Sabtu, 20 Februari 2010

Barang Haram pada Masakan China dan Jepang

Pengantar

Bagi penggemar dan pemburu kuliner, ada hal yang perlu diketahui, bahwa pada masakan China dan Jepang ada barang haram yang sesungguhnya tidak boleh dikonsumsi. Bagi kaum Muslimin masalah halal dan haram menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

Ada beberapa menu masakan seafood yang biasa dipesan di rumah makan China, yaitu sop ikan, ikan bakar, tumis cah kangkung, baby kaylan, udang goreng tepung, cah taoge ikan asin, sotong goreng tepung, Cap Cay. Pada kuliner Jepang, ada masakan Teriyaki, Shusi, dan bebeapa lagi yang saya tidak ingat, yang selalu dibubuhi bahan yang mengandung alkohol.

Angciu dan Mirin

Umumnya makanan yang dmasak dengan cara ditumis, tak lepas dari angciu (bumbu masakan China yang artinya adalah arak merah). Angciu adalah bahan yang dtambahkan pada masakan yang kandungan alkohol sangat tinggi. Ia bukanlah bahan tambahan atau bumbu. Angciu sendiri dalam bahasa China adalah arak merah. Arak adalah jenis khamar yang kadar alkoholnya tinggi. Seandainya ingin makan di restaurant yang menghadirkan makanan tersebut di atas, pastikan mereka tidak menggunakan arak tersebut.

Biasanya ciri-ciri rumah makan yang menggunakan angciu pada saat memasak akan timbul nyala api yang cukup besar. Ada yang berdalih bahwa bumbu yang ditambahkan hanya sedikit. Selain itu mereka katakan bahwa angciu itu akan habis terbakar, tidak ada lagi bahan angciu di dalam masakan tersebut. Ini tidak mengharamkan makanan tersebut. Tetapi tidak ada ayat Al Qur’aan yg menyebutkan bahwa boleh ataupun halal mengkonsumsi alkohol kalau sedikit saja.

Pengganti Angciu dan Mirin

Penggunaan angciu biasanya sekedar pembangkit aroma, karena angciunya terbakar dan membakar masakannya, agar masakan tersebut tercium kelezatannya. Karena tujuannya seperti itu, sudah banyak rumah makan dan koki yang sadar akan kehalalan. Mereka menggantikan peran angciu dengan air jahe segar atau bisa juga kecap asin yang ditambah dengan perasan air jeruk nipis atau lemon.

Pada restaurant jepang, mereka menggunakan mirin atau sake (sejenis arak) pada bumbu masakan. Restaurant jepang selalu membubuhkan bumbu mirin ini. Restaurant Jepang yang belum mendapatkan sertifikat halal, kebanyakan masih menggunakan bumbu ini.

Masakan China yang dihidangkan di rumah makan pinggir jalan /pujasera ataupun food court, mereka mengakalinya dengan bumbu-bumbu alami yang lain. Pada masakan jepang agak sulit. karena masakannya jarang dikonsumsi khalayak ramai. Sementara seafood masakan China sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia. Budaya masakan China sudah mendarah daging di Indonesia. Bahkan di daerah-daerah punya menu masakan yang berbeda-beda. Juga, masakan seafood ala China ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga penyajiannya pun juga berbeda-beda.

Beberapa Alternatif Bahan Pengganti

Bagi ibu-ibu yang sudah terlanjur cinta kepada kuliner masakan China dan Jepang tetapi selama ini tidak tahu bahwa pada masakan tersebut tercampur barang haram, di bawah ini ada alternatif pengganti. Dengan demikian, kita masih bisa menikmatinya dengan perasaan tenteram.

Ang Ciu : Alternatifnya adalah campuran kecap asin dan perasan jeruk limau.
Mirin : Alternatifnya adalah jus anggur yang dicampur dengan perasan air jeruk lemon.
Red Wine : Alternatifnya adalah jus anggur, jus Crannberry dan jus tomat.
Bourbon : Alternatifnya adalah ekstrak vanilla, jus Crannberry atau jus anggur.
Brandy : Alternatifnya adalah sirup buah Cerry atau selai Cerry.
Muscat : Alternatifnya adalah jus anggur yang ditambah dengan air dan gula putih.
Vodka : Alternatifnya adalah sari buah apel atau jus anggur dicampur dengan perasan jeruk nipis.
White brandy : Alternatifnya adalah anggur, sari buah apel, kaldu sayuran maupun air biasa.
Apple Brandy : Alternatifnya adalah jus apel tanpa pemanis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar