Sabtu, 20 Februari 2010

Horoskop dan Nasib Sial

Hukum Tanjiim (Ramalan Bintang)

Allah ta’ala telah berfirman :

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu jadikan petunjuk arah di kegelapan malam, di darat dan di laut”.

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang rendah dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai batu pelempar setan”.

وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ

“Dan bintang-bintang itu ditundukkan (diuntukkan bagimu) dengan perintahNya”.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من اقتبس شعبة من النجوم فقد اقتبس شعبة من السحر زاد ما زاد

“Siapa saja yang mengambil salah satu cabang dari ilmu nujum (perbintangan), sungguh ia telah mengambil salah satu cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmu nujum itu, maka semakin bertambah pula sihir yang ia pelajari”.

إنما أخاف على أمتي التصديق بالنجوم والتكذيب بالقدر وحيف الأئمة

“Sesungguhnya yang aku takutkan dari umatku adalah membenarkan ramalan bintang, mendustakan takdir, dan kesewenang-wenangan para penguasa /pemimpin”.

Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma berkata mengenai satu kaum yang sedang menulis riwayat Abu Jaad sambil melihat /memperhatikan bintang :

ما أرى من فعل ذلك له عند الله من خلاق

“Aku tidak pernah melihat orang yang berbuat tersebut di sisi Allah selama ini”.

Qatadah rahimahullahu ta’ala berkata :

خلق الله هذه النجوم لثلاث : زِنة للسماء، ورجومًا للشياطين، وعلامات يُهتدى بها، فمن تأول فيها غير ذلك فقد أخطأ حظه وأضاع نفسه وتكلف ما لا علم له به.

“Allah telah menciptakan bintang untuk tiga hal : perhiasan langit, pelempar syaithan, dan sebagai tanda bagi orang (tersesat) yang ditunjuki dengannya. Siapa saja yang menta’wilkan selain dari ketiga hal tersebut, maka ia telah keliru, merusak diri, dan memperberat-berat terhadap apa yang ia tidak mempuyai pengetahuan tentangnya”.

Hukum Menisbatkan Turunnya Hujan kepada Bintang-bintang

Allah ta’ala telah berfirman :

وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ

“Kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah)”.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أربع في أمتي أمر الجاهلية لا يتركوهن : الفخر بالأحساب والطعن في الأنساب والاستسقاء بالأنواء والنياحة

“Empat perkara yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan Jahiliyyah, yang tidak ditinggalkan oleh mereka: membanggakan kebesaran leluhur, mencela keturunan, menisbbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang, dan niyahah (meratapi mayit)”.

قال الله تعالى : أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر فأما من قال مطرنا بفضل الله ورحمته فذلك مؤمن بي وكافر بالكواكب، وأما من قال : مطرنا بنواء كذا وكذا فذلك كافر بي مؤمن بالكواكب.

“Allah ta’ala telah berfirman : ‘Pagi hari ini di antara hamba-hambaKu ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: ‘Telah turun hujan kepada kita berkat karunia dan rahmat Allah’, maka dia adalah orang yang beriman kepadaKu dan kafir kepada bintang. Adapun orang yang mengatakan: ‘Telah turun hujan kepada kami karena bintang ini dan itu’, maka dia adalah orang yang kafir kepadaKu dan beriman kepada bintang”.

Hukum Thiyarah (Merasa Sial)

Allah ta’ala telah berfirman:

أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ

“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah”.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر

“Tidak ada ‘adwaa (penularan penyakit), thiyarah, haammah, dan shafar”.

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

الطيرة شرك الطيرة شرك

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik”.

Dari Ibnu Mas’ud secara marfu’ menyebutkan:

الطيرة شرك - ثلاثًا - وما منا إلا ولكن الله يذهبه بالتوكل

“Thiyarah itu syirik – beliau mengatakan tiga kali – tidak ada seorang pun dari kita kecuali (telah terjadi dalam dirinya sesuatu dari hal itu), namun Allah menghilangkannya dengan tawakkal”.

إنما الطيرة ما أمضاك أو ردك

“Sesungguhnya thiyarah itu hanyalah yang menjadikan engkau terus melangkah atau mengurungkan niatmu”.

Dan diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr :

من ردته الطير عن حاجته فقد أشرك. قالوا : فما كفاره ذلك ؟ قال : أن تقول : اللهم لا خير إلا خيرك ولا طير إلا طيرك ولا إله غيرك

“Siapa saja yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka ia telah berbuat syirik”. Para shahabat bertanya : “Lantas, apa kafarah (penghapus)-nya ?”. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Hendaknya engkau mengucapkan) : Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang datang dariMu, tidak ada kesialan kecuali kesialan yang datang dariMu, dan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau”.

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أصدقها الفأل ولا ترد مسلمًا فإذا رأى أحدكم ما يكره فليقل : اللهم لا يأتي بالحسنات إلا أنت ولا يدفع السيئات إلا أنت ولا حول ولا قوة إلا بك

“Yang paling benar adalah fa’l, dan tathayyur (anggapan sial) itu tidak boleh menghalangi seorang muslim (untuk melakukan sesuatu). Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu hal yang tidak disukai, hendaklah ia mengatakan: ‘Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, tidak ada yang dapat menolak keburukan kecuali Engkau, serta tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Engkau”.


---------------------------------------------
[Diambil dari kitab yang berjudul : 200 Suaal wa Jawaab fil-‘Aqiidah oleh Asy-Syaikh Haafidh bin Ahmad Al-Hakamiy, hal. 180 – 184, takhrij : Hilmiy bin Isma’il Ar-Rasyiidiy; Daarul-‘Aqiidah, Cet. 1/1419 H – dengan sedikit perubahan dan tambahan].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar