Sabtu, 06 Februari 2010

Cinta Ukasyah

Subuh itu Rasulullah Saw sakit. Beliau tidak mampu mengimami sholat subuh. Namun, dari luar terdengar suara shahabat Bilal memanggil agar beliau memimpin solat subuh berjamaah. Beliau menyuruh bilal kembali ke masjid dan menyerukan agar Abu Bakar menggantikannya sebagai imam sholat. Abu bakar menolak dan berkata:

“Bilal, tolong sampaikan kepada Rasulullah Saw, aku tak berani menggantikannya menjadi imam sholat selama beliau masih hidup”.

Bilal kembali menemui Rasullulah Saw. Akhirnya, dengan kondisi sakit, Rasulullah Saw dengan dipapah Bilal, datang ke masjid. Lalu Bilal mengumandangkan azan subuh. Akhirnya subuh itu diimami Nabi Saw. Usai sholat subuh berjamaah, Rasululluah Saw berdiri di mimbar dan berkata:

“Shahabatku sekalian. Aku merasa bahwa waktuku tidak lama lagi di dunia ini. Untuk itu, maafkan semua kesalahan yang telah kulakukan, entah sengaja ataupun tidak disengaja. Bila ada di antara kalian pernah aku sakiti badan dan perasaannya, maka inilah saatnya kalian boleh membalasnya. Saya ikhlas”.

Suasana subuh itu tiba-tiba mengharubiru. Masjid menjadi hening. Mulai terdengar isak tangis para sahabat. Namun tiba-tiba seorang pemuda berdiri dan berteriak lantang:

“Wahai Rasulullah Allah. Aku pernah engkau sakiti”, ujar si pemuda. Dia adalah Shahabat Ukasyah Ra.

“Kapan itu dan bagaimana caraku menyakiti dirimu?” tanya Rasulullah Saw.

Si pemuda berkisah. “Ketika Perang Badar sedang berlangsung, saat itu engkau menunggang kuda. Aku berlari dekat kudamu, lalu engkau mencambuk kuda itu. Tanpa engkau sengaja, aku terkena cambukmu”.

Rasulullah Saw memaklumi. Beliau kemudian menyuruh Bilal mengambil cambuk miliknya. Tak berapa lama, Bilal membawa cambuk dan menyerahkan kepada pemuda itu.

“Anak muda, balaskan sakit hatimu. Cambuklah aku agar sakit hatimu terbalas”, ujar Rasulullah Saw.

“Waktu itu aku bertelanjang dada. Jadi, buka jugalah bajumu”, kata pemuda itu. Kemudian Nabi pun membuka bajunya. Subhanallah, seketika aroma wangi menyeruak dari tubuh Rasulullah Saw memenuhi ruangan Masjid.

Kemudian pemuda itu maju, hendak mencambuk Rasulullah Saw. Tetapi yang terjadi kemudian adalah, cambuk itu dicampakkannya, lalu ia memeluk erat Rasulullah Saw dari belakang. Para Shahabat terkesima. Tetapi sesaat kemudian terdengarlah ucapan “subhanallah” serentak.

“Kenapa engkau malah memelukku? Bukankah engkau hendak membalaskan sakit hatimu?”

“Maafkan aku. Aku telah berdusta dengan mengarang cerita tadi. Sesungguhnya aku ingin memelukmu saja. Hanya dengan cara begini, engkau mau membuka bajumu, sehingga kulitku yang hina ini bisa bersentuhan langsung dengan kulitmu yang sangat mulia ini”.

Para Shahabat meneteskan air mata. Mereka terharu melihat momen tersebut. Rasulullah Saw ikut terharu dan menangis.

“Sesungguhnya dialah salah seorang Shahabat yang akan menemaniku di Taman Firdaus. Dia mencintaku melebihi cintanya pada dirinya sendiri”.

Mereka berpelukan erat. Lalu para Shahabat lainnya berdiri. Di subuh itu mereka saling berpelukan dalam persaudaraan yang tak terkatakan oleh kita saat.


Rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
bagai cahaya suargawi
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja

(Bait Puisi Taufik Ismail yang dinyanyikan Grup Bimbo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar