Sabtu, 06 Februari 2010

Reuni nan Seru

Sebulan penuh, bahkan mungkin lebih, woro-woro tentang mau ketemuan Kelompok Tiga (Kelomiga) Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) Angkatan 18 (Tahun 1981) sudah diumumkan. Adalah Deisman Nasution, orang Batak kelahiran Aceh (tapi dia ngakunya orang Aceh. Yah, wajarlah kalau dia ngaku Aceh: dia lahir dan dibesarkan di Aceh sana, makan, tidur, buang air besar dan minum air tanah dari Aceh juga) yang sungguh bersemangat untuk menyelenggarakan pertemuan ini.

Di Facebook mulai ramai berseliweran nama-nama geng Kelomiga: Deisman Nasution, Lisda Fauziah Harapa,Andi Rusandi, Mirfano, Curie Pratiwi, Yetti Noorhayati, Nurul Bariah, Tete S. Marendra, Islisyah Asman, Isti Prawulandari, John Novarly, Yuniarti Uddin, Dian Mutiara, Joko Sulistiono, dan mungkin nanti akan menyusul yang lain.

Deisman mulai melakukan manuver. Terus terang untuk menyelenggarakan acara itu, pemrakarsa harus putar akal, siapa yang mau nalangi biayanya. Ketemulah satu nama: Mas Joyo Winoto (maaf, aku panggil dikau "mas") yang saat ini menjabat Kepala Badan Pertanahan Pusat. Ada empat orang yang mendatangi mas Joyo Winoto, yaitu Yetti Noorhayati, Deisman Nasution, Joko Sulistiono dan Dian Mutiara. Dari pertemuan itu, disepakatilah pertemuan akan diadakan tanggal 30 Januari 2010 di Ruang Meeting Danau Batur di Padang Golf Danau Bogor Raya (dulu namanya Bogor Lake Side).

Bertemu Juga Akhirnya

Pagi sekali aku sudah bangun. Kebetulan kakak sulungku dengan suami datang hari Kamis dari Yogjakarta (menghadari pernikahan ponakan di sana). Sabtu mau pulang. Jam 08.15 pagi kuantar beliau ke pool Damri yang berada di sebelah Gedung Alumni IPB, yang dipakai juga untuk ngumpul bagi yang berada di Bogor.

Mendekat jam 09.00, aku sudah berada di Gedung Alumni IPB. Masih sepi, tak seorangpun ada di sana, yang memang tinggal di Bogor, walaupun sudah disepakati untuk ngumpul di sana. Adalah Hanggoro dan Prasetyo Hadi yang ditugaskan Deisman Nasution sebagai tim "penyapu" untuk mengangkut rombongan Bogor.

Tapi lucu juga, ternyata berpisah selama 29 tahun telah memupus wajah asli anak manusia. Bayangkan aku tidak kenal lagi wajah Prasetyo Hadi. Padahal dia sudah datang, dan gawatnya, aku tidak kenal lagi dia. Diamput. Dia pergi, aku diam saja, wong ndak kenal. Untung kemudian datang Hanggoro, yang wajahnya tidak berubah dari dulu sampai kemarin itu. Hanya di kepalanya sudah bertebaran ubah yang rada lumayan banyaknya.

Aku, Hanggoro dan supirnya, meluncur ke lokasi sasaran. Sesampai di sana, aku dan Hanggoro mendapatkan ciuman pelukan dari semua orang. Duh, sumpah mati, tidak semua orang bisa kukenal. Tetapi sebagian besar masih terekam dalam memoriku. Maaf, Untad Dharmawan, aku lupa wajahmu. Soalnya dulu dikau kulitnya putih, tetapi sekarang sudah item dan ndut. Dia sendiri sama. "Tunggu dulu, kok saya lupa siapa dikau", katanya begitu. Kemudian aku dan Hanggoro mengisi daftar tamu. Aku dapat pin Kelomiga, buku Kelomiga, dan syal entah dapat sponsor dari mana bang Deisman (maaf aku latah panggi "bang" ke Deisman).

Di depan ruang meeting Danau Batur kami berbincang, bersenda-gurau, melepaskan rindu dendam yang tak terkatakan. Sudah 29 tahun tidak bertemu. Di sana si imut Iiin. Ada si rambut sarang lebah dengan celana jeansnya (tapi alhamdulillah, kepalanya sudah ditutup. Untung aku udah lihat dia di Facebook). Untad Dharmawan yang tidak mengenaliku lagi.

Tak berapa lama, muncullah sang "maestro" kita: Joyo Winoto. Subhanallah, wajah dan postur tubuhnya tidak berubah. Hanya dari dekat kulihat memang sudah beruban juga kepalanya. Sudah tua juga kita-kita ini, fikirku. Joyo Winoto menyalami dan memeluk kami satu demi satu. Entah apa yang ada di benaknya. Tapi kupastikan dia senang bukan kepalang.

Satu demi satu anggota Kelomiga datang. Ada Arif Hidayat, sang kartunis kita. Tapi aku sebel sama dia: jaga imeg dia. Sampai kemudian terkumpul orang yang agak banyak, barulah kita digiring masuk ke ruangan. Di dalam kita sudah disambut MC dan penyanyi. MC membacakan susunan acara. Kemudian berturut ketua panita dan Joyo Winoto maju ke depan untuk memberikan kata sambutan. Syukurlah, mereka tidak bertele-tele ngomongnya. Singkat-singkat saja untuk menghindari rasa boring. Kemudian berlanjut ke kesan dan pesan.

Bukan disebut warga Kelomiga kalau orang-orangnya tidak penuh canda. Ketika Hadi Susanto tampil, dari belakang dia diteriaki sebagai Bupati Lampung. Memang dia tinggal dan bekerja di Lampung, tetapi bukan Bupati. Kemudian Hadi bercerita tentang persaingan berebut pasangan (pacar) dengan Joko Sulistiono. Gila, ada dua cewek yang ditaksir, dan keduanya ditolak mentah-mentah. Kasihan, ya? Dia juga bercerita tentang kekagumannya kepada Joyo Winoto. "Aku dapat nilai 35 pada pelajaran kalkulus, Joyo Winoto dapat nilai 95", katanya. Ceritanya tentang sakitnya sebulan, sampai dia lulus dengan nilai 2,75 dan masuk ke Fakultas Teknologi Pertanian.

Ketika Joko Sulistiono bercerita tentang aktifitas ngamennya dengan Mirfano di Pasar Gembrong yang dilakukan usai jam-jam kuliah, lantas ingatanku terbang ke wajah Mirfano yang waktu itu kurus kering (seperti orang tidak makan sebulan) yang ke mana-mana bawa gitar. Sayangnya dia berhalangan hadir. Ada tugas kantor yang tidak mungkin bisa ditinggalkan (Ifan, ini aku hanya bisa bercerita ke elo via Facebook). Aku sendiri pernah ke rumahnya Ifan di bilangan Haji Jiung, Jakarta Pusat. Tapi bisa kupastikan, Ifan sudah melupakannya. Ketemu juga dengan Nurul Bariah. Tapi bukan Nurul Bariah yang dulu. Sekarang dia item tapi masih cakep dan keibuan, pake kerudung pula. Dulu kulit tubuh sempat kukagumi. Putih seperti pualam. Sungguh!

Menyanyi, menari, joged Malayu, canda dan tawa, acara kuis dan lomba, mewarnai jumpa geng Kelomiga. Seru tak terkatakan. Arlinda datang, Arlinda didaulat jadi penyanyi. Perempuan yang masih saja cantik di usianya yang tidak muda lagi menyapaku, tetapi mukanya berkerut mengingat-ingat siapa diriku. Dia 3 (tahun) di USA di Komisaris Jenderal (Komjen) di sana. "Aku batuk dan serak begini disuruh nyanyi", katanya bersungut-sungut. Tetapi kulihat raut wajahnya senang bukan kepalang.

Di akhir acara, dipilih kepengurusan Alumni Kelomoga. Terpilihlah Joko Sulistiono sebagai ketua, Wakilnya Prasetyo Hadi, Sekretaris Syifa Indani, Sekretaris I Sri Suhaity, dan Bendara II Yetti Noorhayati. Adalah Joyo Winoto yang akhirnya didaulat menjadi penasehat. Lengkaplah sudah kepengurusan Alumni Kelomiga.

Program waktu dekat ini adalah membuat Mailing List Kelomiga. Alhamdulillah, itu sudah dibuat oleh Ni Made Dewiyanthi (Yanthi Reddy). Kemudian Hetty diminta untuk membuat akun rekening di BCA (kebetulan dia ngantor di sana). Dia sudah fotokopi KTP Yetti Noorhayati untuk keperluan itu. Alhamdulillah, Joyo Winoto (Joko Sulistiono bisik-bisik ke saya bahwa Mas Joyo Winoto "nitip" uang untuk "modal awal" pembuatan rekening itu) mau menyisihkan uangnya ke kita-kita ini. Semoga rezekinya ditambahkan Allah SWT dengan yang lebih banyak dari "titipan" itu.

Di akhir acara, dengan formasi melingkar, kita menyanyikan lagu Kemesraan Iwan Fals. Di momen ini, campur aduk perasaan kami: senang, haru, sedih, gembira, dan entah apalagi. Tidak ada yang tahu persis perasaan teman-teman dengan acara reunian itu.

Pertanyaan Khusus untuk Mas Joyo Winoto

Saya sejak jauh hari ingin menanyakan bagaimana menguruskan surat tanah kebon saya yang lokasinya berada di Leuwi Liang sana (Desa Cibeber II). Di situ ada duan bidang tanah. Satunya lagi ada di Bekasi Timur. Itu yang ingin saya tanyakan. Tetapi suasananya kok kurang tepat. Mosok mau ketemuan, senang-senang melepaskan rindu, kok nanya yang gituan. Ndak sopan namanya. Tetapi kali ini saya beranikan diri bertanya.

Tanah itu ada tiga bidang. Yang satu kira-kira 2000 meteran, satunya lagi kira-kira 600 meteran. Yang lainnya ada 150 meteran. Sudah dibuatkan surat Akta Jualbelinya. Aku itu ingin membuatkan sertifikat hak milik. Aku sudah tanya, tetapi kok biayanya dipatok sekitar 9 (sembilan) jutaan. Wah, aku terus terang tidak punya uang segitu saat ini. Sekarang aku ingin tahu prosedural dan biaya yang harus dikeluarkan itu sebenarnya berapa besarnya. Atau, adakah program semacam Prona bagi pedesaan untuk saat ini? Maaf mas Joyo Winoto, saya tidak ingin aji mumpung. Saya ingin yang proseduralnya saja. Jangan ada keistimewaan buat saya. Yang wajar-wajar saja. Sekali lagi maaf.

Bagi teman-teman yang tidak hadir, inilah ceritaku. Untuk Curie, Lisda, Mirfano, dan yang lagi sakit, cepat sembuh dan bisa ngumpul dengan kami. Sebenarnya aku sendiri ingin kumpul dengan jumlah yang spektakuler. Hanya saja, tidak semua bisa datang. Ada yang sakit, ada yang tugas bekerja, ada yang tidak tahu keberadaannya di mana, dan ada yang sudah mendahului kita.

Any way and any time, sekitar bulan Juni-Juli nanti kita mau kumpul lagi di bilangan Pondok Gede. Rumahnya Yanthi Reddy bersedia dipakai untuk keperluan itu. Sekalian, katanya, perpisahan Yanthi Reddy, ikut suami ke Timur Tengah sana (Qattar? Hehehe, ternyata Yanthi bilang ke Oman. Maaf, telingaku terkadang suka error).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar