Kamis, 07 Januari 2010

Nabi Kami Itu




Serpihan cermin itu tinggal sekeping,
tak lagi memantulkan wajah yang jadi gambaran jiwa.
Cuma sececap rasa saja,
lalu hilang di kegelapan malam,
Sampai tinggal hanya jejak tak bertuan

Di sana bulat bulan tak lagi dipantulkan oleh riak telaga
hampir tak ada lagi jiwa-jiwa yang penuh berjejalan
hingga lirihnya memantul dalam kepingan malam
lalu beliau terbata-bata dalam lirihnya:
"Umatku-umatku......"

Begitu cintanya ia pada umatnya
dalam serunya di nafas yang tinggal satu-satu
tetapi suara itu telah mampu menyanderaku
tapi kurasakan, perjalanan masih terlalu panjang untuk ditempuh
hingga memasung jiwaku sampai saatnya kukembali nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar