Jumat, 19 Maret 2010

AS dan Terorisme

Sebuah Isu yang Dipaksakan


Pengantar


Ditembaknya Dulmatin alias Djoko Pitono, telah mencuatkan kembali isu terorisme di Indonesia. Namun isu itu selain janggal, kali ini terkesan dipaksakan. Pasalnya, isu ini muncul saat antiklimaks kasus skandal Bank Century yang dibawa ke Sidang Paripurna DPR dan menghasilkan keputusan melalui voting ‘Opsi C’ (bahwa bailout Century bermasalah). Isu ini juga muncul menjelang kedatangan Obama ke Indonesia. Dengan isu ini, Pemerintah seolah ingin menunjukkan kembali kepada pihak AS mengenai perhatian dan komitmennya terhadap kasus-kasus terorisme.

Selain itu, proyek kontra-terorisme memang merupakan salah satu prioritas dalam 100 hari program kerja Pemerintahan SBY. Dalam 100 hari itu diharapkan bisa dirumuskan ‘cetak biru’ penanganan terorisme, yang pelaksanaannya tentu membutuhkan waktu lebih dari 100 hari. Bahkan inilah salah satu inti dari pertemuan National Summit di Jakarta pada 29-31 Oktober 2009 lalu.

Karena itu, saat memimpin rapat terbatas bidang politik, hukum dan keamanan (Polhukam), SBY antara lain mengingatkan bahwa pemberantasan terorisme tetap menjadi agenda dalam penegakan hukum dan HAM (Detik.com, 5/3).

Lebih dari itu, komitmen pada isu terorisme ini juga menjadi kesepakatan dan pembicaraan antara Obama dan SBY saat pertemuan terbatas di Singapura. Saat kunjungan Obama ke Indonesia pertengahan Maret ini pun, hal ini akan kembali menjadi inti dan komitmen Indonesia-AS.

Umat Harus Mewaspadai Isu Ini

Umat Islam Indonesia harus memahami sekaligus mewaspadai isu terorisme ini dengan memahami beberapa hal berikut:

Pertama, terorisme hakikatnya adalah isu yang dijadikan proyek global AS jangka panjang setelah Peristiwa Peledakan WTC 9/11/2001. Proyek ini digunakan AS sebagai strategi untuk terus menjajah negeri-negeri kaum Muslim, termasuk Indonesia, semata-mata demi kepentingan AS dan Kapitalisme globalnya. Ini dilakukan dengan bantuan dan kesetiaan para penguasa negeri kaum Muslim yang berkhianat kepada Allah SWT, Rasul saw. dan umat Islam.

]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ[

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia” (QS al-Mumtahanah [60]: 1).

Kedua, isu terorisme tersebut di Dunia Islam, khususnya di Indonesia, telah menciptakan keterbelahan umat Islam, diadu domba dengan sejumlah pengelompokan: moderat-radikal; liberal-fundamentalis; pluralisme-pluralitas, dan sebagainya. Keadaan ini secara langsung melemahkan umat Islam. Karena itu, umat Islam harus waspada, karena Allah SWT telah berfirman:

]وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا[

“Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).

Ketiga, isu terorisme terus diusung dan menjadi perhatian penguasa negeri ini (yang terjebak dalam proyek global AS) sampai seluruh komponen Islam yang dianggap mengancam agenda sekularisasi dan liberalisasi betul-betul bisa dibungkam.

Keempat, isu terorisme ini dijadikan alasan oleh Indonesia untuk mengagendakan kembali kerjasama militer dengan AS karena Indonesia dianggap serius memberantas terorisme.

]الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ[

“(Orang-orang munafik itu) ialah mereka yang mengambil orang-orang kafir sebagai teman penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin” (QS an-Nisa’ [4]: 139).

Kelima, Indonesia adalah bagian dari Dunia Islam yang memiliki nilai strategis dari berbagai aspek: jumlah penduduk, sumber daya alam, serta geopolitik di kawasan Asia Pasifik maupun di Dunia Islam. Indonesia menjadi salah satu basis perang melawan terorisme, yang secara tegas menempatkan Islam dan kaum Muslim sebagai sasarannya. Karena itu, wajar jika selama ini Islam dan kaum Muslim menjadi korban dari isu terorisme ini. Memang itulah yang menjadi target AS.

]وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا[

“Orang-orang kafir tidak henti-hentinya berusaha memerangi kalian hingga mereka berhasil mengeluarkan kalian dari agama kalian—jika saja mereka mampu” (QS al-Baqarah [2]: 217).

Penutup

Isu terorisme akan terus dipelihara oleh AS sebagai gembong negara penjajah demi usaha menjajah dan menguasai kaum Muslim. Kaum Muslim selalu menjadi sasaran kaum kafir penjajah, termasuk melalui isu terorisme, jika mereka tidak memiliki pelindung. Pelindung mereka tentu bukan para penguasa yang menjadi pelayan negara penjajah seperti AS. Pelindung mereka tidak lain adalah seorang Khalifah yang bertakwa kepada Allah SWT. Itulah yang ditunjukkan oleh para khalifah pada masa Kekhilafahan Islam selama berabad-abad lamanya. Karena itu, mengangkat kembali seorang khalifah dalam institusi Khilafah Islam adalah pilihan yang bukan saja merupakan tuntutan syariah, tetapi juga tuntutan kondisi saat ini. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar