Minggu, 07 Maret 2010

Muara Harapan dan Kenangan

Oleh Zulmanery Manir



Muara harapan dan kenangan
di sana antri anak zaman menggapai asa
semilir angin buritan berhembus meninggalkan kapal
yang menggoyangkan pencalang hati
dari pagi, sore, sampai ke pagi lagi
dayung merengkuh biduk yang terkadang terasa oleng
di ujung lancipnya membelah gelombang
namun tak satu asa pun yang tertinggal
dia melaju terus tak hirau laut, buaya, dan kecipak ikan
Kulihat teri pun tergelak gelak

Muara harapan dan kenangan
di depan lepas pandang pada laut biru
Ada rasa dan asa yang mengusik damai
di sana kita berlabuh dan terus menari terbawa arus
ada ruang untuk sejenak kita berfikir
Lalu terdengar suara azan Magrib yang sayup mengajak
‘tuk bersujud pada yang punya laut, tanah dan ikan-ikan

Oo Allah kami
Kami berlabuh di punggung kegelapan malam
di sana beribu pelita dinyalakan orang
tapi kami tak punya lampu, kompas, tanpa radar canggih
haruskah kami balik arah sementara kami takut kegelapan

"Demi langit dan yang datang pada malam hari
tahukah dikau apa yang datang di malam hari itu?
yaitu bintang yang cahayanya menembus (gelapnya malam)
Tak ada satu jiwapun melainkan ada yang menjaganya"
(Al Qur'aan Surat At-Thariq 1-4).

Itulah petunjuk untuk kami.


-------------------------
Puisi ini digubah saat sulit perkuliahan di FKH-IPB Taman Kencana Bogor. Setiap liburan semester, pulang basamo naik kapal laut dari Tanjung Priuk ke Teluk Bayur, di kelas 3. Tetapi lebih banyak berada di geladak kapal serta kurang tidur (Camar Biru/ Upix RangKutianyia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar