Rabu, 21 Juli 2010

Berbuat Baik, Jangan Maksiat

“Mas Eko itu baru sejam berlalu ngobrol denganku, kok!” Ujarku menjelaskan kepada salah seorang kerabat dekat almarhum. Waktu itu kita ngobrol ngalor ngidul, namun semuanya mirip omelan. Masalah TDL, harga-harga bahan makanan pokok yang terus membumbung tinggi. “Coba bayangkan, daging ayam sekilo sudah 30 ribu rupiah. Rasanya baru kemarin harganya 21 ribu rupiah”. Itulah salah satu omelan almarhum.

Mas Eko telah pergi meninggalkan kita, sejam berlalu. Almarhum tidak terlalu menghiraukan keluhan rasa sakit di dada kirinya yang acap menderanya. Hari ini, serangan jantung telah menghantarkannya kepada sang Khalik. Hari ini, bisa jadi ada pula orang dekat kita yang bakal menyusul Mas Eko yang baik itu. Beberapa tahun berlalu, pada pagi hari nan cerah, siapa nyana Tsunami datang menerjang dan menelan ratusan ribu nyawa. Maut cepat menjemput.

Di Surabaya dalam peristiwa kebakaran diskotek. Orang-orang terjebak di dalam bangunan, mereka gosong terpanggang api. Ada ibu yang sedang hamil besar, janinnya yang ikut gosong. Mengenaskan. Apa yang dilakukan ibu hamil tua itu, tak perlu dia kita hakimi. Fikirkan saja hikmah apa yang dapat kita petik dalam peristiwa mengenaskan itu: Maut datang kapan saja dan di mana saja. Ia bisa berada di tempat hura-hura dan suka-cita semacam diskotek. Bahkan pada sebuah benteng kokoh, maut tetap bisa hadir menghampiri.

Manusia berhak memilih pada kondisi apa ia mati dan di mana. Mati khusnul khatimah (dalam keadaan baik) atau su’ul khatimah (dalam keadaan buruk). Ada pejabat terkenal baik hati dan dermawan, namun ia mati dalam pelukan pelacur. Ada penjahat yang hobinya membunuh, judi, merampok, dan perbuatan kriminal lainnya, tapi ia mati setelah bertaubat. Sukar diduga bagaimana akhir hidup seseorang.

Jangan buka peluang maksiat. Seseorang yang seumur hidupnya diisi dengan amal shalih, lalu mencoba ingin mencoba “asyiknya” sebuah diskotek. Di sana ia meregang nyawa. Sia-sia amalnya, ibarat panas setahun dihapus oleh hujan sehari.

Jangan pernah bangga banyak amal. Jangan pernah kecil hati karena sering melakukan dosa. Karena Allah SWT Mahatahu niat kita, apakah ikhlas karenaNya ataukah riya’ (pamer agar dilihat manusia). Seseorang yang penuh dosa, jangan pandang sebelah mata. Kita tidak pernah tahu ada setitik cahaya hidayah Allah mulai bersemi di hatinya, lalu ia bertobat sebelum maut menjemputnya.

Bagi yang sudah berkeluarga, amankan keluarga dari siksa api jahanam itu. Jangan buka peluang bermaksiat. Jangan biarkan dosa menghampiri. Tidak perlu minum arak dan sejenisnya untuk merasakan bagaimana rasanya mabuk. Tidak ada modernisasi atau gaul untuk sesuatu yang haram.

Ingatlah, tidak ada seorang manusiapun yang tahu akhir hidupnya. Namun mengupayakannya dan memilih akhir hidup adalah ikhtiar manusia yang diridhai Allah SWT. Oleh karena itu memohonlah kepadaNya agar mantap di jalan yang lurus dan diridhai, bukan jalan yang sesat dan mendapat murkaNya. Dialah Sang Mahamembolak-balikkan hati. Semoga teguh hati ini untuk menjauhi maksiat dan dekat kepada taubat.

Berbuatbaiklah, maka akal dan perasaan akan menjadi tenang dan lega. Bila berbuat jahat, maka akal dan perasaan akan menggelisahkan jiwa. Itu yang terjadi pada diri manusia, kecuali manusia yang sudah ditutup mata hatinya oleh Allah SWT. Wallahu ‘alam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar