Menarik apa yang tertulis pada baligo ukuran 1 x 2 meter di sebuah swalayan: "Save our planet". Di bawahnya ada tulisan lain: "Dengan mengganti plastik dengan karton bekas, berarti Anda telah ikut menyelamatkan bumi kita ini".
Memang, hidup, bernafas, makan, minum dan melakukan kegiatan harian lainnya, adalah ragam aktifitas yang dilakukan manusia. Ia tidak terlepas dari faktor luar, yakni makhluk hidup dan lingkungan. Kita butuh lingkungan abiotik (semisal udara, air, dan tanah). Unsur-unsur ini terkait faktor lain, misalnya antara lain tumbuhan, hewan dan manusia. Faktor biotik (makhluk hidup) dan abiotik (benda mati), merupakan bagian dari ekosistem bumi. Ekosistem tersebut dipengaruhi oleh aktivitas dan siklus alam semesta, termasuk dalam hal ini adalah aktivitas matahari, planet, bintang dan benda angkasa lainnya.
Tindakan manusia selalu akan mempengaruhi ekosistem bumi. Dampak yang ditimbulkannya tergantung besar dan jenis tindakan manusia. Dalam kadar tertentu masih bisa dinetralkan oleh alam (self healing of systems). Jika manusia merusak dan melukai komponen abiotik, maka sesungguhnya manusia telah berusaha merusak dan melukai dirinya sendiri. Manusia memiliki kehidupan yang berkualitas apabila mau menjaga ekosistem dengan penuh cinta; cinta manusianya, tumbuhan, hewan darat dan air, lingkungan air, tanah, udara dan sumber daya alam lainnya.
Keterkaitan lingkungan biotik dan abiotik menumbuhkan cara untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Ia terkait dengan pola pandang dan tindakan yang benar dari manusia. Pandangan mendasar bahwa menyelamatkan bumi (save our world) adalah langkah utama untuk menyelamatkan kehidupan (save our life). Menyelamatkan alam berarti menyelamatkan kehidupan dan peradaban manusia, kini dan seterusnya. Tulisan pendek ini bertujuan mengajak masyarakat menyelamatkan peradaban manusia melalui gerakan moral, aksi nyata melindungi alam, melalui paradigma baru dengan mengembangkan prinsip hidup yang benar.
Paradigma Dasar
1. Berhematlah dengan Mengurangi yang Tidak Penting (Reduce)
Prinsip pertama ini letaknya pada “mengutamakan kebutuhan daripada keinginan”. Masalah utama globalisasi sosiokultural adalah konsumerisme. Manusia cenderung tergoda iklan,
Mari mulai mengurangi pembelian aksesoris, pakaian yang tidak perlu, berhemat kertas di kantor, baca koran online, kurangi penggunaan daya lampu yang berlebihan, matikan TV yang tidak menayangkan acara yang berkualitas. Kurangi bepergian yang tidak penting dengan kendaraan karena berdampak langsung pada pengguanan bahan bakar, menambah polusi dan gas rumah kaca. Bila menginginkan sesuatu, bertanyalah apakah barang ini memang dibutuhkan? Tahan lamakah? Adakah yang lebih baik dan tahan lama? Dari apa dibuat, bagaimaan menggunakan dan kapan dibuang? Apakah diproduksi secara manusiawi dan hemat? Apakah barang tersebut dapat diperbaharui, dipanen dan diternak dengan pantas?
2. Menggunakan Kembali (Re-use)
Ini adalah aksi memakai kembali barang yang tadinya dianggap sudah tidak berguna dan akan buang. Sedikit kotor atau lecet, lantas ingin dibuang atau mengganti dengan barang baru. Perlu diubah sikap “ringan tangan” membuang barang, atau membeli barang baru, lebih canggih atau lebih baik, padahal barang tersebut masih dapat dipergunakan. Karena ada fitur baru pada sebuah HP, kita terdorong membelinya. padahal belum tentu fitur tersebut dibutuhkan.
Pada baju pantas pakai dan pakaian bayi, daripada dibuang, lebih baik kita berikan ke panti atau ke yatim piatu. Atau berikan kepada adik atau saudara muda dan yang membutuhkan.
3. Mendaur Ulang (Recycle)
Daripada membuang barang yang tidak diperlukan lagi, ada baiknya anda mencoba mendaur ulang. Misalnya, mendaur ulang sampah organik di rumah, menggunakan botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, atau mendaur ulang kertas menjadi kertas kembali. Aksi seperti ini belum menjadi kebiasaan di
Walau tidak sempurna melakukannya, daur ulang masih lebih baik daripada membuang barang ke tempat sampah atau membakarnya. Carilah informasi mengenai barang-barang apa saja yang bisa didaur ulang. Hal pertama dalam proses daur ulang ini adalah dengan membersihkan dan memisahkan barang-barang yang akan didaur ulang sebelum memberikannya pada pemulung. Sering kali, pemulung enggan mengambil barang yang bercampur sampah yang tidak dapat didaur ulang.
4. Memperbaiki yang Rusak (Repair)
Aksi ini merupakan tindakan penting dan membutuhkan skill. Kita malas belajar memperbaiki. Barang seperti jam dinding, sepatu /baju robek, kalkulator, dan lain-lain, umumnya dibiarkan menjadi barang bekas. Misal lain adalah membuang barang elektronik yang sub bagiannya rusak (terbakar), langsung dibuang. Padahal masih bisa mengganti bagian yang rusak tersebut.
Sikap membeli barang yang awet, dan menjaga dan memperbaikinya bila rusa, maka akan awet dipakai dalam jangka panjang. Bahkan, barang tersebut bisa diwariskan. Atau bisa difikirkan bahwa suatu barang bisa dialihfungsikan untuk tujuan lain. Atau, diberikan kepada orang yang membutuhkannya.
5. Subtitusi dengan Barang yang Hemat (Replacement)
Intinya, memilih barang yang memiliki fungsi yang hemat dan ramah lingkungan. Memilih lampu hemat energi, mengganti kertas tissue dengan sapu tangan, barang elektronik yang hemat energi, menggunakan mesin dengan bahan bakar yang efisien, baca koran, buku, majalah yang cetak online, menggunakan kendaraan umum, membiasakan berjalan kaki ke suatu tempat jika masih berjarak 100-200 meter; semua itu adalah tindakan dalam memilih gaya hidup.
Ayo, Mari Berubah
Mau dan mencari cara berubah adalah kunci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar