Jumat, 19 Maret 2010

Kontrol Populasi

Sebuah Konspirasi dan Tipudaya


Pengantar


Kontrol populasi merupakan praktek mendasar dari seluruh Konspirasi New World Order (NWO = Tatanan Dunia Baru) yg diadopsi dari Ritual kaum Pagan. Inilah konspirasi Illuminasi Yahudi yang berada di bawah kendali Freemasonry Yahudi Internasional.

Praktek ini banyak variasinya. Dari praktek sukarela seperti program KB, kondomisasi, hingga praktek sadis berupa perang dan pemusnahan etnis. Ada juga bentuk program dalam bidang kesehatan, makanan dan konspirasi penyakit (misalnya flu burung dan babi, SARS dan penyakit rekayasa genetis lainnya), dan Proyek Kemiskinan yang kita saksikan terjadi sehari-hari di depan mata. Bahkan kaum Pagan sudah mematok awal program untuk mengurangi jumlah umat manusia secara drastis ini pada Desember 2012. (www.december212012.com).

Masih ingat dengan isu panas Proyek Namru-2 beberapa waktu lalu? Adalah Siti Fadhilah Supari orang Indonesia pertama dalam beberapa dekade ini yang berani menentang kepentingan Amerika Serikat. Kebaniannya mirip Soekarno di era tahun 1960-an yang berani berteriak, ‘’Go to hell’’ kepada Amerika.

“Saya berjuang sendiri untuk melawan sebuah ketidakadilan yang bisa membuat kehancuran”, kata Siti Fadhilah. Ia memang sendiri. Ada ribuan orang di anggota DPR dan DPRD diam saja dan sibuk untuk memperbesar kekuasaan. Tak ada dukungan pers, politisi, cendekiawan, atau siapa pun. Ia pada posisi sulit karena tidak mau menjadi antek di sebuah komunitas antek.

Februari lalu, ia melansir buku dalam edisi Indonesia dan Inggris berjudul, “Saatnya Dunia Berubah” (It’s Time for the World to Change). Kedua edisi buku – dicetak cuma 2000 eksemplar – sudah terjual habis dan sedang dicetak ulang. Buku itu sepi dari publikasi pers. Di buku ini, ia betul-betul menelanjangi praktek WHO, badan kesehatan dunia, bagaimana WHO mewajibkan Indonesia mengirimkan virus flu burung ke laboratoriumnya di Hongkong. Tahu-tahu sampel itu sudah ada di tangan Amerika.

Usaha Mengurangi Populasi Muslim

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah pertambahan populasi penduduk Muslim. Ketakutan itu ditutup-tutupi dengan jargon-jargon “kepedulian terhadap angka kematian ibu dan anak; membuka kesempatan untuk hidup panjang dan sejahtera; kesulitan pemenuhan konsumsi barang produksi karena sumber daya alam yang terbatas; dan jargon lainnya.

Kontrol populasi dipelopori dari teori “Ledakan Penduduk” yang dicetuskan oleh Thomas Robert Malthus (1798) seorang pemikir Yahudi Inggris, theolog dan ekonom. Malthus menyebutkan bahwa jumlah penduduk dunia cenderung melebihi pertumbuhan produksi (barang dan jasa). Karenanya, pengurangan ledakan penduduk merupakan keharusan, yang dapat tercapai melalui bencana kerusakan lingkungan, kelaparan, perang atau pembatasan kelahiran.

Upaya kontrol populasi pada dasawarsa 60-an telah diungkapkan secara terang-terangan oleh para pemimpin Eropa dan Amerika dalam strategi jahat mereka dalam bentuk pemusnahan terhadap bangsa-bangsa tertentu secara bertahap. Mesir dan India (sebagai Negara yang berpopulasi terbanyak di dunia) yang segera menerapkan program pembatasan kelahiran.

Selain itu, kesepakatan organisasi gereja dan berbagai lembaga yang mengucurkan dana melimpah untuk merealisasikan program tersebut di Dunia Islam. Kesepakatan Roma, Lembaga Ford Amerika (dengan program Kesehatan /Kesejahteraan Keluarga”), Lembaga Imigrasi Inggris (yang dengan terus terang menyerukan perlindungan alam dengan membatasi pertumbuhan manusia, dengan cara pembantaian massal manusia).

Bulan Mei 1991,pemerintah AS mengekspose beberapa dokumen rahasia yang isinya berupa pandangan pemerintah AS bahwa pertambahan penduduk dunia ketiga merupakan ancaman bagi kepentingan dan keamanan AS. Salah satu dokumen itu ialah instruksi Presiden AS nomor 314 tertanggal 26 November 1985 yang ditujukan kepada berbagai lembaga khusus, agar segera menekan negeri-negeri tertentu mengurangi pertumbuhan penduduknya. Di antaranya negeri-negeri itu adalah India, Mesir, Pakistan, Turki, Nigeria, Indonesia, Irak dan Palestina.

Dokumen itu menjelaskan sarana-saran yang digunakan secara bergantian, berupa upaya menyakinkan orang-orang maupun pemaksaan negeri-negeri tersebut agar melaksanakan program pembatasan kelahiran. Bentuk persuasif ialah memberi dorongan kepada penjabat /tokoh masyarakat untuk memimpin program pembatasan kelahiran di negeri-negeri mereka, memusnahkan faktor penghalang berupa faktor individu, sosial, keluarga, dan agama yang menganjurkan dan mendukung kelahiran.

PBB mensponsori konferensi pertama kontrol populasi ini tahun 1994 di Kairo. Pada pertemuan ini dianalisa masalah overpopulasi dan mengajukan sejumlah langkah, diperdebatkan pendekatan mengkontrol fertilitas (ketika itu dipromosikannya penggunaan alat kontrasepsi, perkembangan ekonomi liberal dan diserukannya peningkatan status wanita). Tujuan utama konferensi itu adalah menerima asumsi bahwa pertumbuhan penduduk menyebabkan kemorosotan ekonomi dan dilakukannya usaha-usaha untuk mengkontrol pertambahan penduduk di Dunia Ketiga oleh hambatan keyakinan agama, misalnya mendorong memiliki keluarga besar dan kurangnya pendidikan bagi wanita.

Semua Usaha itu menyebabkan diterimanya pandangan bahwa pertumbuhan penduduk menyebabkan kemerosotan dan kemandegan ekonomi, kemiskinan global, kelaparan, kerusakan lingkungan dan ketidakstabilan politik. Filosofi semacam itu telah menjadi mesin pendorong bagi PBB dan Bank Dunia. Pertumbuhan penduduk adalah sebuah problem bagi Afrika, Amerika Latin dan Asia. Jika masalahnya mau terpecahkan, maka negara-negara itulah harus melaksanakannya. Dalam hal ini, korban yang telah sangat menderita malah dipersalahkan dengan riset empiris yang mendukung asumsi semacam itu.

Di Indonesia dibuat program-program yang mendukung upaya kontrol populasi dikomandoi BKKBN dan LSM lokal, nasional dan asing. Untuk kalangan Ibu diterapkan KB dengan slogan hindari 4Ter (Terlalu muda,Terlalu tua, Terlalu sering dan Terlalu dekat). Untuk kalangan bapak diarahkan melakukan kondom dengan segala fasilitasnya dan larangan untuk berpoligami. Untuk kalangan remaja adanya pembatasan usia kawin di aats 18 tahun sehingga dilarang pernikahan dini dan pendidikan seks /reproduksi dengan istilah Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang memacu naluri seksual dengan slogan “SAVE SEX” dan melarang pernikahan dini.

Untuk kalangan remaja dikeluarkan program Dunia RemajaKu Seru (DAKU). Awalnya program DAKU dikenal di negara Uganda, Afrika, dengan nama The World Start With Me, lalu diadaptasi ke beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, Kenya, Afrika Selatan, Mongolia, Cina, Pakistan, serta Indonesia. Program ini sepertinya didisain untuk negara-negara yang memiliki populasi banyak.

Untuk Indonesia ada proyek percontohan di Jakarta pada beberapa sekolah sejak tahun 2005, 2006, 2007 di 12 SMU-SMK Jakarta (yaitu SMAN 100, SMA Angkasa 2 dan SMKN 27, SMAN 67, SMAK 7 Penabur dan SMKN 32, SMA Muhammadiyah 19, SMAN 53, SMK Jaya Wisata Menteng, SMAN 7, SMK Walisongo dan SMAN 105).

Program tersebut dikembangkan di beberapa propinsi, di antaranya Bali, Sumatera Utara, Lampung dan Jambi. Program ini disosialisasikan terlebih dahulu oleh suatu LSM yaitu World Population Foundation dan LSM lokal Yayasan Pelita Ilmu.

Program tersebut diperuntukkan bagi anak-anak usia 12-19 tahun, dirancang berbasis teknologi informasi yang membuat anak-anak remaja bisa langsung secara mudah mengakses berbagai modulnya. Dalam modul tersebut, anak diajarkan untuk bercinta yang sehat tetapi tidak melalui pernikahan. Sebuah ajakan dan legalisasi hubungan lawan jenis untuk menyalurkan naluri seksualnya tanpa harus menikah.


---------------------------------------------
Longok juga ke:

http://www.conspiracyarchive.com/NWO/
http://www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/newworldindex.htm
http://www.educate-yourself.org/nwo/nwonewsindex.shtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar