dana hingga ratusan juta rupiah dengan rentang penelitian yang bertahun-tahun. Padahal, di Inggris dan Amerika Serikat, aspirin injeksi bukan barang asing. Preparat injeksi ini telah banyak menolong penderita penyakit jantung koroner dan problem pada pembuluh darah (sumbatan dan pengerasan) dari kematian yang mengenaskan.

Saat ini kita sedang menunggu Departemen Kesehatan mau memproduksinya lewat BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Halo Kalbe Farma, apa kabarnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar