Kamis, 07 Januari 2010

Cak Dur dan Yahudi




Pengantar

Sumpek rasanya melihat berita-berita televisi yang didominasi pemujaan terhadap Abdurrahman Wahid alias Cak Dur. Bahkan kini muncul usulan mengangkatnya sebagai pahlawan nasional. Itu gerakan di DPR dan di jejaring sosial Facebook.

Tokoh-tokoh Islam dari MUI, PP Muhammadiyyah, dan sebagainya, bersuara “setali tiga uang”. Semua berupaya memuja Cak Dur. Mungkinkah mereka ingin menempatkan Cak Dur sebagai “nabi jaman modern? Entahlah.

Sikap ini penyebab matinya cahaya kebenaran. Umat Islam tidak diajari lagi untuk bersikap tegas, jelas, dan lurus. Para tokoh agama, sosial, dan politik, berlomba mencari muka, yang resikonya mengundang murka Allah Al Aziz. Na’udzubillah min dzalik.

Tahun 2001 ketika Cak Dur menjadi Presiden RI, mayoritas kekuatan politik menyerang dirinya dari berbagai sisi. Segala cara dilakukan untuk menjatuhkannya. Ada foto Cak Dur memangku Ariyanti Sitepu, VCD pembaptisannya di gereja, dokumen keterlibatannya dalam partai Ba’ats Irak, dan sebagainya.

Setelah Cak Dur meninggal, orang berusaha memujanya, seolah dia adalah ‘Tuhan’ yang berhak diagung-agungkan. Umat ini terus mengalami kemunduran karena ditipu terus oleh elit mereka, tidak diajari bersikap yang benar, konsisten, tegas, dan berani. Kalangan elit mereka lebih suka mencari muka. “Diplomatis”, kata mereka. Bolehlah. Tetapi tidak semua persoalan harus memakai sikap tersebut. Dalam prinsip akidah yang membahayakan Umat, kita harus bersikap tegas.

Sesungguhnya bila orang mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” ketika Cak Dur meninggal, itu sebuah kesalahan. Kematian Cak Dur bukanlah musibah, tetapi bagian dari pertolongan Allah Al Aziz kepada kaum Muslimin di Indonesia. Kemudian, bila bicara pribadi dan sepak terjangnya, kita harus kaitkan dirinya dengan Gerakan Yahudi Internasional.

Sepintas Tentang Gerakan Yahudi

Setiap raka’at sholat, kita membaca Surat Al Fatihah. Di dalamnya Shalat ada doa agar kita diberi petunjuk oleh Allah, yaitu mengikuti Shiratal Mustaqim, . bukan jalan “al maghdhub ‘alaihim” (jalan orang yang dimurkai Allah). Nabi Saw menjelaskan, bahwa kaum yang dimurkai Allah SWT itu adalah kaum Yahudi. Ketika membicarakan tentang Yahudi, terkaitlah suatu kaum yang dimurkai Allah Al Aziz. Ini bukan perkara sepele, tetapi amat sangat serius.

Yahudi (Bani Israil) keberadaan gerakannya mengalami pasang-surut selama ribuan tahun. Awal gerakannya adalah masa Nabi Ya’qub As dan anak keturunannya yang diberi tempat oleh raja Mesir di Kan’an. Di kalangan Bani Israil ada yang berpribadi shalih, tetapi lebih banyak yang durhaka. Para Nabi, seperti Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa, dan lain-lain ‘alaihissalam, mereka adalah pribadi yang shalih.

Zaman modern, atau setelah Eropa mengalami Renaissance, Yahudi mengalami transformasi gerakan keagamaan. Gerakannya berbeda dengan risalah Nabi-nabi dari kalangan Bani Israil. Mereka menginduk kepada inspirasi Samiri yang pernah membuat patung Al Baqarah (sapi betina) untuk pemujaan. Mereka mengambil ide-ide kemusyrikan Fir’aun dari bangsa Mesir. Hampir semua simbol keagamaan Yahudi modern digali dari peradaban musyrik Mesir.

Yahudi modern bukan pengikut Musa, Dawud, atau Sulaiman, tetapi mengikuti pola Samiri. Selain itu Doktrin Talmud mengagung-agungkan etnis Yahudi dan melecehkan Tuhan (Allah Ta’ala). Mereka ini bukan bagian dari Ahli Kitab, tetapi mereka orang-orang musyrik yang mengikuti jalan Samiri.

Yahudi modern terdiri dari dua komunitas besar, yaitu Yahudi asli (original Jewish) dan Yahudi warna-warni (colored Jewish).

Yahudi asli adalah orang yang mewarisi darah Yahudi, yang ditentukan oleh silsilah keturunan dari jalur ibu. Ini Yahudi tulen. Perlu dicatat bahwa kaum Yahudi amat ketat menjaga kemurnian etnis mereka. “Kami adalah etnis terbaik dunia”. Karenanya, mereka tidak tertarik melakukan perkawinan asimilasi. Etnis lain dianggap “budak”, bebas dieksplotasi tanpa batas.

Yahudi warna-warni adalah siapa saja dari etnis apapun selain Yahudi yang bekerja mensukseskan misi Yahudi internasional. Mereka ini “budak-budak” Yahudi asli. Mereka bisa orang Jawa, kalangan pesantren, bergelar kyai haji, bisa asal Jombang, dan sebagainya. Mereka tidak berdarah Yahudi, ibunya bukan Yahudi, tetapi suka-rela berjihad membela missi Yahudi internasional.

Yahudi warna-warni biasanya tergabung dalam organisasi-organisasi mantel pendukung Zionisme internasional. Mereka kita kenal sebagai “Freemasonry”. Organisasi mantel itu banyak bentuk dan macamnya. Freemasonry adalah salah satunya. Mereka adalah kelompok Luciferian: mengabdi kepada “tuhan” bernama Lucifer yang disimbolkan dalam bentuk bintang, di dalamnya ada bentuk kepala kambing bertanduk dua. Lucifer adalah simbol Iblis.

Anggota Freemasonry bisa berasal dari berbagai etnis, negara, status, ikatan keagamaan, organisasi, dan sebagainya. Tetapi mereka satu kata dalam simbol keagamaan, ideologi, dan missi memperjuangkan kepentingan Yahudi nternasional. Mengapa Yahudi asli harus membentuk organisasi mantel yang banyak macamnya? Mengapa Yahudi asli harus meminta bantuan “Yahudi abang ijo”?

Yahudi Internasional membutuhkan penetrasi ke berbagai negara /etnis di dunia untuk mendukung missi mereka. Cara terbaik adalah dengan memakai tangan orang-orang dari negara /etnis tersebut. Seorang kyai haji sebagai agen, dengan harapan jamaah kyai haji mudah dikendalikan untuk mendukung missi Yahudi. Perlu dicamkan bahwa mereka merasa terlalu suci untuk berhubungan dengan manusia lain, tidak mau tangannya “kotor”, maka dipakailah agen dari setiap negara untuk menggarap negara masing-masing. Soal biaya, mereka bersedia memberikan dukungan penuh.

Siapapun yang terlibat dalam gerakan mantel Yahudi seperti Freemasonry, mereka bukan Muslim. Mereka itu kafir, tidak diragukan lagi. Sebab mereka berani mengkhianati agamanya sendiri dalam rangka mensukseskan missi Yahudi. Mereka tidak meyakini lagi bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Ideologi mereka diganti dengan humanisme, pluralisme, dan demokratisme. Selama hidupnya mereka memusuhi missi perjuangan Islam. Mereka ridha dengan ritual-ritual kekufuran yang berlaku di Freemasonry itu.

Cak Dur Memang Berteman dengan Yahudi

Mengenali seseorang terlibat Freemasonry atau tidak, sungguh tidak mudah. Hanya kerja intelijen negara yang bisa menyingkapnya. Namun ada beberapa indikator (tanda) seseorang itu anggota Freemasonry, yaitu:

(1) Dia dan ibunya bukan berdarah Yahudi;
(2) Mengagungkan slogan humanisme, pluralisme, dan demokrasi;
(3) Memusuhi Islam dan membenturkannya dengan Sekularisme- Nasionalisme;
(4) Memiliki sumbangan, sedikit atau banyak, bagi kemajuan Yahudi internasional;
(5) Mendapat penghargaan resmi dari organisasi Yahudi internasional.

Sulit memastikan bahwa Cak Dur adalah seorang Freemason. Tidak ada bukti valid. Bisa jadi kalangan Muslim lain memiliki data tersebut. Namun menyimpulkan bahwa Cak Dur adalah seorang penyokong gerakan Yahudi Internasional sangatlah mudah.

Banyak tanda, misalnya keterlibatannya mendirikan Shimon Perez Institute; pernah pergi ke Israel; pernah mendapat medali dari organisasi Yahudi karena keberaniannya membela kepentingan Yahudi di Indonesia; ketika jadi Presiden RI, pernah hendak membuka hubungan dagang dengan Israel; secara formal pernah membela Yahudi di depan media massa: “Yahudi itu orang beragama, bukan atheis. Kalau dengan Soviet yang komunis saja Indonesia mau menjalin hubungan, mengapa tidak dengan Israel?” Itu alasannya, oleh karena itu Cak Dur adalah seorang Zionis (pembela Israel) dari kalangan bangsa Indonesia.

Sesungguhnya Cak Dur itu besar karena pemberitaan dan rekayasa media massa. Sejujurnya, sejak dulu Cak Dur itu tidak ada apa-apanya. Sementara itu, media tidak mau memberitakan ketika Ketua PP Persatuan Islam, KH. Shiddiq Amin wafat. Begitu pula, ketika KH. Husein Umar wafat. Tidak ada penghargaan layak buat tokoh-tokoh Islam itu. Tetapi ketika seorang icon Yahudi di Indonesia mati, mereka berlomba-lomba memberitakan. Kalau akhirnya Cak Dur benar-benar ditasbihkan sebagai “pahlawan nasional”, itu mengherankan buat kita: kriterianya apa, tolok ukurnya apa.

Pengikut pluralisme, pro demokrasi, pro humanisme, saat ini adalah waktu yang tepat buat mereka untuk memuja-muja Cak Dur sebagai manusia yang berjasa besar pada tumbuh kembangnya isme-isme tersebut. Mereka itu bodoh, tidak mengerti ujung gerakan pluralisme, humanisme, dan demokrasi. Pluralisme adalah ideologi yang mematikan keimanan semua agama (bukan hanya Islam). Seorang pluralis sejati tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama yang dianutnya selain pluralisme itu sendiri. Merekan yang berakidah humanisme adalah orang mempertuhankan “kepentingan manusia”. Manusia dianggap bebas merdeka, termasuk bebas dari aturan agama. Manusia yang berakidah demokrasi meyakini bahwa “suara rakyat adalah suara Tuhan”, dalam bentuk kesepakatan rakyat menggantikan aturan Tuhan.

Ketiga prinsip isme di atas (pluralisme, humanisme, demokrasi) adalah hakikat ajaran atheisme. Inilah prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Freemasonry kepada para pengikutnya. Kini kita tahu karakteristik para pemuja Cak Dur:

Pertama, bodoh, tidak tahu informasi, sempit wawasan, fanatik, dan tidak bisa membedakan mana putih mana pula yang hitam ; Kedua, para oportunis yang kerjaannya mencari keridhaan manusia (khususnya investor Yahudi) demi keuntungan duniawi; Ketiga, mereka yang berusaha memadamkan cahaya agama Allah dan membesarkan missi Yahudi laknatullah ‘alaihim.

Banyak yang takut dan segan, tidak mengkritik, tidak mau berbeda pendapat, tidak berani membantah dan menentang pendapat-pendapatnya yang keliru. Tidak ada suara menentang dan mengingatkan ketika Cak Dur mengatakan Al Qur’an adalah kitab suci yang paling porno. Mereka takut kuwalat, celaka dan takut mengalami kemalangan. Betapa banyak yang sudah menuhankan Cak Dur. Ini kemusyrikan bentuk baru.

Sesungguhnya alangkah hinanya manusia yang membela, membantu, mendukung, menyokong, mempermudah gerakan Yahudi internasional. Mereka itu Muslimin Indonesia, orang pesantren, dan sebagainya. Mereka dukung Yahudi internasional yang terkenal jahat, memperbudak manusia, mendukung missi perusak bumi, yang ujungnya menjadikan semua manusia bersimpuh di telapak kaki Yahudi.

Memang sulit memastikan apakah Cak Dur seorang Freemason atau bukan. Tetapi setidaknya kita punya bukti bahwa dia adalah tokoh yang selama hidupnya banyak menolong missi Yahudi internasional.

“Siapa yang loyal kepada mereka (Yahudi atau Nashrani), sesungguhnya dia bagian dari mereka” (QS Al Maidah ).

Penutup

Hari Jum’at, 1 Januari 2010, di Masjid Istiqlal Jakarta kita kedatangan Syaikh Abdurrahman As Sudais, Imam Masjidil Haram yang terkenal itu. Diberitakan bahwa Syaikh As Sudais datang ke Indonesia, jum’atan di masjid Istiqlal. Setelah Shalat Jum’at selesai, dilakukan Shalat Ghaib, mendoakan Cak Dur. Syaikh As Sudais yang mengimami shalat.

Kita prihatin dengan sikap MUI, termasuk pengelola Masjid Istiqlal. Bagaimana bisa mereka menyuruh Syaikh Sudais menyalatghaibkan Cak Dur? Nabi Saw pernah hendak menyalatkan Abdullah bin Ubay ketika dia mati. Kata Nabi, andaikan beliau bisa berdoa 70 kali untuk memintakan ampunan bagi Abdullah bin Ubay, hal itu akan beliau lakukan. Umar bin Khattab Ra tidak sudi mendoakannya. Kemudian turun ayat yang melarang Umat Islam secara mutlak untuk menyalatkan orang-orang munafik.

Orang munafik yang kekafirannya samar-samar saja tidak boleh dishalatkan. Bagaimana dengan Cak Dur yang ikut mendirikan Shimon Perez Institut, datang ke Israel, mendapat “medali keberanian” dari lembaga Yahudi, pernah mau menghapuskan Tap MPR No. 25 tentang gerakan Komunisme, pernah mau membuka hubungan dagang dengan Israel, dan sebagainya. Bagaimana dengan kata-katanya: “Al Qur’an itu kitab suci paling porno?” Bagaimana dengan perilakunya yang terus-menerus menyerang Syariat Islam, membela sekularisme, pluralisme, berkali-kali menghina MUI, membeli para penentang RUU APP, dan seterusnya?

Itu semua kekufuran yang nyata. Umat Islam Indonesia mengecam keras ketika Harmoko salah membaca Al Fatihah, atau mengecam keras Arswendo Atmowiloto yang membuat pooling yang melecehkan Nabi Saw. Tetapi mereka tidak berani mengecam Cak Dur karena dia adalah “putra darah biru”, cucu KH. Hasyim Asyari, pendiri NU. Apakah dalam beragama ada keistimewaan bagi orang-orang tertentu, dari silsilah keturunan?

“Demi yang nyawaku berada di dalam genggamannya, sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya” (Al Hadits).

Hukum Islam bersifat universal, berlaku bagi siapapun, tak memandang siapapun, bahkan anak seorang Nabi sekalipun. Demi Allah, Fathimah binti Muhammad sepanjang hidupnya tidak pernah mencuri. Mencuri itu perbuatan hina. Nabi Saw mengaitkan nama anaknya dengan kejahatan mencuri, tidak lain adalah ingin menunjukkan bahwa beliau amat serius dengan pemberlakuan hukum Islam. Sekarang hanya karena “darah biru, coklat atau abang ijo”, seseorang dibiarkan menghujat agama Allah, membela kekafiran dan kaum kafir, serta melecehkan Syariat Islam. Aneh, memang, bagaimana mungkin banyak yang terperdaya oleh seorang Cak Dur?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar