Selasa, 16 Februari 2010

Metode Perubahan Sistem Kehidupan

Pengantar

Kondisi negeri ini kian rusak. Semrawut. Korupsi marak, kendati slogan terus diteriakkan. Ironisnya, institusi penegak hukum yang harusnya membabat korupsi justru menjadi sarang koruptor. Mafia hukum dan peradilan menjadi keniscayaan. Kapan rakyat hidup tenteram? Keadilan bisa tegak? Kezaliman lenyap? Mana mungkin itu terjadi bila hukum dan aparatnya bermasalah. Kesemrawutan itu terjadi pada semua sektor kehidupan. Semua bermasalah. Sejauh mata memandang, yang ada adalah hamparan masalah.

Gerah menyaksikan semua itu. Rusaknya kondisi masyarakat menghendaki adanya tuntutan adanya sebuah perubahan. Tetapi jika ditanyakan arah perubahan yang diinginkan dan bagaimana cara melakukan perubahan, jawabannya bervariasi. Ada dua tuntutan yang sering digadang-gadangkan orang: Ganti pemimpin, dan ganti sistem kehidupan. Aksi pun marak dilakukan di jalanan. Ada yang bermartabat. Ada juga aksi yang sangat radikal. Ada yang sekadar yel-yel sampai yang anarkhis merusak.

Acuan dan Teladan

Rasulullah SAW wajib diteladani. Ia panutan terbaik dalam segala hal, termasuk dalam melakukan perubahan pada masyarakat (QS Al Ahzaab 21).

"Katakanlah: inilah jalanku, yang kuserukan dengan terang benderang, yang di dalamnya ikut bersama orang-orang yang mengikutiku di belakangnya" (TQS Yusuf [12]: 108)

Menurut al-Asy Syaukani, ini dalil (wajib) meneladani Rasulullah Saw dalam berdakwah, mengesakan Allah dan beramal sebagaimana yang telah disyariatkan. Dalam sirah Nabawiyah dan sejarah Islam, tergambar dengan terang benderang gambaran umum metode perubahan yang ditempuh Rasulullah Saw. Kita lantas menyaksikan perubahan masyarakat Arab yang tadinya Jahiliyyah menjadi masyarakat yang Islami.

1. Perubahan Berbasis Ideologi

Wahyu Allah SWT yang turun kepada Nabi Saw mengatur semua perkara. Ia menjadi pedoman hidup yang wajib diamalkan. Wahyu itu adalah ideologik, yang merupakan ide dasar (aqidah) dan yang mengatur berbagai sistem kehidupan yang tegak di atasnya (syariah).

Ideologi adalah konsep dan metode yang harus dibumikan. Usaha mewujudkan ideologi tersebut adalah dengan mendirikan sebuah lembaga yang disebut negara. Inilah perubahan yang diusung Rasul dan para sahabat, membumikan ideologi tersebut di tengah-tengah masyarakat dengan jalan menegakkan daulah Islam.

2. Mendirikan Partai Politik

Membumikan ideologi bukanlah perkara mudah. Rasulullah Saw tidak hanya mengajak satu demi satu masyarakat Arab. Namun lebih dari itu, mereka yang beriman itu kemudian diorganisir dan digerakkan secara sistematis yang berpusat di rumah Arqam bin Abu al-Arqam.

Beberapa ayat Makkiyah membuktikan bahwa Rasulullah Saw berdakwah dalam bentuk jamaah (lihat QS al-Syuara' [26]: 215; QS.Yusuf [12]: 183). Ini adalah kelompok berbasis pemikiran yang itu diyakini oleh anggotanya. Inilah definisi partai politik, yaitu Kelompok (jamaah) yang pemimpinnya adalah Rasulullah Saw. Ada kumpulan orang dalam bentuk jamaah, ada pemikiran yang diusung dan diyakini oleh jamaah, dan ada tujuan akhir yang ingin digapai, yaitu Daulah Islam.

3. Kaderisasi

Rasulullah Saw mempersiapkan kader partai yang nota bene adalah para sahabat beliau, terus menerus dibina tanpa henti hingga terbentuk kepribadian Islam pada diri mereka. Mereka mengamalkan apa yang telah diajarkan. Rasulullah juga mengutus orang-orang tertentu untuk mengajari Alquran bagi yang baru masuk Islam. Khabbab bin al-Arat, seorang sahabat, ditugasi mengajari Zainab binti Khattab dan suaminya, Said, untuk memahami Alquran.

Kurang lebih tiga tahun, sampai kelompok itu masuk ke tahap berinteraksi dengan masyarakat secara terbuka, jumlahnya hanya 40 orang pria di tambah dengan tiga wanita orang. Rata-rata dalam sebulan hanya ada satu hingga dua orang yang masuk Islam.

Dari rumah al-Arqam sampai beliau berada di Shafa, jumlah mereka mencapai 40 laki-laki Muslim. Orang yang terakhir masuk Islam adalah Umar bin Khattab. Tatkala jumlah mereka mencapai 40 orang, mereka keluar menemui orang-orang musyrik. Inilah dakwah terbuka, berinteraksi dengan masyarakat luas (HR. al-Hakim dan menurutnya shahih).

4. Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Ideologi

Pelaku utama aktivitas ini adalah para sahabat yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan matang. Rasulullah Saw membatasi kegiatannya pada tataran pemikiran, yaitu menjelaskan kebatilan pemikiran yang diusung dan dipraktekkan masyarakat Arab dan menanamkan kebenaran ideologi Islam.

Meski sesembahan merajalela di sekitar Ka'bah, beliau tetap mendiamkannya, termasuk dalam masalah-masalah sosial seperti kemiskinan. Ini proses paling berat dan sangat menentukan. Rasulullah Saw dan para sahabat berhadapan dengan pemikiran yang rusak, juga dihadapkan resistensi dari penganut pemikiran tersebut, termasuk pemimpin politik mereka.

Pertarungan pemikiran dan serangan politik terhadap pembesar-pembesar tersebut gencar dilakukan meski harus menerima perlakuan kejam. Fase ini disebut sebagai “Tafâ'ul Ma'a al-Ummah” (berinteraksi dengan umat).

5. Mencari Dukungan (Thalab Al Nushrah)

Upaya mencari dukungan kekuasaan (thalab al-nushrah) dari para pemimpin masyarakat terus dilakukan Rasulullah Saw. Beliau tidak membatasi diri dalam mensosialisasikan idenya. Ada saatnya beliau aktif melakukan pendekatan kepada para penguasa Arab di masa itu. Rasulullah Saw mengajak pembesar Qurays memeluk Islam. Rasul juga aktif mendakwahi qabilah-qabilah lainnya, khususnya ketika musim haji tiba.

Catatan Ibnu Sa'ad menunjukkan setidaknya Rasulullah menyambangi 15 kabilah Arab meski tak satupun dari mereka bersedia beriman dan mendukung beliau. Qabilah-qabilah itu antara lain adalah Bani Amir bin Sha'shaah, Bani Nadhir, Bani Hanifah, dan Bani Baqa. Beliau terus bergerak hingga Allah mempertemukannya dengan suku Auz dan Khazaj. Menurut Ibnu Khalil, metode thalab al-nushrah terus dilakukan Rasulullah Saw secara konsisten meski menghadapi berbagai kesulitan. Ini menunjukkan bahwa aktifitas tersebut adalah wajib dalam tahapan dakwah.

6. Menerapkan Ideologi Islam dalam Pemerintahan

Setelah mendapatkan dukungan dari pemuka Auz dan Khazraj, Rasulullah Saw kemudian mengutus Mus'hab untuk mengawal proses penyiapan masyarakat Madinah. Setalah masyarakat Madinah dianggap siap, beliau dan kaum Muslim Makkah hijrah ke Madinah yang sekaligus menjadi awal tegaknya negara Islam. Islam dan segala sesuatunya kemudian diterapkan secara menyeluruh dan tidak lagi sebatas wacana. Lalu dakwah dan jihad dilakukan ke seluruh jazirah Arab, digencarkan secara agresif termasuk ke Mekkah.

Penutup (Bukan Sekadar Berubah)

Inilah aktivitas lengkap Rasulullah Saw dalam rangka menegakkan daulah Islam. Itu sudah dilakukan 14 abad yang lalu, namun tetap relevan hingga kini bahkan hingga hari Kiamat. Ini merupakan hukum syara' yang tak berubah dan wajib dipedomani oleh umat Islam.

Metode perjuangan lain seperti reformasi, people power hingga revolusi berdarah dari sisi pergantian kekuasaan, memang dapat saja berhasil. Namun ia bukan perubahan yang digariskan oleh syara'. Patut dicatat, perubahan yang dikehendaki saat ini bukan sekadar perubahan figur. Namun juga perubahan sistem secara total, di samping perubahan pemahaman, standardisasi (amal dan pemikiran) dan mengenyahkan sistem kapitalisme dari benak masyarakat untuk kemudian memegang erat ideologi Islam.

Perubahan yang mengikuti tuntunan Rasulullah Saw merupakan sebuah kewajiban. Mengabaikan metode tersebut tidak hanya akan gagal namun juga akan menuai sengsara dan dosa (QS an-Nur [2]: 63). Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar