Sabtu, 06 Februari 2010

Terpaksa (Harus) Berani

Seorang raja lalim mengumpulkan rakyatnya, katanya untuk diberi hadiah. Rakyatnya heran, tumben-tumbenan raja berbuat begitu, gumam sebagian rakyatnya. Dasarnya memang lalim, ia memberi hadiah tetapi tidak gratis.

“Wahai rakyatku, aku punya hadiah besar untuk kalian” kata raja.
“Horee…’
“Tapi ada syaratnya” raja menambahkan.
”Huuuu “ Rakyat berteriak dalam hati.
“Saya akan memberikan seguci emas bagi siapa saja yang berani menyeberangi sungai ini dengan cara berenang” kata raja sambil menunjuk sungai lebar yang mengelilingi istananya. Di dalamnya ada ratusan buaya.
“Huh” Rakyatnya langsung lemas dan tak bereaksi.

Siapa pula yang mau disantap buaya? Melihat ini, raja lalim itu lalu berkata:

“Jika tidak berminat seguci emas, boleh juga pilih hadiah menjadi gubernurku di ibu kota” tambah raja menawarkan pilihan. Tetap saja rakyatnya ogah.
“Kalau masih tidak ada yang berminat, aku beri pilihan lain, menjadi menantuku, menikahi putriku atau …”

Belum selesai ia berucap, tiba-tiba: Byuur…Seorang pemuda tiba-tiba masuk ke sungai. Semua orang menjadi tegang bercampur ngeri, menanti apa yang akan terjadi. Tampak pemuda itu berenang secepatcepatnya.

Terlambat, seekor buaya mendekatinya. Belum sempat buaya tersebut menggigit, pemuda itu mampu menghalaunya dengan kayu yang kebetulan ada didekatnya. Kemudian ia berenang sekuat tenaga. Lebih cepat lagi.

Tetapi dua buaya mendekatinya dari dua arah yang berlawanan. Dengan gerak tipuan, pemuda itu berhasil membuat kedua buaya itu bertabrakan.

Buaya lain mulai berdatangan dari segala arah. Bahaya kembali mengancam. Tetapi entah dari mana kekuatan itu datang, pemuda itu berhasil menaiki salah satu buaya-buaya dan mulai meloncati satu persatu kumpulan buaya tersebut. Ia selamat sampai di seberang.

Semua terkesima melihat adegan itu, termasuk sang raja. Mereka bergegas menemui pemuda pemberani itu.

“Nampaknya Anda berminat pada anakku, ingin menjadi menantu raja?” tanya sang raja, setengah yakin karena pemuda ini loncat ketika ia menawarkan putrinya.

“Tidak. Saya tidak berminat,” jawab pemuda itu dengan terengah-engah. Ia melayangkan pandangannya ke sekelilingnya, tetapi dengan mimik muka marah

“Atau engkau ingin jadi gubernurku?” tanya raja penasaran
”Tidak. Aku tidak berminat”, jawab pemuda itu, tetapi matanya tidak berhenti mencari sesuatu.

“Berarti engkau menginginkan seguci emas?” seru raja memastikan.

“Tidak, saya tidak berminat.”
“Jadi apa yang anda inginkan?” tanya sang raja semakin penasaran.
Kemudian pemuda itu menjawab :

“Saya cuma mau tahu, siapa bajingan yang telah mendorong saya masuk ke sungai!” Hahaha, ternyata pemuda itu bukan pemberani tetapi ada yang telah mendorongnya.

Apa hikmah kisah tersebut?

Pemuda itu sebenarnya punya potensi untuk memenangkan sayembara. Ia ia baru tahu bisa melakukannya setelah ia tercebur ke sungai. Di dalam sana, pada situasi yang tidak ada pilihan lain, ia harus menyelamatkan diri agar tidak disantap buaya.

Semua insan punya potensi seperti pemuda itu. Tetapi tidak ada yang tahu potensi itu ada apabila tidak mau mencoba memberdayakan diri. Dalam bahasa gaulnya, harus ada pede (percaya diri) untuk mencoba menghadapi tantangan. (Diadaptasi dari tulisan Isa Alamsyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar